part 6

53 2 0
                                    

Suara berisik dari alarm membuatku terpaksa harus bangun dan bersegera untuk mandi. Dengan mata masih merem melek, nyawa belum sepenuhnya kumpul dan langkah yang masih malas-malasan, aku pun berjalan menuju kamar mandi.

Selesai mandi, aku mengambil handphoneku dan seperti biasa, terdapat banyak BBM, Line, Missed Call dan mention masuk di Twitterku. Kuabaikan semua notification itu, dan ku-kantongi handphone itu kedalam saku baju sekolahku. Setelah itu, aku buru-buru berlari menuruni anak tangga untuk menuju ruang makan.

"Morningg!" Sapaku semangat kepada Mama, Papa dan Diko yang sudah menungguku sedaritadi.

"Gin..." Suara Papa barusan berhasil membuatku menghentikan kegiatan makanku.

"Iya, Pa?"

"Kayaknya saat kamu kelas IX nanti, kita akan pindah ke Aussie. Papa ditugasi untuk kerja disana." Perkataan papa barusan benar-benar membuatku kaget. Rasanya semua begitu cepat. Semua seperti mimpi buruk bagiku. Teman-temanku, sahabat-sahabatku, dan Kevin? Aku harus berpisah dengan mereka? Dalam mimpi burukku saja tak pernah memimpikan hal itu.

"Tapi-" Aku melihat Papa dan Mama dengan tatapan memelasku. "Aku belum siap meninggalkan sahabat-sahabatku di sini, Pa, Ma." Lanjutku.

"Masih beberapa bulan juga kok, Gin. Kalian bisa puas-puasin buat main bareng. Papa janji, setiap liburan, kita bakal balik ke Jakarta." Jelas Papa. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut, walaupun sebenarnya sangat sedih mendengarnya. Tiba-tiba seleraku untuk makan hilang begitu saja. Hingga hening beberapa menit, dan kemudian suara handphoneku melepas keheningan. Telfon dari Kevin.

"Halo, Vin?"

"Gua didepan rumah lu nih. Keluar buruan!"

"Hah? Ngapain?"

"Jemput lu." Kemudian telfon itu terputus. Aku segera pamit kepada Mama dan Papa, lalu sedikit berlari keluar rumah. Ternyata benar, Kevin sudah menungguku didepan pagar rumahku.

"Udah lama?" Tanyaku pada Kevin.

"Ngga kok. Yaudah buruan naik!" Aku pun menurut, dan tak lama, motor Kevin sudah melesat pergi meninggalkan komplek rumahku untuk menuju sekolah.

=====

Memasuki kelas berdua dengan Kevin membuatku jadi diledeki satu kelas. Tapi, tak aku hiraukan, dan ku lihat Kevin pun begitu. Kami sama-sama berjalan dengan santai menuju bangku masing-masing.

"Udah ngomong sama Kevin?" Tanya Manda yang ternyata sudah datang lebih dulu dariku. Oh iya, aku lupa mengajak Kevin untuk acara liburan kenaikan kelas nanti.

"Gue lupa ngomong, nanti aja deh pulang sekolah."

"Gue udah ngajak Ahmadar dan dia mau. Manda juga udah ngajak Hafiz dan dia juga mau. Key juga udah ngajak Opal. Tinggal lo nih." Jelas Okta panjang lebar kali bagi. Anjir. Okta dan Manda aja berhasil ngajak gebetan mereka? Key pun begitu. Masa aku yang hanya mengajak sahabat sendiri ngga bisa sih? Iya, Kevin kan sahabatku. Pokoknya, Kevin harus ikut walaupun misalnya nanti aku harus memohon-mohon padanya.

=====

"Gin!" Teriak seorang cowok sambil menepuk bahuku dari belakang. Ternyata Kevin.

"Eh? Kenapa, Vin?"

"Balik sendiri?"

"Hm... Kayaknya sih."

"Gua anterin lagi aja ya?"

Karena aku juga ingin bicara dengannya, jadi ku terima saja tawarannya barusan.

"Boleh deh."

=====

Seperti biasa, Kevin hanya mengantarku sampai depan pagar rumahku. Bila kuajak untuk masuk kedalam rumahku dulu, ia selalu menolak dengan alasan sedang buru-buru. Ketika Kevin ingin mengegas motornya, aku baru ingat kalau aku ingin berbicara dengannya.

"Kevin! Tunggu!" Panggil-ku sedikit berteriak.

"Gue lupa tadi mau ngomong. Liburan kenaikan kelas nanti, gue, Okta, Keysha dan Manda mau ada acara ke puncak. Lo ikut ya, please?" Kevin pun sedikit berfikir. Lama, aku menunggu jawabannya dengan cemas takut-takut ia tidak bisa karena ada acara lain.

"Gue free kok. Boleh deh ikut."

Beberapa saat, kekhawatiranku tadi menghilang. Berarti aku tak perlu sampai memohon-mohon padanya. Aku pun tersenyum mendengar jawaban Kevin barusan. Dan tak lama,  motor Kevin benar-benar hilang dari pandanganku, meninggalkan komplek rumahku.

ReginaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang