Teruntuk Muse-ku
Masih teringat jelas di benakku. Ketika kamu datang jauh. Dari negerimu ke negeriku.
Kala itu sedang musim kemarau. Kamu memintaku untuk menemuimu di guesthouse dekat pantai. Kita berdua duduk berdua di kafe guesthouse,menyeduh kopi,sembari mendengarkan satu album musik jazz dari band terkenal 'Tape Five".
Kamu menceritakan padaku tentang musim panas di negaramu yang mirip,mirip sekali, dengan musim kemarau di sini. Kamu menceritakan manakala kamu bermain di hutan dekat pantai untuk mencari kunang-kunang. Ah, betapa indahnya jika aku bisa berada di sana saat musim panas.
Sekarang sudah hampir satu tahun sejak pertemuan itu. Aku masih ingat bahwa kamu berjanji untuk menemuiku di musim kemarau. Tapi, semenjak pertemuan itu kamu jarang menghubungiku lagi. Kamu ingat kan kalau aku ini benci dengan omong kosong belaka? Aku lebih suka orang yang langsung bertindak menepati omongan dari mulutnya daripada orang yang hanya bicara omong kosong tanpa membuktikannya.
Aku tidak menuntutmu untuk segera ke sini. Hanya saja, sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari guesthousemu dulu. Tiba-tiba saja aku ingat dirimu.
Mungkin ini agak konyol. Tapi aku mengetik e-mail ini sambil duduk di tepi pantai,menanti seorang penyelamat yang akan membawaku ke kafe itu. Karena aku, ya,kau tahu? Aku tersesat. Ah,sekian dulu ya.
Salam,
Azalea***
Gadis itu hendak menekan kata "send" pada layar touchscreen ponselnya. Namun, diurungkannya niatannya itu. Kemudian ia menekuk kakinya dan dipeluknya kedua lututnya. Ia menghela napas panjang. Memikirkan betapa bodoh dirinya hingga sampai tersesat seperti ini.
Sambil terus menatap langit sore yang kekuning-oranyean,ia berharap seseorang yang ia kenal datang dan membawanya pergi dari sini.
"Loh,kamu di sini?"seseorang menepuk pundak gadis itu.
Syukurlah.
Gadis itu mendongak ke atas,menatap orang yang menepuk pundaknya.
"Ngapain?" Tanya orang itu.
Sang gadis tersenyum lalu berkata.
"Menunggu kemarau,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Kemarau
Novela JuvenilSemuanya menyukai musim hujan. Penyair suka hujan,anak kecil suka hujan,hingga para orang tua suka hujan. Hingga mereka terkadang melupakan adanya kemarau. Bagaimana bisa sebuah bunga setia menunggu datangnya kemarau yang bisa jadi membunuhnya? Baga...