7. Aneh

113 7 1
                                    


Siapa yang bisa menjamin kehidupan setelah menikah itu akan lebih bahagia.

Marisa menghembuskan nafas kasar. Menatap nanar memo kecil yang ia tempelkan di magicom, lalu berpindah ke mangkok sayuran yang isinya masih utuh. Memo itu bertuliskan "jangan lupa sarapan, aku masakin sayur daun ketela kesukaan kamu".

Itu memo ketiga yang ia tulis dan ketiga kalinya juga masakannya diabaikan begitu saja. Ketiga artinya pernikahan Marisa dan Ethan sudah memasuki hari ketiga. Hubungan mereka semakin renggang dan cenderung hambar.

"Sabar ya Nduk" usap lembut Mak Eni-pembatu dirumah Ethan.

Marisa hanya mengangguk pelan sambil menutupi kesedihannya dengan seulas senyum tipis andalannya.

"Besok Mamak temenin ke pasar deh, sekalian cuci mata kita nduk hehehe" hibur Mak Eni.

"Cuci mata kok ke pasar sih mak" sahut Marisa sambil mengambil piring dan menyendokkan nasi dan kawan kawannya.

"Bagi mamak kan cuci mata, bisa ketemu abang abang ganteng selain pak Mamat(tukang sayur yang biasa lewat depan rumah Ethan) hehehehee "

"Siap 86 mak, gasskeeuun" ucap Risa sambil mulai ritual memperkenyang perut. Pikirannya merawang ke kejadian 3 hari lalu .
3 hari yang susah payah ia lalui dengan beribu ribu pertanyaan yang hanya menguap diudara.

11 Januari, malam minggu manis, sepasang manusia segera mengikat janji untuk saling mengisi hati, melengkapi kehidupan.
Hari itu, Marisa jadi manusia paling bahagia didunia saat MUA terkenal mulai menyapu lembut pipinya dengan spons bedak.

"Masalah pernikahan kita, kamu gak usah repot sendiri, biar aku ama Dita yang atur. Aku tau selera kamu" , begitulah ucapan Ethan yang terngiang ditelinga Risa setiap hari. Dia merasa sangat diringankan dan diistimewakan. Pekerjaan kantorpun tidak ada yang terbengkalai karena mengurusi soal pernikahan.

Tapi nyatanya, saat Risa sampai diruang tengah, tempat dimana ijab kabul itu akan diselenggarakan, rumah Ethan begitu sepi. Hanya ada keluarga SAJA.
Meneguk air liur dalam, Risa berusaha menghibur dirinya "mungkin nanti pestanya banyak undangan".

Semua hanya mimpi, tidak ada pesta, tidak ada media, tidak ada bulan madu.

____________________

Risa pov

Aku terbangun karena cahaya matahari menembus jendela kamar Ethan, eh sekarang jadi kamarku juga. Kuhembuskan nafas kasar, tiap mau tidur ataupun bangun tidur, aku tak pernah menemukan Ethan disampingku.

Menuruni anak tangga menuju dapur, mengambil air putih dan bertemu mak Eni
"Gimana nduk, udah indehoy ya? Itu tadi den Ethan turun dari kamar rambutnya basah" ucap mak Eni.

Bruuuuuyffffff-suara air menyembur dari mulut.
"Belum mak" jawabku cuek
"Emang Ethan keluar kamar jam berapa? " lanjut tanyaku

"Buaahahahha, kayaknya jam 5 pagi nduk" suara mak Eni terputus putus karena berbicara diselingi tawa.

"Udah nikah kok masih perawan aja" goda mak Eni.

Mak Eni tau semua tentangku, karena hanya dia satu satunya temanku dirumah ini-baca rumah Ethan. Atas semua keanehan tentang pernikahan ini, kuceritakan pada mak Eni, semuanyaaaaa~.

"Ngledek teroooos" sahutku sewot
Dan suara mak Eni masih terus menggelegar di dapur.

Hari ke 6, dan masih sama, hambar, tidak ada hangat hangatnya romansa pengantin baru.

____

kantor TVN 15 menit sebelum jam masuk.

"Wiiidiiiihhh, Produser kebanggaan bos Tian dah gak perawan lagi nih, cihuuuy" goda Salis saat aku baru saja nongol di kantor.

ILATERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang