the restaurant.

51 7 0
                                    

Ternyata Alex tidak langsung mengantarku pulang. Well, sudah kuduga. Dia mengajakku ke sebuah restoran untuk makan malam. Sekarang memang sudah pukul 7 malam. Tadi kami berdua menghabiskan waktu 2 jam di perjalanan. Biasalah jakarta, kalau tidak macet pasti rasanya ada yang kurang.

"Mau pesen apa lo?" Tanya Alex, saat mbak-mbak pelayan menghampiri kami dan memberikan buku menu.

"Sabar." kataku, sambil membolak balik buku menu.

"Hm mbak, makanan yang enak apa, ya?" Tanya Alex (sok) ramah. Mbak-mbak pelayan pun mendekati alex dan membalikkan buku menu ke halaman ke-tiga dan menunjuk sebuah makanan.

"Kalo yang sering dipesen, sih ini. Fish and chips." Lalu, si mbak-mbak tersenyum ke arah alex, yang ku yakini pasti senyuman menggoda.

"Yaudah, mbak saya pesen itu aja. sama minumnya ice lemon tea." kata Alex.

Mbak mbak pelayan, yang dari nametagnya sih namanya Laura, mencatat pesanan Alex di note yang ia bawa.

"Lo pesen apa, Lin?" Tanya Alex untuk yang kedua kalinya.

Aku, yang masih membolak-balikkan buku menu masih bingung mau pesen apa.

"Sabar." Hanya itu yang bisa kujawab. Aku memang agak labil untuk urusan memilih makanan.

"Ih sabar sabar mulu dari tadi."

"Ya sabar ih makanya. Mbak-mbaknya aja sabar." Jawabku, lalu menunjuk sebuah makanan di buku menu. "ini aja, deh mbak. salmon steak-nya satu bumbunya barbeque, ya."

"Minumnya, Dek?"

Aih, asik banget dipanggil dek. Berasa masih balita unyu unyu gitu, deh.

"Mm lemongrass tea satu, deh." Kataku.

Si Laura pun mencatat pesananku di notenya. Lalu, ia mengulang semua pesanan kami dan pergi entah kemana, tidak lupa mengambil buku menu yang terletak di atas meja.

Aku hanya diam, sementara Alex menebarkan pesona dengan tersenyum ramah ke si Laura dan mengucapkan terima kasih. Laura yang omong omong genit banget itu pun hanya membalas tersenyum genit.

Ew. Semoga nanti yang nganter makanan bukan si Laura laura genit ini deh. Lagipula namanya kenapa harus laura, sih? Rasanya aku kepingin nyamperin siapapun yang ngasih nama laura, karena namanya kebagusan untuk cewek genit macem dia.

"Woy, sadar umur dong. 17 tahun tapi godainnya mbak mbak yang umurnya 20 tahunan." Kataku, saat si Laura sudah tidak ada dalam radius 3 meter.

"Cemburu, ya?" Tanya Alex santai. Tidak lupa sebuah senyum jahil terplester di wajahnya yang berhasil membuatku bingung harus kesal karena pertanyaannya atau meleleh karena senyumannya.

"Ih, jijik." Pada akhirnya, hanya itu yang bisa kuucapkan.

"Atau lo mau gue godain juga yaaaa?" Alex menaik-naikkan alisnya, yang membuatku makin kesal dengan tingkahnya. Terlebih lagi, ia sekarang mencolek colek dagu-ku.

"Engga, berisik!" Aku menyingkirkan dagunya, lalu menginjak kakinya di bawah meja, membuat Alex meringis tertahan.

"Cewek apa gorila, sih lo."

"Gue gorila yang menjelma jadi manusia. Napa lo?! Ga suka?"

For your information, Alex punya 1000 cara untuk membangunkan singa di dalam diriku yang awalnya sedang tertidur nyenyak.

"Galak banget." jeda. "tapi kok lo makin imut, ya?"

INI AKU SALAH DENGER GA?

Oke Berlin, jangan baper. Inget. Jangan baper. Alex cuma bercanda. Ber-can-da. Perlu dieja? B-e-r-c-a-n-d-a. Bercanda. Sekali lagi, jangan baper.

"Ya ampun.... So sweet banget!" aku berteriak kegirangan sambil menyentuh kedua pipiku. Lalu sedetik kemudian, aku merubah ekspresiku sejutek yang aku bisa. "So sweet banget sampe gue mau muntah."

Alex hanya tertawa melihat tingkahku. Tertawa terbahak-bahak. Tertawa kenceng banget sampe beberapa orang menatap ke arah kami dan membuatku malu luar biasa. Padahal sebenarnya tidak lucu lucu amat tapi Alex ketawa kayak dia ngeliat gorila hamil.

Tiba-tiba, mbak-mbak pelayan datang membawa pesanan kami. Untung sekali bukan si laura.

"Pesanannya udah datang semua, ya? Selamat menikmati."

Aku dan Alex hanya menggumamkan "terima kasih" lalu mbak-mbak itu pun pergi.

--

Aku sampai rumah pukul setengah 9 malam. Untung aja ga macet. Kalau macet bisa bisa aku sampai rumah tengah malam dan ibu-ku menghadiahiku omelan sampai sakaratul maut.

Aku memasuki kamarku dan membaringkan tubuhku di kasur. Letih, tapi entah kenapa ada perasaan senang yang melintas.

Lalu, aku mengecek handphoneku. Ada satu notifikasi. Sms. Dari..... Ya taulah siapa.

From: Alexixi

good night.

Hanya satu kalimat yang berisi dua kata, namun mampu melukis sebuah senyuman di wajahku.

□□

january 4

Forever OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang