Mark menatap Herin, sedih. Dua remaja itu berada di ruang latihan yang terkunci. "Jadi, kamu benar-benar pergi?"
Gadis di sampingnya menekuk lututnya kemudian menyandarkan dagunya di sana. "Ya, aku hanya- lelah pada penantian yang tak kunjung kuraih."
Mark diam, tubuhnya tersandar pada kaca di belakang tubuhnya. "Kenapa?"
Herin menghela napasnya, "Karena aku lelah menunggu dan tekanan terus muncul. Hubunganku dengan trainee lain pun tak baik. Kamu tahu 'kan tak semua orang menyukaiku."
"Tapi aku menyukaimu. Aku, Jisung, Jeno, dan Jaemin. Kita berjanji untuk berdiri di panggung yang sama bukan?" Mark kini menatap Herin, kekecewaan terlihat di mata pemuda itu. "Jangan pergi ya? Kumohon."
Herin menggeleng, "Mark, aku lelah. Aku ingin berdiri di panggung yang sama dengan kalian, hanya saja mungkin tidak untuk waktu dekat ini. Mungkin juga bukan di tempat ini."
Mark menunduk, "Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
Herin tersenyum, kali ini tanpa beban. "Aku akan meraih mimpiku dengan cara lain, di tempat lain." Herin meraih tangan Mark, "Aku harap kamu akan selalu mendukungku Mark."
Mark melepaskan tangannya dari Herin, memilih untuk memeluk tubuh Herin erat. "Aku akan selalu mendukungmu. Selalu."
Herin diam dalam pelukan Mark. Pelukan terakhir dari cinta pertamanya. Mark juga melakukan hal yang sama, memeluk cinta pertamanya untuk melepaskannya.
••
kangen herin sama mark :(
-amel