Ep.1 part 1

52 2 0
                                    

"Riris kemana mar?" tanya Dendi sesampainya dipintu kelasku. Dendi adalah kawan sebangku Lusi dari kelas sebelah. Itu artinya, Dia bukanlah kawan sekelasku. Tapi kata orang-orang, sejak awal masuk sekolah dia sudah mengincarku. Entahlah, apa maksud mereka dengan kata "mengincar", aku tak terlalu peduli yang jelas Dendi itu orangnya baik tapi Dia hanya baik kepadaku saja.

"Itu dia di kursinya" sambil menunjuk aku yang sedang tidak enak badan saat itu. Aku pura-pura tak melihatnya tapi aku mendengar mereka.

"Aku dengar, Riris akan mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade Matematika ya?"

"Dapat kabar dari mana?"

"Dari orang"

"Siapa?"

"Guru"

"Pak Haryo???"

Dendi mengangguk. Saat itu Dia ingin menghampiriku tapi keduluan aku yang menghampirinya.

"Kian berangkat?" tanyaku pada Dendi.

"Dia di kelas, ingin kuantar menemuinya?"

"Ndak usah, bisa sendiri. Awas" ucapku sambil tersenyum, aku tak bermaksud ingin berlaku kasar padanya. Tapi jujur, aku tak terlalu menyukai sikapnya yang berat sebelah. Sekali lagi kukatakan, Dia hanya berbuat baik kepadaku, kepada orang lain? Kau bisa menafsirkanya sendiri.

Saat itu jam istirahat, aku masih ingat betul bahwa itu adalah jam istirahat pertama. Sekitar pukul sembilan pagi kalau tidak salah. Jelas saja istirahat pertama, jelas-jelas itu hari Jum'at.

Aku menemui Kian bermaksud untuk meminjam buku paket Matematikanya, aku lupa membawa buku itu. Bukan karena berat tapi karena aku lupa. Berhubung pak Haryo itu galak, maka aku tak ingin mencari masalah dengannya saat itu. Dan alasan keduaku adalah Aksa, ah maaf aku lupa mengenalkan Aksa pada kalian padahal Dia juga yang akan sering kuceritakan pada kalian.

Aku ingin bertemu denganya bukan karena apa-apa, seperti yang Dendi katakan tadi, bahwa aku mewakili Olimpiade Matematika, tapi aku tak sendiri. Aksa, dialah yang menemaniku berangkat. Tapi kau harus tahu, dia itu aneh dan gila. Bisa jadi dia memiliki kepribadian ganda.

"Kian, aku pinjam bukumu ya"

"Buku apa?"

"Nanti pak Haryo ke kelasku"

"Oh, buku Matematika?"

Tanpa aku berkata, Alhamdulillah Kian faham apa maksudku

"Trimakasih"

Dalam hatiku aku mengumpat," Aksa sombong sekali", jelas-kelas aku berada di kelasnya. Kenapa tidak menghampiriku, Apa dia lupa bahwa kita di tunjuk mewakili sekolah dalam Olimpiade.

"Aku ke kelas dulu ya"

"Ini untukmu" akhirnya saat itu Aksa menghampiriku dan menyodorkan beberapa lembaran kertas yang isinya sejumlah soal Matematika. Sungguh, aku tak ingin mewakili sekolah ini. Harus kukatakan padamu bahwa sebenarnya aku itu tidak terlalu pandai seperti Aksa. Tapi aku mengiyakan saja apa yang Pak Haryo minta karena ada Aksa yang juga ditunjuknya.

"Apa ini?"

"Surat Wasiat"

"Kamu itu gila ya?"

"Gila? Gila bagaimana?"

"Kamu bilang ini surat wasiat, jelas-jelas soal matematika"

"Nah itu tau, la ngapain tanya"

Jika kalian menjadi aku, aku yakin kalian akan segera memukul kepalanya dengan buku paket yang kudapatkan dari Kian tadi sama sepertiku.

Oh iya, aku harus mengenalkan Aksa pada kalian. Karena nantinya, Dia yang akan banyak kuceritakan. Kukenalkan pada kalian, dia adalah Aksa. Nama lengkapnya adalah Aksara Jawa. Terkadang kami memanggilnya Hanacaraka, itu ejekan kami untuk nya. Aku mengenalnya sejak dari sekolah menengah pertama. Kuberitau, Dia itu memiliki kepribadian ganda, fikirku saat itu. Tapi ternyata bukan, aku saja yang salah mengira. Dia lahir di Jepara Bersama Ibunya.

Ayahnya adalah seorang pengusaha kayu ukir yang cukup terkenal pada masanya. Sedangkan ibunya adalah seorang guru Bahasa Jawa. Pantas saja anaknya diberi nama seperti itu. Aksa memiliki nenek di Semarang, jadi dia tinggal disini Bersama neneknya sejak dari kecil. Akupun tak terlalu mengenal betul latar belakang keluarganya seperti dia memiliki berapa saudara, mereka baik atau galak, Bapak dan Ibunya bagaimana. Aku tak bisa menceritakannya secara detail. Cukup perkenalanya, jika nanti ada yang perlu kutambahkan, aku akan segera menambahkannya jika ingat.

Aksara JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang