Chapter 3

1.3K 75 0
                                    

Setelah sampai di rumah, Nanda mendengar suara berisik didalam. Banyak suara barang yang pecah, spontan Nanda langsung berlari masuk ke dalam. Ternyata, didalam mama dan papa Nanda sedang bertengkar hebat. Sebenarnya Nanda sudah terbiasa dengan keadaan ini, tetapi baru kali ini pertengkaran terjadi dengan sangat parah.

"KALIAN APA-APAAN SIH? APA YANG BIKIN KALIAN BERANTEM HAH? KALIAN GAK SAYANG SAMA NANDA?" teriak Nanda emosi

Tak terasa air dari matanya keluar begitu saja, ia tidak mau terlihat menangis didepan mama dan papanya. Tetapi, sepertinya mata Nanda tidak bisa diajak berkompromi

"Nanda, tolong mama. Dia mau ngambil semua uang mama" ucap mama Nanda sambil menangis sangat keras

"Lo? udah berapa kali lo sakitin mama? Lo itu kepala keluarga, Arya! Gua malu punya bokap kayak lo!" teriak Nanda, bahkan ia berani menunjuk wajah ayahnya

"HAHAHA, kamu sama mama kamu sama aja!" sahut papa Nanda

"Lebih baik lo pergi dari sini, keparat! Dasar bajingan!" Nanda semakin menangis, ia mendorong papanya sampai keluar rumah

Setelah itu, Nanda memeluk mamanya.

"Nanda, kamu gak boleh terlalu kasar sama papa kamu. Walaupun dia kayak gitu, dia tetep papamu Nan" ucap mama Nanda

"Ngapain sih mama masih ngebela si bajingan itu? udah lah lebih baik sekarang mama ke kamar terus istirahat. Nanda mau mandi dulu" jawab Nanda

Mama Nanda mengangguk mengerti, ia pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri. Sedangkan, Nanda pergi ke kamarnya yang bernuansa laki-laki itu.
Nanda membaringkan tubuhnya, ia langsung memejamkan matanya. Saat matanya terpejam, semua kenangan di masa lalunya muncul dan membuat Nanda meneteskan air mata.

"Gue benci kehidupan!" ucap Nanda

Nanda membuka kedua matanya yang indah itu, dan ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
-
Rino, Wendra, dan Gio sedang ada di rumah Agam. Mereka bermain permainan di ponsel mereka, sudah biasa tiga orang itu bermain di rumah Agam.

"Gam, bisa gak sih lo maininnya? Gak rame banget mabar kali ini. Cacat" ucap Wendra geram

"tenang dong, gue juga lagi usaha" sahut Agam

Tiba-tiba ayah Agam datang ke kamar laki-lakinya itu. Sontak, membuat empat orang didalamnya kaget.

"ck, ayah ngapain sih?" Tanya Agam kesal

"iya om, bikin kaget aja" lanjut Gio

"maaf, om cuma mau ikut mabar. Tapi om baru download ini permainan, jadi ajarin om ya?" ujar ayah Agam yang membuat semuanya tertawa

"Yaudah om, ayo!" ajak Rino

Semuanya asik bermain, terutama ayah Agam.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul delapan malam, sahabat-sahabat Agam akan bersiap untuk pulang.

"om, udah jam delapan. Lanjut besok kuy!" seru Rino

"yaudah, om keluar ya. Makasih"

Ayah Agam meninggalkan mereka semua.

"Gila ayah lo gaul banget gam" ucap Wendra

"iye, kalau bokap gua kayak gitu. Bisa gua ajak mabar tiap hari hahaha" lanjut Rino

Agam hanya ikut tertawa dalam obrolan tersebut. Semuanya pamit pulang, karena sudah malam. Walaupun besok adalah hari libur karena tanggal merah, mereka tetap pulang tidak terlalu larut malam.

Setelah semuanya pulang, Agam membantingkan tubuhnya ke kasur berwarna abu-abu miliknya. Karena sangat lelah, Agam sudah masuk ke dalam alam mimpi.
-
Karena hari ini adalah hari libur, Agam bangun di pukul sepuluh pagi.
Ia bergegas membersihkan tubuhnya, dan sarapan bersama ayah dan ibu.

"Lah? Ibu kok sarapannya nasi goreng sih?" tanya Agam

"apasih kamu orang ini buat ayah, ibu juga tau kalau kamu gak suka nasi. Masa ibu lupa" sahut ibunya sambil mengambilkan nasi goreng untuk ayahnya

Agam menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Ia merasa malu, karena ibunya memang tidak akan lupa kalau anaknya yang tampan ini tidak suka nasi.

"Gam, mau kemana kamu?" tanya ayah

"jalan-jalan bentar lah yah, pusing Agam" jawab Agam singkat sambil menggigit roti miliknya

Ayahnya mengangguk mengerti. Semuanya tidak ada yang bicara, kecuali hanya suara sendok dan garpu bersentuhan.
Setelah semuanya selesai, Agam meminta izin pada orangtuanya untuk keluar rumah.

"yah, bu Agam berangkat dulu" ucap Agam sambil berjalan ke arah pintu

"eh tunggu gam, ibu mau nitip ini nih" cegah ibunya

"apaansi bu?" tanya Agam

Ibunya berlari ke dapur dengan membawa dua kresek baju kotor.

"Ibu nitip ini nih, kamu kasih ke laundry depan ya!" ucap ibu Agam sambil memberikan keresek itu

"Ah gamau Agam, ibu aja yang kesana"

"Mau dikutuk jadi batu?"

Agam melotot mendengar kalimat yang tadi dikatakan ibunya, ia langsung merebut keresek yang dipegang ibunya tadi dan pergi meninggalkan rumah.

Agam mengendarai motor merahnya, ia sudah tahu kemana dia akan pergi. Jalanan terlihat ramai lancar, walaupun sekarang hari libur.

Agam pergi ke laundry langganan keluarganya.

"Mba ini baju kotor biasa lah titipan si ibu" ujar Agam

Wanita itu berbalik ke arah Agam, ternyata itu wanita yang Agam kenal.

"Lah, Nanda? Ngapain lu?" tanya Agam

"nyuci beras!" jawab Nanda dengan nada yang sewot

"yaelah sewot amat" sahut Agam

"ya pertanyaan lu gak bermutu banget" Ujar Nanda dengan tangan yang disimpan di dada

"Ya orang cuma nanya, Nan pakaian lu gak ada yang kecewekan dikit gitu?" tanya Agam sambil menyipitkan matanya

"Banyak tanya lu kaya Dora!" bentak Nanda

Agam mendengus, kemudian mereka berdua langsung menyimpan semua pakaian kotor mereka, lalu meninggalkan laundry tersebut.

-------

Mood BoosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang