1. MarisAbrar

251 15 0
                                    

Ini hanya kisah cinta yang ringan. Kisah cinta yang berawal dari khayalan yang menjadi kenyataan. Dari seseorang yang telah membawamu terbang tapi kemudian menjatuhkanmu tanpa perasaan.
Bukan, ini bukan tentang mantan pacar. Tapi ini tentang lelaki yang ingin sekali Marisa panggil sebagai mantan suami. Nyatanya ia tak bisa, atau memang tidak mau bisa.

________

Mungkin ceritanya dimulai dari sini. Saat Marisa duduk di kelas 1 SMA , dan Mas Bimo-mas kandung Marisa baru saja diterima sekolah di STIMART AMNI Semarang.
Sang Papa meninggal dunia karena serangan jantung mendadak. Kemudian mamanya menikah lagi dengan Surip si perjaka ting ting kere yang ngekos di kos kosan Pak Idris-ayah Marisa. Banyak yang bilang mama Marisa sudah kena jurus jaran goyang si perjaka kere itu hingga mau maunya diajak menikah lalu pergi entah kemana. Meninggalkan Marisa dan Bimo yang masih butuh sokongan hidup untuk membiayai sekolah mereka.

Rumah Marisa memang luas, besar, temboknya dikeramik semua, ada 6 pintu kos kosan juga di halaman belakang, tapi ketahuilah itu semua hasil hutang di bank. Dan angsurannya masih berjalan sampai sekarang.

Dulu, sebelum sang papa pergi, tiap ada penagih hutang datang kerumah sang mama selalu berkata

"minta sama Idris lah, kan semua hutang atas nama dia" .

Dasar wanita ular, padahal dia juga ikut andil dalam menikmati semua hasil hutang yang dipinjam pak Idris.
Kini, rumah luas itu telah dijual untuk menutup hutang yang belum juga lunas.

Untuk makan sehari hari , Marisa dan Bimo jualan nasi goreng grobakan di pinggir jalan.

Oh ya, tentang pacar, Marisa punya Abrar Ardian si taruna akademi militer Magelang. Dan Bimo punya Yuli si mahasiswa akademi kebidanan yang keluarganya sangat baik hati hingga mau membiayai sekolah Bimo dan Marisa.

__________

Beberapa tahun berlalu, hingga tiba di hari kelulusan Marisa.
Gadis itu terus menyunggingkan senyum termanisnya kendati pelupuk matanya tengah bersusah payah menahan bendungan air mata yang ingin tumpah. Jujur ia iri melihat teman temannya didampingi orang tua masing masing sedangkan ia hanya seorang diri. Tanpa Mas Bimo yang kini sedang berlayar, tanpa Abrar yang sudah pasti gak bisa datang.

"Peringkat 2 paralel jatuh kepada Ananda Marisa Idris dari kelas 12 IPA satu.... !!!" seorang dari atas panggung memanggil nama Marisa.

'SIAL' dalam hati Marisa terus mengumpat kata itu. Bukan tak bangga, ia tidak mau diposisi ini. Diposisi dia yang hanya seorang diri.
Air mata Marisapun luruh beirirang dengan kakinya yang melangkah berat menuju panggung.

"Saya gak usah ikut foto Bu" ujar Marisa pilu setelah menerima hadiah dari sekolah.

"Hus gak boleh gitu, anak berprestasi harus foto sama ibu." kata sang Guru seolah paham akan kegelisahan Marisa. Lagi lagi, saat yang lain berfoto dengan orang tua mereka, Marisa malah berfoto dengan gurunya. Ah sudahlah, gak masalah.

"Gimana SNM-nya Sa? Diterima dimana?" tanya sang guru.

Marisa hanya mesem tipis. Yah, 1 masalah lagi yang membuat pelupuk matanya mengembun.

Marisa diterima kuliah di Semarang, tapi sayangnya pengajuan bidik misi gadis itu ditolak. Kuliah itu butuh banyak uang, sedangkan Marisa tak punya uang. Mau minta sama siapa? Mas Bimo aja sekolah dibayarin orang tuanya mbak Yuli. Otomatis Marisa harus merelakan dirinya tidak kuliah.

________

Pukul 1 siang acara pengumuman kelulusan telah selesai. Marisa bergegas meninggalkan aula sekolahannya dengan hati hati karena kondisi gerbang sedang macet macetnya.

ILATERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang