Part 1

27 4 7
                                    

Leon Parker POV

"Dad, Mom, hentikan," teriak Leon didepan orang tuanya.

Mom dan Dad, hanya menatapku sekilas, seakan-akan aku tidak berada didepan mereka, sungguh eronis bukan, mereka berdua hanya akan bertengkar apabila mereka bersama.

Kadang aku berpikir, hanya aku sajakah yang merasakan pahitnya kehidupan. Mengapa hidupku selalu diwarnai dengan noda darah, mungkin karena aku tidak diinginkan disini.

"Leon, Mom minta, kamu pergi dulu dari sini," perintah Mom kepada ku, aku kembali melihat Dad dengan wajah yang penuh amarah seakan-akan Mom yang bersalah.

Dengan perasan campur aduk akhirnya aku menyetujui permintaan Mom, ingin sekali aku menenangkan mereka, tetapi aku berpikir Dad lah yang salah. Jadi untuk apa aku menenangkan mereka, aku hanya benci mereka selalu bertengkar.

"Baiklah Mom," ucapku seraya beranjak pergi meninggalkan Mom dan Dad berdua.

* * *

"Kakak," teriakan melengking khas anak kecil membuatku membuka mata kembali.

Aku menatapnya sekilas, kemudian menutup mataku kembali. Disaat aku sedang kesal dia selalu saja menghampiriku dan itu membuatku semakin marah dan marah.

"Kak, mengapa Mom dan Dad selalu bertengkar?" Tanyanya dengan wajah polos.

Dengan kesabaran akhirnya aku membuka mataku kembali, menatap garang kearah anak kecil yang telah mengganggu istirahat ku.

"Kau menggangu tidur ku, bisakah kau pergi sebelum aku marah?" Ujar ku dengan nada setengah membentak ke arahnya.

Dia menatapku dengan penuh permohonan untuk meminta jawaban yang telah dia lontarkan sebelumnya.

"Kau hanya anak kecil, jadi jangan banyak bertanya!" Bentak ku yang membuatnya mengeluarkan air matanya.

"Aku hanya ingin tau kak," sahutnya dengan suara bergetar menahan tangis.

Lagi dan lagi dia memperkeruh keadaan dan hal itu membuatku semakin marah kepadanya.

"Keluar dari sini, atau kau terima akibatnya!" Teriak ku seraya membentak anak kecil itu dengan kemarahanku, salahkan dirinya yang membuat aku melampiaskan kemarahanku kepadanya.

Dengan segera mungkin dia berlari meninggalkan kamar ku dan pasti dia kembali menangis itu yang selalu dia lakukan setelah aku membentaknya.

Memikirkan hal itu membuat ku kembali bersalah, dia hanya anak kecil yang tidak mengerti apapun, dia hanya ingin bertanya apa yang sedang terjadi, seharusnya dia mendapatkan kasih sayang bukan teriakan, bentakan, dan kemarahan.

Hatiku meringis kesakitan, memikirkan hal itu. Aku selalu membawa emosi ketika aku sedang marah, dan aku akan menyesal setelahnya.

Akhirnya tanpa berpikir panjang aku menghampiri adikku, dan saat itu juga aku tertegun melihatnya menangis bersama Mom. Ternyata si brengsek Dad telah pergi dan meninggalkan Mom dengan kesedihanya.

"Mom," panggil ku, seraya mendekat kearahnya.

Kulihat dia mengusap air matanya, lalu melihatku dengan senyum hangatnya yang membuatku selalu berpikir, dia selalu dapat menampilkan senyum hangatnya walaupun hatinya sedang tersakiti.

"Apakah yang telah dia katakan, sehingga Mom menangis?" Tanya ku kepada Mom, dan Mom kembali tersenyum kepada ku.

"Tidak apa sayang, Mom hanya kelilipan. Makanya Mom mengeluarkan air mata," jawab Mom yang membuatku meringis.

Aku tahu Mom berbohong, dan aku tak akan mempercayai hal itu. Aku dapat membaca kesedihan Mom, dan aku tidak ingin Mom terluka, karena si brengsek Dad.

"Mom, aku serius. Apa yang telah Dad lakuin ke Mom?" Tanya ku sekali lagi setengah membentak.

Kulihat dia memikirkan sesuatu hingga akhirnya Mom menghembuskan napas kasar, lalu memulai ceritanya.


* * *

Baru awal, jangan lupa Vote ya guys...

Publish 3 hari sekali ya guys

Salam hangat

Tiara

WTF? Sweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang