Flica POV
June 2016 -Flashback mode off-
///Hari ke dua gue ngurusin MOS. Langsung aja gue ke ruang OSIS. Udah ada Juan di sana. Emang ketos yang teladan dia.
"Gimana? "
"Ha? Apanya yang gimana? " Gimana gue gak bingung. Masuk-masuk langsung di tanya gimana. Mana gue tau.
"Gimana yang semalem lo curhat sama gue! " Jelas Juan. Nah gini kan gue gak bingung.
"Gue gak bales chat dia! Sampe dia telfon pun gue gak angkat! " Jangan salah sangka, bukan Sam yang kita omongin. Tapi Edwin. Kita udah pacaran kurang lebih 2 tahun. Dan gue rasa, kita terlalu memaksakan kehendak. Gue emang bukan orang yang cemburuan. Dia juga begitu.
Tapi ini terpenting! Gue gak suka di bohongin! Dia emang selalu cerita ke gue kalo mau ketemu cewe, entah buat ngerjain tugas, atau emng dasarnya ada cewe yang pengen deket sama dia. Gue emang biarin selama dia jujur mau ngapain.
Buat apa cemburu? Ntoh dia emang sayang sama gue. Begitu juga gue sayang sama dia. Dan gue punya banyak temen cowo, jadi impas kan?
"Parah lo! Gitu doang ngambeknya kebangetan! "
"Lo bilang kebangetan? Ya gimana gue gak marah! Dia bohong sama gue! Gimana si perasaan lo kalo di bohongin! " Gue kesel! Bete! Emang salah gue marah?
"Kenapa si ribut-ribut? " Fifi masuk ke ruang OSIS bersamaan sama Aini.
"Gak! " Gue keluar dari ruang OSIS, gak peduli sama mereka yang menatap gue dan tatapan bertanya 'ada apa? ' dari anak-anak yang baru dateng.
Gue duduk di kantin setelah beli susu kotak. Waktu emang masih menunjukkan pukul 06.25 dan masuk kelas masi lama. Gue juga sante, karena anak OSIS kelas 12 tinggal ngasih tugas aja ke kelas 11.
"Boleh duduk? "
Gue mengarahkan pandangan ke sumber suara, di samping gue!
"Ha, oh! Boleh boleh! " Ucap gue gugup sambil tersenyum masam ke dia. Ngerasa aneh aja.
"Kenapa?" Tanyanya setelah duduk di hadapan gue.
"Gapapa!" Jawab gue sambil menyeruput susu kotak yang hampir habis.
Manusia di hadapan gue gak berhenti ngeliatin gue yang lagi minum. Sambil senyum-senyum gak jelas pula!
"Kenapa?"
"Gapapa!" Dia tersenyum.
Jujur aja, gue sedikit gugup! Deg-degan gak jelas. Semalem dia chat gue, dan sekarang langsung nyamperin gue tanpa ngomong apa-apa.
"Caca!"
Seseorang manggil gue dari belakang. Dan gue tau suara siapa itu. Gue males liat mukanya, dan denger suaranya pun gue ogah!
Tanpa melihat Edwin yang lagi berdiri di samping gue, gue tetep fokus menatap ke hp yang gue mainin.
Edwin masih diem. Dia cuma berdiri sambil sesekali menatap orang yang duduk di hadapan gue.
"Lo bisa pergi gak? Gue ada urusan sama Flica!"
"Gak!" Dengan sigap gue ngelarang Sam beranjak dari duduknya.
Ya! Manusia di hadapan gue itu Sam. Leonardo Samuel Jonath.
"Ca! Kita perlu ngomong!"
"Ya tinggal ngomong!"
"Ikut aku!" Tiba-tiba Edwin narik tangan gue tanpa gue sadari.
"Gak mau!" Gue berusaha melepas genggaman Edwin.
Namun kekuatan gue gada bandingannya sama Edwin, dia lebih kuat narik gue.
Tiba-tiba...
Tangan seseorang menahan lengan Edwin yang narik tangan gue.
"Kalo dia gak mau jangan di paksa!"
"Siapa Lo ikut campur urusan gue sama Flica?!" Bentak Edwin kepadanya.
Dia, Sam, hanya diam dengan ucapan Edwin.
Mereka saling menatap. Tatapannya begitu tajam, seperti ada pertarungan di pandangan mereka.
Gue mulai takut. Ini masih pagi, gimana kalo sampe mereka berantem gara-gara gue.
"Udah deh! Kalian apaan si! Edwin lepasin gue!"
Edwin menatap gue. Tatapannya terlihat kecewa, ia melepaskan genggamannya dengan penuh kekecewaan.
"Sam, Lo balik kelas!" Perintah gue supaya mereka berhenti saling tatapan.
Sam pergi ninggalin gue sama Edwin, sebelumnya ia menatap gue seakan bertanya "Lo yakin gue pergi?"
Gue mengangguk melihat tatapan Sam yang kemudian dia pergi meninggalkan gue sama Edwin.
Gue kembali menatap Edwin dengan malas.
"Gue harus ke ruang OSIS sekarang!" Dengan langkah pasti, gue pergi meninggalkan Edwin.
Tangan gue kembali tertarik yang membuat langkah gue terhenti.
"Bentar aja Ca! Aku mau jelasin kejadian kemarin!"
"Mau jelasin gimana lagi? Kapan si aku pernah bohong sama kamu? Kamu juga tau kan, AKU GAK SUKA DIBOHONGI!" Dengan penuh tekanan di ucapan gue membuat Edwin tersentak.
"Iya aku tau aku salah. Tapi kamu harus tau alasan kenapa aku pergi sama Lena tanpa ngomong dulu sama kamu."
"Kamu mau jelasin gimana? Mau bilang kamu peluk dia trus anterin dia pergi kemana aja! Gitu? Mau bilang kalo kamu nemenin dia ke acara ulang tahun sodaranya tanpa izin sama aku? Atau mau bilang, kamu izin ke aku mau nge-game sama Fajar tapi kenyataanya kamu nonton sama Lena?" Mau jelasin yang mana?!"
Kali ini Edwin benar-benar tersentak. Ia kaget, dia kira gue cuma tau mengenai Edwin nganter Lena pulang. Kejadian itu terjadi kemarin waktu gue ada rapat OSIS sewaktu pulang sekolah, jadi gue gak pulang bareng Edwin.
Tapi ternyata gue udah tau lebih banyak lagi. Sebelumnya gue emang udah bilang kalo gue gak masalah dia pergi sama cewe lain. Tapi ya asalkan dia jujur, dia bilang, gak bohong.
Di sini gue marah bukan karena dia pergi sama cewe, tapi karena bohongnya dia. Kemarin dia bilang gak bisa nungguin gue karena mau pergi sama Hekal, temen sekelasnya yang kebetulan temen Edwin dari SMP. Tapi kenyataanya dia nganter Lena pulang dan sama sekali gak pergi sama Hekal.
"Kamu tau dari mana?"
"Kenapa? Kamu mau ngehajar orang yang udah kasih tau aku semua kebohongan kamu?"
"Enggak Ca! Aku cuma ngerasa, kamu malah lebih percaya orang lain dari pada aku."
"Aku percaya sama orang yang jujur!"
Edwin kembali terdiam, gue narik tangan gue dari genggamannya dan pergi ninggalin dia.
*Hi guys, buat kalian yang mau baca cerita ini, makasih banget!! Semoga suka yaaa*
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMpluk
Short StoryIni tentang keajaiban dunia! Kenapa? Baca makannya!!! Btw, kisah awal gak langsung menceritakan tentang si tokoh utama dengan tokoh utama juga yaa *** "Susah namanya. Gue gak bisa hafalin!" "Pokoknya ada Sam sam nya gitu!" Lanjut Aini. "Sampluk?"...