28 || Matahari

59.2K 8K 1.1K
                                    



========

28

m a t a h a r i

========




Karena sedang musim penghujan, siang ini langit menurunkan rintik ketika Arraf dan Riv masih makan di tempat makan dekat danau.

Rintik gerimis itu cuma datang sebentar. Arraf dna Riv hanya menunggu lima belas menit hingga gerimis reda sebelum berjalan-jalan mengitari danau. Tak lupa Arraf menyelipkan tangannya di sela-sela jemari Riv.

"Tiga bulan, Raf," Riv mengingatkan sambil mereka berjalan. "Tiga bulan lagi kita kembali waras."

Arraf bergumam. "Kalau udah lewat tiga bulan, kira-kira kita masih bisa gemes-gemesan kayak gini nggak, ya?"

"Masih, kok," jawab Riv, menatap ke Arraf. "Tapi, harus usaha lebih keras gitu sih, Raf. Kalau pas fase tiga bulan ini kita nggak usah banyak kerja keras karena udah alamiah happy karena hormon, kalau setelah itu, kita harus melakukan usaha lebih biar hormon-hormon itu tetap aktif. Hormon-hormon yang bikin manusia jatuh cinta sampai tergila-gila ini aktif banget karena segalanya baru buat kita. Baru pertama ngobrol, baru pertama gandengan tangan, baru pertama kencan, dan semacamnya. Lama-lama ini ada titik jenuhnya."

"Cara ngilangin jenuhnya, gimana?"

"Cara kamu ngilangin rasa bosan sama pacarmu dulu, gimana, Raf?"

Arraf terdiam. Mengingat-ingat. "Aku jarang pacaran lebih dari tiga bulan, sih. Paling lama lima bulan."

"Putus karena bosan?"

"Iya. Dan nggak ada yang tahu gimana buat menanggulangi itu. Sama putus karena pada akhirnya mereka sadar aku terlalu ambisius sampai jadi cuek ke mereka." Arraf mendengus. "Padahal aku kan juga punya target pencapaian. Harusnya mereka menyibukkan diri sendiri alih-alih cuma menuntut aku buat kasih perhatian. Mereka kayak nganggep, aku wajib membahagiakan mereka tiap saat gitu, Riv. Aku jelas nggak bisa. Walau aku memang mau membahagiakan pacarku, aku nggak akan bisa melakukannya tiap saat."

"Masuk akal. Kebahagiaan itu tanggung jawab kita, bukan tanggung jawab orang lain," ujar Riv. Menarik oksigen. "Tapi, menurutku kita tetap harus berusaha meluangkan waktu buat pasangan. Biar mereka merasa dihargai. Kamu kan bilang sendiri, kamu butuh quality time. Kalau kamu udah berusaha meluangkan waktu, tapi pasanganmu nggak turut meluangkan waktu, gimana?"

Arraf manggut-manggut. "Ya. Tapi, kalau aku memang lagi sibuk kejar karier, gimana? Kan, ini buat pengembanganku juga."

"Kalau gitu bilang kalau kamu memang lagi sibuk kerja. Tapi, juga jangan lupa usaha buat luangkan waktu. Soalnya salah satu cara biar hubungan awet kan, kita harus membuat pasangan kita merasa dihargai."

"Benar juga." Arraf lalu melirik Riv yang berjalan di sampingnya. "Kamu merasa dihargai kalau aku luangin waktu buat kamu?"

"Iya dong. Emangnya kamu enggak?"

"Aku merasa dihargai. Karena itulah aku juga mau kamu tahu bahwa dengan aku selalu meluangkan waktu buatmu, walau itu cuma seminggu sekali, walau chat kamu nggak langsung dibalas saat itu juga, intinya aku udah meluangkan waktuku buat kamu. And if I do that, it means you're really worth that much for me."

"Iya, hamba tahu, Paduka Raja Arraf yang sibuknya bukan main."

Arraf terkekeh. "I'm serious, though."

Rotasi dan RevolusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang