Hari ini aku datang ke sekolah lebih awal, karena Kevin ingin meminjam tugasku. Tapi, sudah jam segini kok dia belum juga datang? Kelas pun sudah mulai ramai, tapi Kevin belum datang juga. Tau akan begini, lebih baik tadi aku nggak usah repot-repot untuk bangun pagi dan datang lebih awal. Sampai bel masuk berbunyi pun, tak terlihat tanda-tanda kedatangan sosok Kevin ke kelas.
“Kevin nggak masuk ya?” Amanda bertanya pada siapapun yang mendengar, dan tak ada satupun yang menjawab. Aku pun tak tahu keberadaan Kevin saat ini dimana. Sudah aku coba BBM tapi tak ada balasan darinya.
“Ah paling cabut tuh anak!” Celetuk salah satu anak yang duduk di pojok belakang. Aku memang tak tahu dimana Kevin sekarang, tapi mendengar anak itu berbicara asal tanpa adanya fakta, tiba-tiba membuat emosi-ku menaik, entah mengapa. “Nggak usah asal ngomong kalo ngga ada bukti!” Sindirku sinis pada anak itu dan ia seperti tak mau kalah, “Caelah ceweknya ngga terima tuh hahahahahhaa.”
Jadi-lah saat ini satu kelas malah meledeki-ku. Aku yang mendadak jadi nggak mood, segera bangkit dari kursi-ku dan pergi untuk meninggal-kan kelas yang mendadak jadi moodbreaker. Okta yang menyadari bahwa aku akan keluar kelas buru-buru bertanya, “Mau kemana, Gin?” Sebenarnya aku juga tak tahu ingin kemana, yang jelas nggak berada di kelas untuk saat ini. “Ngga tau, izinin gue satu pelajaran ya nanti.”
=====
Aku ikuti langkah kaki-ku yang akhirnya membawa-ku ke taman di belakang sekolah. Saat aku ingin duduk di salah satu bangku panjang di taman itu, aku melihat sosok lelaki sedang duduk sendirian disana. Sepertinya, ia juga dalam keadaan mood yang tidak baik seperti-ku. Pelan-pelan, aku mendekat dan duduk disebelahnya. “Ngapain disini?”
Dan betapa kagetnya saat tahu bahwa lelaki itu adalah Opal. “Iseng aja. Lo…. Gina, sahabatnya Keysha kan?” Aku memang mengenalnya. Dan kuyakin, ia juga mengenalku. Tapi, asal kalian tahu, kita tak pernah mengobrol apalagi berdua seperti ini.
“Hmm iya.” Hanya itu yang akhirnya keluar dari mulut-ku. Ada perasaan sedikit menyesal sih, seharusnya tadi aku nggak usah mendekatinya. Aku nggak tahu harus ngomong apa dan rada takut juga sih kalau ada yang melihat dan mengira bahwa kita…. Pacaran? //AIH MIKIR APA GUE BARUSAN?//
“Lo serius sama Key?” Entah kenapa aku bisa bertanya seperti itu. Ah tapi bodoamat deh, daripada diem-dieman?
“Kalo gua nggak serius sama dia, gua nggak bakal nunggu dia selama ini.”
Selama ini, dia bilang? Ngomong-ngomong, emangnya dia udah nunggu Keysha berapa lama? Ah, aku merasa gagal menjadi sahabat Keysha bahwa hal seperti ini saja aku tidak tahu. Tapi, Keysha memang lebih tertutup daripada Okta dan Amanda. Keysha lebih memilih memendam jika ia mempunyai masalah. Aku sudah berkali-kali membujuknya untuk bercerita, namun ia lebih memilih untuk menyelesaikannya sendiri. Sebenarnya ada rasa kecewa, bukannya guna sahabat untuk tempat membagi masalah? Sebenarnya aku nggak pernah keberatan bila ia membutuhkan pudak-ku untuk sandarannya. Tapi, Keysha memang berbeda dari yang lain. Ia ingin membagi kesenangannya saja kepada sahabatnya, dan memendam segala masalahnya sendiri.
“Hm.. Emang lo udah nunggu Key berapa lama?”
“5 bulan. Lo sahabatnya tapi kok nggak tau?”
5 bulan? Bahkan aku baru tahu kedekatan mereka baru sebulan yang lalu.
“Dia nggak pernah cerita ke gue.”
“Oh gitu.”
“Iyaaa”
Kemudian kembali hening. Namun, akhirnya ia bertanya padaku dengan tampang heran. “Lo sendiri ngapain disini? Nggak belajar?” Ah iya! Sepertinya mood-ku sudah mulai membaik. Dan itu berarti, aku harus kembali ke kelas.
“Tadi nggak mood banget di kelas, niatnya mau bolos satu pelajaran. Tapi kayaknya nggak jadi deh, gue kekelas duluan ya?” Baru saja aku ingin bangkit dari duduk-ku dan membalik-kan badan-ku, namun kurasakan ada yang menahan pergelangan tangan-ku, “Yakin mau balik ke kelas? Nanti malah ditanya darimana, lagian bentar lagi pelajaran pertama selesai. Mending temenin gue disini.” Benar juga sih perkataan Opal barusan. Tapi, aku nggak bisa disini juga, apalagi hanya berdua dengan-nya? Namun, sepertinya ia membutuhkan seorang teman untuk mendengarkan ceritanya. “Hmm… Oke gue nggak jadi balik ke kelas deh.” Lalu, kembali hening. Dan ini yang aku hindari sedari-tadi, karena sejujurnya aku benci keheningan seperti ini.
“Lo udah coba nyatain perasaan lo ke Keysha?” Iseng, akhirnya pertanyaan itu-lah yang kutanyakan. “Udah, 3 kali malah. Tapi di tolak mulu.” Dan, Wow! Aku juga baru tahu bahwa Opal sudah menyatakan perasaannya pada Key 3 kali dan di tolak. “Serius? Bahkan gue tau kalian deket aja baru sebulan yang lalu. Bukannya cowok, kalo udah di tolak gitu biasanya ngga mau repot-repot buat nunggu lagi ya?” Sepertinya aku mulai tertarik dengan topik ini. “Nggak semua cowok begitu kok, buktinya gue enggak. Lagian, Keysha juga bilang kalo dia sayang gue kok, cuma ya… Dia nggak mau pacaran aja. Karena, nggak semua orang yang saling sayang itu harus terikat hubungan yang jelas.”
Benar juga perkataan Opal barusan. Satu hal yang bisa kusimpulkan, Opal bukan cowok playboy yang seperti orang-orang lain bicarakan selama ini.
Bel pergantian jam pelajaran pun berbunyi, dan sepertinya aku harus segera kembali ke kelas. “Hm, kapan-kapan lagi aja ya lanjut ceritanya? Gue mau ke kelas dulu.” Aku bangkit dan membalik-kan badan-ku lalu berjalan pelan meninggalkan Opal yang masih terduduk sendiri. “Gin, thanks yaa!” Ucapan itu terlihat begitu tulus dengan senyuman yang menurutku, sangat manis! Satu hal lagi yang kudapat-kan, bahwa aku menyukai caranya tersenyum seperti barusan. “Anytime!” Balasku dengan ikut tersenyum.
=====
“Key, nanti pulang sekolah bareng dong gue mau ngomong, ya ya ya?” Kubalikan badanku kebelakang untuk bisa berbicara pada Keysha dan rada berbisik karena ini masih jam pelajaran, di depan pun masih ada guru Fisika yang sedang menjelaskan. “Oke gin.”
…..
…..
…..
Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu pun berbunyi juga. Okta dan Amanda pun izin untuk balik duluan, “Gin, Key, gue sama Okta balik duluan ya!” Amanda berkata itu sambil berjalan meninggalkan kelas. “Oke, hati-hati guys!”
Aku dan Keysha pun berdiri di depan gerbang sekolah sambil menunggu Mama Keysha datang untuk menjemput kami. “Key?” Aku ingin bertanya sesuatu pada-nya namun aku ragu. “Iya gin?”
“Lo deket sama Opal udah 5 bulan? Kenapa gue ngga pernah tau itu?”
“Lo …. Kata siapa?”
“Ngga penting sih kata siapanya. Yang jadi pertanyaan, kenapa gue sebagai sahabat lo ngga tau masalah kayak begitu aja?”
“Hm… Maaf, Gin. Gue emang salah ngga pernah cerita kalo ada apa-apa sama lo, Okta dan Amanda.”
“Gue akan tunggu sampe lo siap buat certain semuanya kok, Key.”
“Makasih ya, Gin, udah selalu bisa ngertiin gue.”
Keysha pun merasa bersalah dan tak lama ia memeluk-ku dengan air mata yang tak bisa dibendungnya. Mobil Mama Keysha pun akhirnya datang juga, “Udah nggak usah nangis, balik yuk! Nyokap lo udah dateng tuh!” Kuhapus air mata di pipi-nya lalu kami pun berjalan menuju mobil Mama Keysha yang sudah menunggu di sebrang.
###
Please please jangan jadi silent reader, gue butuh banget VOTE dan COMMENT dari kalian guys buat semangat lanjutin nulis!<3<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Regina
Teen FictionJatuh cinta bisa kepada siapapun, tanpa terkecuali. Bahkan ternyata, cinta dapat membuat seseorang menjadi egois. Dan keegoisan itu, akan menimbulkan banyak penyesalan.