Billionaire's Past 1 - Memori Masa Lalu

220K 5.1K 533
                                    

Bab ini ditulis oleh PhiliaFate

Dicopy sama persis ke:
The Cold Billionaire
The Perfect Billionaire
The Billionaire's Bride

Dicopy sama persis ke:The Cold BillionaireThe Perfect BillionaireThe Billionaire's Bride

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

William menghela napas tajam, berulang kali. Di sisinya, seorang wanita sedang duduk dalam diam. Matanya bengkak akibat tangis dan wajahnya terlihat pucat. Sekeras apa pun William berusaha memusatkan perhatian ke jalan, pikirannya tidak bisa lepas dari wanita itu. Dalam kesunyian mobil yang sedang melaju, direktur muda itu berusaha menenangkan diri. Sambil mengeratkan pegangannya pada kemudi, William mengatur pernapasannya, memendam amarah yang berkecamuk pada satu pribadi. Pribadi yang sudah membuat wanita itu hancur berkeping-keping, Axel Delacroix.

"Sejak awal, aku hanya bermaksud untuk membalaskan dendamku. Kau akhirnya bertekuk lutut padaku." Axel memutar badannya menatap William dan Mysha bergantian.
Tatapannya kembali dingin. "Itu hukuman karena wanita ini berani menampar dan menolakku!"

Rahang kokoh itu mengeras mengingat perkataan pria brengsek itu, mencampakkan Mysha, membatalkan pernikahan mereka tanpa bertanggung jawab. Kejadian di apartemen Axel barusan masih terekam jelas di benaknya. Setiap ucapan Axel dia dengarkan dan terpahat dalam ingatan. Ingin sekali William menghajar wajah penuh kesombongan itu. Dia tahu reputasi Axel sebagai womanizer dan selama ini dia hanya menegurnya sambil lalu. Selama Axel bisa mengatur perusahaan dengan baik, William memilih bungkam. Kehidupan pribadi seseorang bukanlah tanggung jawabnya, tapi kasus ini sudah di luar batas. Bukan hanya mempertaruhkan reputasi perusahaan, tapi juga mematahkan hati seseorang yang begitu berarti bagi William, Mysha.

William kembali mencuri pandang ke arah Mysha. Wanita itu menatap ke luar jendela, mengamati kilau cahaya lampu yang bergerak, hilang dalam pikirannya. Jelas sekali Mysha sangat terpukul mendengar kata-kata Axel. Walaupun William sudah berusaha menghibur dengan membawanya ke taman Old Westbury, masih tampak jelas bahwa Mysha hancur. William merasakan emosi kembali menggelegak dalam pikirannya. Setelah ini dia harus berbicara dengan Axel, empat mata, menanyakan dengan jelas semua alasan atas tindakannya. William berjanji dalam hati, akan melakukan apa pun dalam kuasanya untuk membuat Axel menderita bila pria itu memang seperti yang dia katakan di depan Mysha.

Maserati Quattroporte hitam itu meluncur mulus dan berhenti dengan anggun di depan kompleks apartemen bernuansa batu bata vintage. William segera keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Mysha. Gestur yang sering diajarkan oleh sang ibu, membuat William terbiasa melakukannya.

"Thank you," ucap Mysha pelan sambil memasang senyum singkat palsu. Mata emas wanita itu masih memancarkan kesedihan dan bekas air mata. Semuanya terlihat dari bingkai kacamata berwarna hitam, membuat William merasa dadanya terlilit rasa pilu.

"Beristirahatlah," balas William mengangguk singkat, menahan godaan untuk menarik Mysha dalam pelukannya dan memberikan rasa tenang pada wanita yang mati-matian berusaha tampak tegar. Sebagai gantinya, dia hanya menepuk singkat bahu Mysha. 

[END] The Perfect BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang