Chapter 13

251 16 3
                                    

"Udah sampe" Agam memberhentikan motornya tepat di depan rumah Nanda

Nanda turun dari motor Agam "Makasih. Gam. Kapan-kapan gua ke rumah lu lagi ya?"

Agam mengangguk "Dengan senang hati"

"PERGI SEKARANG JUGA PERGI!"

Teriakan itu sontak membuat Agam dan Nanda melihat ke sumber suara. Nanda membulatkan matanya sempurna ketika melihat Siska berteriak sambil menangis.

"Mama," ucap Nanda pelan sembari mendatangi mamanya

Otomatis Agam turun dari motornya dan berlari menghampiri Nanda.

"Nan, ada apa?"

Nanda terus berjalan dan memeluk Siska, ia melihat Raja tengah mabuk berat. Melihat hal itu membuat Nanda marah besar.

"Bajingan! Lo apain mama?!" Teriak Nanda sambil menarik rambut Raja

"Lo bilang udah berubah. Berubah apanya? Emang bener ya, lo itu sama bajingannya sama Papa!!" Kemarahan Nanda benar-benar sudah tingkat paling tinggi kali ini

Raja tersenyum miring mendengar ucapan Nanda "Kayaknya emang gue turunan Papa yang paling sempurna, bajingannya aja sampe nurun." katanya dilanjut tertawa

Agam cepat-cepat membawa Siska dan Nanda ke dalam rumah "Udah-udah tante sama Nanda kita kedalem aja, ya? Gak ada gunanya debat sama orang mabuk."

Dengan berjalan sempoyongan Raja masuk kedalam rumah lalu menarik baju Agam "Siapa lu? Ikut-ikut urusan keluarga gua segala!"

Agam melepaskan tangan Raja yang menarik bajunya. Ia mendorong Raja keluar rumah dan langsung mengunci pintu rumah Nanda.

Agam berbalik menghampiri dua wanita yang terlihat sangat rapuh.
Sebenarnya Agam sangat marah melihat lelaki tadi, tentu saja Agam mengetahui lelaki itu. Dia yang menjemput Nanda ke sekolah, sekaligus yang membuat Agam penasaran sampai sekarang.

"Tante, dia udah gak ada. Tante tenang ya?" Ucap Agam sambil duduk di lantai karena menyamai posisi Nanda dan Siska

Siska melepaskan pelukan Nanda lalu menatap Agam "Terimakasih." Katanya tersenyum tulus

Agam bangkit lalu mengedarkan pandangan mencari dimana dapur berada. Setelah menemukan dimana dapurnya, Agam langsung menuangkan air ke dalam dua gelas.

"Nan, Tante. Ini minum dulu biar agak tenang."

Nanda dan Siska langsung meneguk air tersebut. Tangisan Nanda sudah tidak seperti tadi, kini ia sudah merasa lebih tenang.

"Mama, ke kamar ya istirahat aja didalem." Perintah Nanda lembut sambil mengusap punggung Siska

Siska mengangguk lalu tersenyum pada Nanda dan Agam. Kemudian ia pergi ke kamarnya.

Agam yang sedari tadi duduk di bawah, kini bangkit duduk di sofa sebelah Nanda.
Agam tidak akan bertanya tentang apa yang terjadi kali ini, karena ia tahu bagaimana perasaan Nanda sekarang.

Suasana hening, tidak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan. Agam terus memandang lurus ke depan dan Nanda masih sibuk dengan segukannya.

"Ekhem." Agam berdehem memecahkan keheningan.

"Gam boleh peluk gak?"

Pertanyaan itu membuat Agam menegang, Agam menengok ke arah Nanda yang sekarang sedang menatap matanya.

Agam mengangguk lalu membuka tangannya, Nanda langsung memeluk Agam erat.
Tangisan Nanda semakin menjadi ketika dalam pelukan Agam, seperti ada yang ia rindukan.

Agam mengusap rambut Nanda, bagaimanapun caranya Agam harus menenangkan Nanda. Ia baru pertama kalu melihat gadis ini sangat rapuh, dan baru Agam sadari bahwa ada masalah yang sangat besar dibalik sikap juteknya Nanda.

"Nanda," Panggil Agam pelan

Nanda melepaskan pelukannya lalu membersihkan sisa-sisa air matanya "Maaf," ucap Nanda tidak enak karena telah menumpahkan tangisnya pada Agam

"Eh, nggak papa Nan," sahut Agam menenangkan "Sekarang udah malem, mending lu tidur ya. Istirahat." lanjutnya

Nanda mengangguk "Makasih ya."

"Oh iya, besok kan libur. Gua mau ajak lu keluar biar lu gak suntuk di rumah. Siap-siap ya." Agam tersenyum tulus, niatnya benar-benar ingin membahagiakan Nanda. Karena, mana tega seorang Agam melihat wanita menangis.

Nanda mengangguk lagi. Benar-benar lemah Nanda kali ini.

"Yaudah, gua pulang dulu ya." Kata Agam sembari bangkit dari sofa

Agam mengusap rambut Nanda pelan lalu tersenyum sebelum pergi meninggalkan rumah Nanda.

Di perjalanan Agam terus memikirkan keadaan Nanda. Ia takut jika Nanda nekat melakukan sesuatu yang diluar harapan. Agam tahu Nanda adalah orang yang sangat nekat.

Agam terus berdoa dalam hatinya agar Nanda dan mamanya baik-baik saja. Karena, Agam menyayangi Nanda.
--
Makasih yang udah setia menunggu cerita ini up😉.
Love u guys!!

Mood BoosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang