tumblr.

257 11 0
                                    

Ada banyak banget awkward moments di dunia ini, bahkan mencapai ribuan, bahkan jutaan, bahkan milyaran, bahkan--

Oke, aku tidak ingin membahas soal berapa banyak awkward moments di dunia ini. Tapi yang ingin ku bahas adalah betapa awkward situasi yang sedang ku jalani ini.

Kalau kalian kepo, singkatnya adalah, aku bertemu teman tumblr-ku yang memiliki URL blurs di rumah sahabatku.

Bagaimana aku bisa tau kalau dialah si-blurs? Aku tau, karena dia mengepost beberapa foto selfienya (yang ganteng banget) di tumblr-nya. Dia famous luar biasa, bahkan setiap hari pasti ada saja yang bilang kalau tumblr-nya bagus, dan dia ganteng, blablabla.

Tumblr ku juga famous, sih... tetapi aku yakin 100% tumblrnya lebih famous. Tetapi tetap saja bagusan tumblrku (tidak pake boong).

Ngomong-ngomong, aku lumayan dekat dengannya di tumblr. Kami sering mengobrol saat malam, bahkan aku hampir memberikan ID Skype ku dan videocall dengannya, kalau saja Mama tidak tiba-tiba mengajakku makan malam di luar.

Aku benar-benar yakin kalau dia adalah blurs. Rambutnya coklat, dan jawline nya juga yang membuatku sangat ingat dengan wajahnya. Tetapi, dia mengakunya berasal dari New York, mengapa tiba-tiba dia nongol disini? Walaupun iya, sih wajahnya memang bule banget.

"Lo blurs?" Tanyaku.

"Lo ecstasies?" Tanyanya.

Awkward moment level 2.

Aneh. Padahal di tumblr, aku biasa curhat dengannya mengenai apapun. Tetapi, saat bertemu face-to-face, segalanya berubah jadi awkward.

"Iya."

"Iya."

Lagi-lagi berbarengan. Awkward moment level 3.

"Lo ecstasies beneran? Yang pas umur 3 tahun pernah makan sabun itu?"

Aku memang pernah bercerita dengannya kalau aku pernah makan sabun batangan saat aku berumur 3 tahun. Kalau aku tau aku akan bertemu dengannya, lebih baik aku tidak usah bercerita dengannya di tumblr. Terlebih lagi, hal-hal yang kuceritakan padanya itu lebih banyak yang memalukan.

"Bukan. Gue ecstasies, yang pas umur 15 tahun pipis di celana." Jawabku balik, membalasnya.

Dia memang pernah bercerita padaku kalau saat umur 15 tahun, dia pipis di celana dan langsung ditertawakan teman-temannya.

Jadi, sudah ada bayangan seberapa dekat hubungan kami berdua?

"Lo Berlin?"

"Berlin mah nama kota. Gue manusia."

Dia memutar bola matanya kesal. "Serius dikit napa."

"Ngapain lo disini?" Tanyaku, mengubah topik.

"Harusnya gue yang nanya gitu sama lo."

"Ini kan rumah Patricia."

"Ya, Patricia adek gue."

Lagi-lagi aku dibikin kaget olehnya. Kalau aku punya penyakit jantung, mungkin sekarang aku udah mangap-mangap sambil megang jantung terus pingsan. Tapi untungnya aku engga punya penyakit jantung.

"Patricia sahabat gue."

Bertepatan dengan itu, pintu rumah Pat terbuka, memperlihatkan Patricia yang terlihat bingung, lalu ekspresi-nya berubah saat melihat dia.

"Alex! Gue kangen sama loooo!"

Sekarang karena kalian sudah tau siapa nama cowok yang kukenal dari tumblr ini, aku akan berhenti manggil cowok ini dengan sebutan dia.

Patricia memeluk Alex, yang dibalas Alex dengan pelukan juga.

"Eh, hai Berlin! Kok dari tadi ga masuk, sih? Pasti gara-gara kakak gue nyebelin, ya?"

Alex menjitak kepala Pat. "Enak aja! Siapa, sih ini cewek?"

Oh, jadi dia mau berlagak ga kenal aku? Oke.

"Dia sahabat gue. Jangan jutek-jutek sama dia, ya. Kalo sama temen gue yang lain, sih gapapa. Tapi jangan sama Berlin, karena dia sahabat gue."

Alex memutar kedua bola matanya dan langsung memasuki rumahnya, meninggalkanku dan Pat

Oke, pokoknya sehabis ini aku harus meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya dari Pat.

••

Forever OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang