A/N
Riv sama Arraf emang karakternya sama-sama songong. Kalau nggak kuat, kibarkan bendera putih sadja wkwk. Ini chapter nyaris 3k words oemji.
-;-
========
8
a n a l i s i s
========
"Biasanya lo butuh waktu ngelamun berapa lama?"
Arraf baru saja duduk ketika Riv bertanya hal itu. Mungkin karena Riv mendapatinya terdiam terus dari tadi.
Menatap Riv yang terlihat santai sambil membaca menu, Arraf pun memutar bola mata. "Gue nggak ngelamun," bantah Arraf. "Kenapa nanya gitu?"
"Soalnya lo dari tadi diem aja. Kirain ngelamun."
Arraf mendengus. "Melamun itu pekerjaan para pemalas."
"Betul banget." Riv manggut-manggut setuju. "Soalnya, gue sering melamun dan gue memang pemalas."
Arraf membeku. Menatap Riv dengan wajah heran. Sebab setahu Arraf, orang-orang biasanya akan tersinggung jika dia menyindir seperti tadi. Bukan malah bersikap santai seperti Riv. "Riv," panggil Arraf, tak mau menghaluskan kata untuk bertanya, "lo bangga dengan sifat pemalas lo?"
Riv yang tengah membaca menu pun mengernyit. "Biasa aja, sih. Semua orang kan emang punya sifat pemalas."
"Tapi, rasa malas itu harus dilawan, kan?" tanya Arraf. "Kalau enggak, kitanya yang repot."
"Betul sekali." Riv menuliskan makanan dan minuman pesanannya, lalu memberikan daftar menu dan pulpennya ke Arraf. "Cuma, kadang bermalas-malasan sambil ngulet di kasur pas hujan rasa nikmatnya tak tergantikan."
"Ngulet?"
"Iya, ngulet. Jadi, kita ini ulat dan kepompongnya adalah selimut kita."
Arraf hanya manggut-manggut. Tak pernah tertarik untuk melakukan ngulet atau apalah itu. Sebab hal tersebut bisa memperlambatnya untuk menyelesaikan rencananya hari itu.
Seusai pelayan mengambil kertas pesanan mereka, Riv segera berkata, "Oke, jadi, gue ada analisis tentang kepribadian lo." Riv tersenyum. Dan Arraf mengernyit karena ini kali pertama Riv tersenyum setelah dari tadi hanya adu mulut dengannya. "Sebelumnya, gue minta maaf karena udah bohong tadi. Gue nggak cancel skripsi atau pun mengundurkan diri dari kuliah. Itu tadi cuma akting buat ngetes lo."
Kernyitan Arraf makin dalam. "Ngetes apaan?"
"Ngetes ucapan lo benar atau enggak." Riv menyilangkan tangannya. "Lo barusan bilang kalau ke teman-teman lo, lo hanya memberikan saran biar mereka bisa survive. Tapi dari yang gue lihat tadi setelah gue bilang gue mengundurkan diri dari kuliah, lo jelas-jelas bukan kasih saran ke gue. Tapi, lo menutut gue untuk melakukan hal yang tadi lo sebutin. Lo menuntut gue buat cari beasiswa, ikut PKM, minta info ke dosen segala macam biar gue bisa bayar uang kuliah."
Arraf terlihat ingin membela diri, tetapi Riv segera mengangkat satu telunjuknya untuk menahan lelaki itu.
"It's okay," ujar Riv, berusaha menenangkan. "Mungkin otak lo memang bekerja kayak gitu. Ketika ada masalah, otak lo langsung bekerja buat bikin rencana yang sangat terstruktur, yang menurut lo cepat dan efektif. Itulah kenapa lo langsung cepat ambil keputusan buat diri lo sendiri dan buat semua orang. Saat ada yang curhat ke elo tentang masalah mereka, lo langsung kasih tahu hal-hal apa aja yang perlu mereka lakukan dari A sampai Z, karena banyak orang percaya sama keputusan-keputusan lo, lo jadi yakin bahwa lo adalah orang yang terbaik untuk mengambil keputusan. Itu juga alasan kenapa lo sering dijadiin pemimpin. Karena keputusan lo cepat dan lo lebih sering main aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rotasi dan Revolusi
Teen Fiction[TELAH TERBIT] Arraf Abizard Rauf adalah raja tanpa mahkota Universitas Sapta Husada. Semua orang sering menyebut-nyebut namanya bagai dewa, mengikuti segala ucapannya, serta tunduk pada perintahnya. Keberhasilan berprestasi bagi Arraf adalah sesuat...