Hatchi~
Hatchi~
Hatchi~
Terhitung sepuluh kali dalam satu menit Taehyung bersin karena dingin, sudah menjadi kebiasaan; setiap pagi bersin dan tidak berhenti sampai jarum jam menunjukkan pukul delapan. Kata dokter dia mengidap alergi dingin, tapi Taehyung menyangkal dengan fakta bahwa ia sangat suka salju. Seperti pagi ini, bingkai jendela kamar asramanya dipenuhi gumpalan putih.
Baekhyun masih tidur nyenyak di ranjangnya, Taehyung tidak berniat untuk membangunkan, karena pasti tidak ada jam pagi seperti dirinya. Masih pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, dia malas mandi karena terlalu nyaman bermain salju di bingkai jendela. Bermalasan memang sangat menggiurkan, tapi tidak berlaku untuk hari ini.
Dengan malas Taehyung melangkah menuju kamar mandi, meskipun malas bukan berarti suka terlambat. Hanya lima menit yang dibutuhkan untuk membersihkan diri, tidak perlu tampan karena dia juga tidak punya pacar. Yang penting dipandang nyaman, tidak kurapan. Hal terakhir, Taehyung mengaitkan tas ranselnya pada pundak, menutup pintu pelan agar Baekhyun tidak terkejut.
Kelas masih kosong, Taehyung mendesah panjang. Lelah hati, karena sudah panik akan telat. Nyatanya hanya ada dua batang hidung saja dalam ruang kelas itu. Hanya Jimin dan dirinya.
"Sudah mengerjakan tugas? " Jimin bertanya dengan pandangan masih pada ponselnya.
"Sudah. "
"Hari ini kuliah hanya satu matkul saja, menyebalkan sekali. "
"Aku sendiri inginnya membolos, tapi aku akan berpikir dua kali. Oh, Jim. Setelah kuliah ayo kita ke kafe Yoongi, hari ini Guardian of The Galaxy sudah keluar bluery -nya. " berharap cemas, Taehyung memandang Jimin yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Sepertinya tidak bisa, mianhae. "
"Tidak masalah. " Taehyung tersenyum menelan kecewa.
Setelahnya mereka diam kembali, dan bersamaan dengan datangnya dosen yang diekori beberapa penghuni kelas lainnya. Taehyung berpindah tempat duduk di deret nomor 3 dari depan, meninggalkan Jimin yang masih duduk di deret pertama. Dia memang seperti itu, percaya diri. Tentu saja karena dia pintar.
Taehyung menghela napas, dosennya satu ini sangat berbeda dalam menyampaikan materi. Menurut Taehyung sangat tidak berhubungan antara pembahasan dan matkulnya. Sangat membosankan, dia mulai menguap ingin tidur.
Pikirannya mulai berkelana, mencari topik sendiri agar tidak tertidur. Menyibukkan otak akan sangat membantu, sampai ia memilih memikirkan Jimin yang berubah satu bulan ini. Taehyung merasa dijauhi, Jimin banyak menghindar dan mengelak. Padahal dia juga suka dengan film adaptasi komik itu. Bukan Taehyung tidak punya teman, hanya saja dia nyaman bersama Jimin.
Lelah memikirkan Jimin, dia beralih melihat notifikasi pesan dari grop chat di ponselnya. Cukup banyak yang masuk, tapi Taehyung merasa hambar karena pertanyaannya diabaikan. Grop itu berisi dengan banyak author pembuat karangan fiksi, termasuk dirinya. Sebenarnya dia senang mengenal banyak orang.
Mata kuliah berakhir, Taehyung ingin menyapa Jimin hanya untuk salam 'sampai jumpa besok' tapi tidak bisa, karena dia terlalu sibuk dengan banyak orang yang mengerubunginya. Tidak ingin mengganggu, Taehyung bergegas pergi.
Memang wajar karena bulan depan ujian tengah semester akan berlangsung, cepat sekali. Pada hal baru dua bulan lalu libur, Jimin sudah pasti akan sibuk, tapi sesibuk apapun dia, Taehyung tidak pernah merasa terabaikan.
"Yoongi, seperti biasa aku pesan ice coffe latte satu." Taehyung berdiri menunggu, menyandarkan tubuhnya di meja pembatas setinggi setengah dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jandi
FanfictionKim Taehyung hanyalah seorang mahasiswa biasa, yang sedang mencari jati dirinya. Dia tidak ingin hanya dipandang sebelah mata, namun dia sendiri tidak tahu tapal batas kemampuannya.