Chapter 6

1.2K 83 5
                                    

Pagi hari yang cerah, Nanda bersiap untuk pergi ke sekolah seperti biasanya. Ia merapikan pakaiannya, walaupun memang tidak pernah terlihat rapih.

"Nanda, ayo sarapan dulu!" teriak mama Nanda

Nanda langsung mengambil tas cokelatnya dan turun untuk sarapan pagi bersama mamanya.

"Wah, Nanda udah gede lu ya!" ucap seorang lelaki yang ada di meja makan

Nanda menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang berbicara barusan.

Ternyata itu kakak lelaki Nanda yang sedang libur Kuliah, Raja namanya.

Nanda mendengus "Ngapain lo balik?"

"Kan kuliah gua lagi libur, bocah."

Nanda mengabaikan omongan kakaknya tersebut, ia langsung menyantap sarapan buatan mamanya tadi.

"Berangkat ya ma!" ucap Nanda sambil membersihkan bibirnya

"Dianter gua gak Nan?" tanya kakaknya

"Gak perlu."

"Nanda Hati-hati!" teriak mamanya

Nanda hendak memanggil pak Supir, tetapi mobil yang akan mengantar Nanda sudah ada di depan Nanda.

"Udah, dianter gua aja!" kata Raja

Nanda mendengus lalu membuka pintu mobil.

"Lo gak kangen apa dek sama gua?" tanya Raja sambil menyalakan mesin mobil

"Gak penting."

Raja hanya menggelengkan kepalanya, lalu melajukan mobil tersebut.
Di perjalanan tidak ada sama sekali obrolan, Nanda hanya melihat ke kaca mobil sedangkan Raja fokus menyetir walaupun terkadang sesekali melihat adik satu-satunya tersebut.

"Sekolah lu yang ini kan?" tanya Raja

"iya" sahut Nanda singkat sambil membuka pintu mobil

Nanda menutup pintu mobil dengan keras, sampai-sampai Raja melonjak kaget.

Lapangan terlihat agak becek, karena semalam datang hujan yang tidak terlalu deras.
Tali sepatu Nanda terlepas, ia tidak sama sekali perduli walaupun sekarang tali sepatunya sudah kotor karena terkena genangan air di lapangan.

"Nanda!" teriak seorang perempuan

Nanda berbalik lalu melihat siapa yang memanggilnya.

"Yuk bareng!" ajak perempuan tersebut

"Lo temen sekelas gua?" tanya Nanda

Perempuan itu mengangguk.

"Wita nama gua. Gua maklumin kok, kan lu baru masuk sehari." Kata Wita

Nanda hanya tersenyum lalu mengangguk, mereka meneruskan jalan ke arah kelas mereka.

Saat sudah sampai di kelas Nanda langsung duduk di bangkunya, belum terlihat Agam disana.

Nanda menyabut permen karet dari sakunya, entah kenapa permen karet membuat Nanda teringat pada Agam.

"Ehh awas-awas gua mau masuk."

Nanda mendongak melihat siapa yang ada di depannya "Berisik banget lu pagi-pagi!"

Agam duduk di bangku dekat tembok, ia selalu minta duduk disitu karena menurutnya mudah untuk tidur saat jam pelajaran.

Agam menyimpan tasnya "Kenapa lu? Muka lepek amat kayak bakwan udah siang.

Nanda mendelik "Muka lu tuh bakwan, berminyak!"

"Sensi mulu." agam berbicara pelan tetapi masih bisa terdengar oleh Nanda

"Bacot lu." sahutnya sambil menelusupkan kepala pada kedua tangannya

Agam berbalik melihat Wendra dan Gio, ternyata mereka sedang beradu argumen.

"Ngapain sih ribut mulu?!" tanya Agam

"Tuh bocah nyolong sendal jepit gua" sahut Gio

"Bohong...." Gio berhenti "luka lu udah baikan gam?" lanjutnya

Wendra dan Gio sekarang fokus pada luka Agam dan lupa dengan masalah sendal jepit tadi.

"Ya, lumayan sih." jawab Agam"Si Rino mana dah?"lanjutnya

"Tuh, molor dia mah setiap pagi juga kan kebiasaan." kata Wendra

Mereka bertiga tertawa singkat.

bel mata pelajaran pertama sudah berbunyi, semua murid menyiapkan alat tulisnya.

Bu Rinda adalah guru yang mengisi kelas Agam di jam pertama, ia mengajar pelajaran Bahasa Inggris.

"Good morning!" sapa bu Rinda

"Morning, miss!" sahut semua murid

"Disini ada anak baru ya?" tanya bu Rinda

"Ada."

Semua mata tertuju pada Nanda, sehingga bu Rinda tidak akan bertanya lagi siapa murid barunya.

Bu Rinda tersenyum"Sini, perkenalkan diri kamu."

"Perkenalan mulu, nanti juga kenal."sahut Nanda yang membuat semua murid tertawa

Bu Rinda ikut tertawa"Yasudah kalau kamu keberatan."

Guru perempuan itu mengajar seperti biasa, semua murid memperhatikan. karena sudah terkenal di sekolah itu bahwa Bu Rinda adalah guru bahasa inggris ter-asik.

"Nan, Nan misi Nan gua mau ke toilet nih." ujar Agam

"Gak." sahut Nanda tidak melirik Agam sama sekali

"Udah gak kuat gua ini, cepetan kek gak usah rese!" Agam memohon

"enggak, gue mager."

Karena tidak kuat Agam mendorong Nanda, Nanda hampir terjatuh. Tetapi, Nanda menarik seragam Agam untuk menahan dirinya agar tidak jatuh ke lantai. Kancing baju Agam terpencar kesegala arah karena tarikan dari Nanda.

Baju Agam terbuka, sampai-sampai dada bidangnya terlihat oleh semua murid di kelas itu.

"Astagaaaa, kalian ngapain?" teriak bu Rinda

"Miss, saya mau ke toilet. Tapi dia gak mau berdiri, jadi saya dorong dia. Eh dia malah narik seragam saya sampe kancingnya loncat semua" ucap Agam menjelaskan

"Seragam-mu Gam? Kamu bawa jaket?" tanya bu Rinda

"Bawa, Miss." sahut Agam

Agam menutup mata Nanda menggunakan telapak tangannya "jangan liat dulu, mau gua tutupin. Pasti lo ngiler liat dada gua."

Agam langsung menutupi dadanya, karena semua murid perempuan terutama Nanda dari tadi melihat dada bidang milik Agam.

"Yasudah, sana kalau mau ke toilet kalau sudah gak kuat!" ucap Bu Rinda

Agam mendengus"Gak jadi, miss. Udah gak kerasa lagi"

Bu Rinda menggelengkan kepalanya dan melanjutkan materi yang ia bawa, sedangkan Nanda sedari tadi sibuk menatap Agam yang terus sinis kepadanya.

"maaf" ucap Nanda

Agam mengabaikan ucapan perempuan di sebelahnya, ia memakai jaket yang ia bawa dari rumah.

"maaf." ucap Nanda sekali lagi

Agam masih mengabaikan ucapannya, sekarang ia sedang pura-pura memperhatikan Bu Rinda.

Nanda mencubit tangan Agam"Maaf ga?"

Agam meringis dan mengusap-usap tangannya "iya iya, nyakitin mulu."

Nanda tersenyum lalu mengambil permen karet yang ada di sakunya.

"nih buat lo!" kata Nanda sambil menyodorkan permen karetnya

Agam menariknya dengan cepat tanpa aba-aba. Ia langsung membuka permen itu dan memakannya.

-----
Voment:))
Jangan lupa ya. Hehe

Mood BoosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang