JANDI

797 48 57
                                    

____________
÷•÷

Musim dingin kembali, membawa kenangan dan membuat kenangan baru. Jimin tidak menyangka akan kembali lagi pada kota metropolitan, Seoul. Sudah 15 tahun sejak ia menjadi mahasiswa di kota itu, dan dia tak menyangka akan mengisi kuliah umum di kampusnya yang sekarang menjadi lebih besar pula.

Kota yang penuh kenangan antara dirinya dengan seorang kawan, kawan yang mengajarkannya arti sebuah ketulusan namun ia sendiri tidak menyadarinya dan menganggap itu hal bodoh. Jimin tipe orang realistis, berpikir sesuai jalannya bukan berimajinasi yang membesarkan ekspetasi.

Pria yang cerdas memiliki intelektual tinggi, berpenampilan karismatik dengan rambutnya yang disisir ke atas menampakan dahi rupawannya. Masih terlihat sangat tampan hingga seseorang mengira masih berkepala dua. Banyak wanita ingin menjadikannya kekasih, namun dia telah melabuhkan hati pada sang dermaga.

"Apa sebegitu rindunya kau dengan tempat ini? Tidak biasanya. " Jimin mengalihkan pandangan pada wanita yang sekarang telah menjadi belahan jiwanya. Kang Seulgi, gadis yang Jimin persunting untuk menemani masa hidupnya hingga liang lahat. Wajah ayunya selalu membuat dirinya terlihat istimewa. "Jaemin ingin kau gendong, sedari tadi kupanggil kau tidak menyahut. " wanita ini mendengkus kesal.

"Mianhae... " Jimin menggeser netranya, melihat sosok yang setinggi setengah kakinya sedang merengut dan menatapnya tajam dengan mata bulatnya. Mereka sekarang masih berdiri di peron, karena kereta api yang mereka tumpangi baru saja berhenti.

"Appa tidak peka! " pekiknya dan membuat Jimin terkekeh, bayinya kini telah menguasai banyak sekali kosa kata sampai ia sendiri heran dari mana pula kosa kata sebanyak itu. Park Jaemin balita usia 4 tahun yang kini turut menemani kebahagiaan rumah tangga Jimin.

"Baiklah, jadi apa yang harus Appa lakukan untuk menebus semua itu? " Jaemin menaikkan satu alisnya, bersendekap berpose seperti sedang berpikir berat.

"Menggendongku kemana pun akan pelgi, jadi Appa halus melakukan itu. "

"Jika punggung apa sakit bagaimana? " Jaemin menggeleng tetap pada pendiriannya.

"Siap kapten. " Balita itu sudah berada di dekapan Jimin, sekarang mereka hanya sedang menunggu mobil yang akan menjemput menuju penginapan. Pihak kampus mengatakan sudah mempersiapkan kebutuhan keluarga Jimin selama di Seoul.

Tentu saja, karena Jimin adalah seorang ahli Geologi yang namanya telah mendunia. Datang dan memberi kuliah umum seperti ini adalah sebuah keberuntungan bagi yang mengundang. Sudah dipastikan bahwa tidak hanya mahasiswa saja yang hadir nanti.

"Apa sudah menunggu lama? " Seseorang baru saja turun dari mobil, kemudian membetulkan setelan jasnya.

"Jeon Jungkook, apa kabar? lama tidak bertemu." orang itu terseyum dan menunduk kemudian, mengingat Jimin orang penting yang akan dia jemput.

"Aku baik, masih tampan seperti dulu. Bagaimana denganmu Jimin- ssi? " Jimin berdecak melihat tingkah pemuda di depannya ini.

"Jangan begitu, aku sama saja seperti dulu."

"Ah benarkah? Tapi kurasa itu tidak terlalu benar karena kau membawa makhluk kecil ini bersamamu. Beruntungnya aku bisa bertemu ahli Geologi 'Park' lengkap dengan keluarganya. "

Jungkook mencubit pipi Jaemin ringan, membuat anak kecil itu menggoyangkan kakinya agar diturunkan dari gendongan. Melihat itu Jungkook sedikit tidak mengerti, ia pikir anak itu tak nyaman karena cubitannya.

"Anyeongseo jussi, ielemeun Palk Jaemin Imnida. " Balita itu menunduk memberi hormat pada Jungkook, dan Jungkook hanya terpaku karena melihat tingkah menggemaskan Jaemin yang berbicara dengan suara cadelnya. "Appa gedong lagi, " Ujarnya dengan merentangkan tangan, menurut Jaemin janji haruslah ditepati. Jadi ayahnya harus menggendongnya lagi hingga nanti di penginapan.

JandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang