[END]

468 26 3
                                    

Tiga tahun mengenalmu,

lima bulan menunggu kabarmu,

seminggu lebih menunggu balasan pesanmu,

Dan dua tahun lebih, hati saya tetap untukmu.

Ini tahun keempat saya mengenalmu.

Saya mengenal kamu saat foto sampul sosial mediamu masih terpampang senyum perempuan.

Hingga kamu putus dengan dia dan dekat dengan saya.

Saya mengenal kamu saat profilemu masih ada foto dengan bibir yang melengkung, lalu tak lama kamu hapus.

Saya mengenal kamu, saat rambut saya panjang, pendek, panjang, dan pendek lagi.

.
.
.

Saya pernah menyesal.

Menyerah ingin pergi, tetapi selalu berakhir dengan kembali.

Saya pernah lelah.

Mencoba melupakan, nyatanya lebih sering teringat.

Saya pernah berhenti.

Lalu, kamu datang dan saya siap menerima luka.

Saya jatuh hati berkali-kali dengan orang yang sama.

Jelas saya sabar.

Padahal, saat itu saya muak. Saya hancur.

Harusnya sebagai perempuan yang dihancurkan harga dirinya, saya marah.

Tapi, apa?

Saya sabar.

Mengacuhkan pesanmu saja saya tak tega, apalagi memblokir sosial mediamu?

Katakanlah saya bodoh.

Saya tau.

...

Jika semua tulisan saya di baca oleh kamu, entah tulisan di diary saya, di semua sosial media saya, saya hanya ingin bilang, itu isi hati saya.

Saat mencoba menyabarimu di kala terluka.

Jika kamu mencari akhir dari tulisan itu.

Kemarilah.

Setelah kalimat ini, kamu akan tahu, jika ini sudah berakhir.

Saya sayang sama kamu.

Selalu.

Saya tak membencimu.

Saya memaafkan semua perlakuanmu, walaupun kadang maafmu masih saya tunggu.

Saya tak jauh jauh--memblokirmu ataupun tak membalas pesanmu.

Saya tetap di sini.

Tak ada yang berubah dari saya, kecuali rasa.

Buka hatimu untuk perempuan manis di sebelah.

Maaf, jika saya sempat mengecewakanmu.

Maaf, jika saya seolah paling tersakiti, padahal kamu juga ikut terluka.

Maaf, jika saya memaksamu untuk mengerti.

Maaf, jika saya tak pernah tau kode-kodemu.

Jika ingin pergi, pergilah dengan cara baik-baik.

Ucapkan selamat tinggal, lalu lambaikan tangan.

Setelah itu, saya, kamu, dan semua kenangan kita akan terkubur tenang di atas tanah kota yang berbeda, di bawah langit bumi yang sama.

Entah maumu apa selanjutnya, semoga apapun jalanmu, doa saya selalu sampai.

Berbahagialah, H.

Kamu saya ingat sebagai orang yang membahagiakan.

.
.
.
.
.
.
.

Dear H:

Woi, H.

Jangan main game mulu.

Belajar yang rajin, biar sukses terus banyak cewe yang mau sama kamu.

Gak bosen apa kita jomblonya samaan?

Oiya, banyakin makan.

Mau gendut kan?

Jangan lupa lari lari tiap jam 4.

Jangan main voli malem-malem, gak ada faedahnya:(

Kalau nobar sama temen jangan lupa pakai jaket, dingin loh di daerah kamu.

Jangan kasar lagi sama cewe.

Jangan sok playboy dah, gak cocok buat kamu.

Apalagi ya?

Jaga nafsu jangan lupa.

Nanti sahurnya jangan bangun siang.

Tahun kemaren kan kita sahur gak pernah tidur, sekarang sering-sering tidur ya.

Jangan kambuh lagi insomnianya kamu.

POKOKNYA HARUS KAMU GENDUT!

DAN AKU HARUS KURUS!

Oiya, kalau kamu mau sih ... dengerin lagu-lagu kesukaan aku yang sering kushare di post ya.

Bagus kok.

Btw, aku masih suka lagu kesukaanmu.

Yang kamu nyanyiin pas nelpon.

Padahal kamu bilang kamu gak suka nyanyi.

Hehe, kok jadi sedih sih woi ah.

Baik-baik deh kamu di sana.

Jangan bandel, awas.

Udah deh.

Babay.

Tertanda, F.

Kesalahan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang