Part 15

114 3 0
                                    

Matahari mulai menggeser kedudukan bulan di malam hari, berlahan Matahari mengeluar- kan cahayanya yang cukup menyilaukan indra penglihatan bagi yang memandangnya, burung-burung  bernyanyi dengan sangat merdu....

Di sebuah pulau yang sepi penghuninya Reyhan dan Rishelle terdampar, ada seorang nelayan yang cukup baik hati menolong mereka ketika dirinya melihat ada dua orang asing terdampar di tepian pantai saat dia hendak memindahkan ikan hasil tangkapan
nya ke keranjang, lalu dia pun menyuruh beberapa nelayan lainnya untuk membantunya mengangkat kedua orang tersebut hingga ke dalam rumah kayu atau lebih tepatnya mirip sebuah Gubuk. Tempat tinggal nelayan itu tidak begitu besar, malahan tergolong sangat kecil dan agak sempit. Nelayan itu segera memanggil seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah istrinya dan juga anak gadisnya yang sudah tergolong remaja itu untuk segera menolong kedua orang asing itu.

Dengan meracik berbagai ramuan istri dari sang nelayan pun membalurkan ramuannya ke pergelangan tangan, kaki dan juga dahi Reyhan dan Rishelle. Kemudian mereka pun meninggalkannya hingga keduanya siuman.... Ramuan itu berfungsi sebagai penghangat tubuh dan mengeluarkan angin yang masuk ke dalam tubuh mereka karena mereka terdampar di tepian pantai 0dan juga mereka akan segera siuman setelah ramuan itu bekerja.

Tak lama kemudian keduanya pun siuman.... Reyhan yang terlebih dahulu siuman langsung beranjak untuk duduk meski kepalanya merasa sedikit pusing, dan dia juga melihat Rishelle tengah berada disisinya, Reyhan sempat merasa sedikit kebingungan karena menatap sekelilingnya berdinding kayu dan tempat itu agak sedikit aneh karena selama ini dia belum pernah menemukan adanya tempat seperti ini yang dimana atapnya terbuat dari jerami.

Sejenak kemudian Rishelle pun terbangun dan mengerdipkan kedua matanya kemudian matanya menatap ke arah seseorang yang berada di sampingnya.... dia melihat sosok Reyhan yang sedang memegangi kepalanya sendiri. Reyhan yang menyadari Rishelle telah siuman pun segera mendekatinya dengan mata berbinar kemudian dia bertanya padanya...

" Rishelle.... kamu tidak apa-apa??" Rishelle menggeleng pelan. " Kamu jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi!! Apapun yang sudah terjadi aku tetap akan selalu mencintaimu, aku tidak ingin kehilangan dirimu.... lupakanlah kejadian yang lalu! kamu tidak sendirian karena kamu masih memiliki lelaki yang akan selalu setia mendampingimu untuk melalui rintangan apapun, kamu mengerti?!" Sambung Reyhan lagi dan langsung mendekapkan Rishelle ke dalam pelukkannya dan akhirnya Rishelle pun mengangguk mengerti sambil meneteskan air matanya serta menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidangnya Reyhan.

" Aku tidak ingin melihatmu meneteskan air mata kesedihan lagi mulai saat ini, berjanjilah padaku....!" Ucap Reyhan dan Rishelle pun kembali mengangguk dan menghapus air matanya. " Tapi.... sekarang ini kita sedang berada dimana??" Reyhan bertanya sambil melihat kesekelilingnya yang berdinding kayu begitu juga dengan lantainya.

" Aku juga tidak tahu, dan tolong jangan katakan padaku jika kita menjadi tawanan orang jahat lagi! aku tidak ingin mengalami hal itu lagi!!" Ucap Rishelle was-was dan masih trauma akan kejadian beberapa waktu lalu.

" Tenang saja.... tidak akan ada yang berani menyakitimu lagi, karena ada aku yang akan melindungimu." Reyhan berkata sambil menenangkan Rishelle.

Mereka pun berjalan keluar dari kamar untuk menyelidiki tempat itu. Saat keluar mereka mendapati sebuah keluarga kecil tengah sibuk dengan pekerjaan mereka. Sang ayah tengah memasukan ikan hasil tangkapannya ke dalam ember yang cukup besar untuk dijualnya kembali, dan sisanya akan di masak oleh istrinya sebagai hidangan makan siang mereka, sedangkan anak gadisnya yang berperawakan cantik serta bertubuh tinggi itu tengah membantu ibunya untuk meracik bumbu di dapur agar bisa dimasak bersama ikan hasil tangkapan ayahnya.

Keduanya merasa terharu melihat adanya sebuah keluarga kecil yang sangat harmonis di tempat yang terpencil seperti ini. Meskipun mereka tinggal di tempat yang terpencil seperti ini mereka tetap  terlihat bahagia karena senyuman mereka dan canda tawa mereka terdengar dimana-mana. Mereka hidup dengan serba terbatas bahkan untuk memasak saja mereka masih menggunakan alat-alat tradisional. Seperti tungku dan arang, sedangkan untuk meracik bumbu dapur mereka juga masih menggunakan tumbukan bukan dengan blender. Kini rasa haru dan prihatin bercampur aduk di batinnya Rishelle dan Reyhan...

I Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang