how.

79 8 2
                                    

"Jadi, karena lo minta gue jelasin sepanjang-panjangnya, nih gue jelasin."

Tepat saat kami berdua memasuki kamar, aku langsung menyerang Pat dengan pertanyaan-pertanyaanku. Pat terlihat kesal awalnya, tetapi akhirnya dia mau menceritakan bagaimana-kronologisnya-aku-tidak-pernah-bertemu-dengan-Alex-padahal-aku-dan-Pat-bersahabat-sejak-lama. Karena sesungguhnya itulah yang paling membuatku penasaran.

"Iya, iya. Buruan, deh! Gausah ngalor-ngidur gajelas."

"Lo mau diceritain ga, sih?"

"iya, iya! Buruan, Patricia cantikkk."

"Jadi, kan bokap-nyokap gue cerai pas gue umur 5 tahun dan Alex umur 7 tahun, ter--"

Aku memotong Pat. "Oh, lo beda dua tahun?"

"Iya, ih pake nanya." jeda. "Sekarang gue lanjut, ya?"

Aku menganggukan kepalaku untuk yang kedua kalinya.

"Bokap nyokap cerai. Habis itu, gue sama Alex yang gangerti apa-apa, gabisa ngapa-ngapain. Kita cuma diem. Kita bahkan ga nangis pas di pengadilan. Kita malah cuma main nintendo ds saat itu. Ya, wajarlah kita kan cuma umur 5 tahun saat itu. Terus perceraiannya tuh lama gitu, Lin. Gue inget banget gue sama Alex sampe nyamperin hakim-nya. Gila ga, sih? Pokoknya--"

Aku memotong ucapan Pat lagi. "Gue tau lo sengaja, ya ngelama-lamain gitu. Buruan, ah langsung ke inti cerita!"

Pat ketawa-ketiwi. "Ga sabaran amat, sih. Kan mesti ada intro-nya dulu."

"Patricia. Cepet. Ceritain. Atau. Engga. Gue. Kelitikin. Sekarang. Juga."

Karena mendengar kata 'kelitikin', Pat serta merta langsung bergidik ngeri.

"Iya, iya. Jadi, bokap-nyokap gue kan cerai. Gue sama Alex ga ngerti apa-apa tuh. Tiba-tiba Alex pergi dibawa bokap, sementara gue sama nyokap stay di rumah ini. Pas itu gue kira mereka cuma mau pergi ke mall atau kemana gitu, tapi pas sebulan-an ga balik-balik baru, deh gue nanya nyokap. Pas dikasih tau nyokap kalau beliau cerai sama bokap, gue juga diem aja. Kan gue ngga ngerti apa-apa. Tapi, gue sama Alex tetep dikasih kesempatan buat ketemu kapanpun kita mau."

Aku ber-ooh ria. "Bokap-nyokap lo cerai mah gue tau, kali. Yang gue tanya, kenapa gue gapernah tau tau liat Alex?"

"Gue kan pernah cerita kali, Lin tentang Alex. Lo ga dengerin, ya?"

Aku berusaha menggunakan otakku untuk mengingat semua hal yang pernah Pat katakan kepadaku. Tapi seingatku, Pat tidak pernah bercerita tentang Alex.

"Ah, masa?" Tanyaku tidak percaya.

"Pernah. Beneran, deh. Udah rada lama, sih."

"Terus dia sekolah dimana?" Tanyaku penasaran.

"Di SMA 8. Kelas 2 SMA kalo lo penasaran juga." Kata Pat sambil cengar-cengir.

Aku ber-ooh ria lagi.

"Emang kenapa kok kayaknya kepo banget? Suka sama kakak gue, ya?" Pat tersenyum penuh arti.

Dan detik itu juga, aku rasanya ingin muntah.

()()()

Aku tidak tau ini baik atau buruk, tetapi saat aku ingin keluar dari rumah Pat, sebuah tangan terlebih dahulu menarik tanganku, dan lebih seramnya lagi, menutup mulutku dengan telapak tangannya yang lumayan besar. Yang berarti menunjukkan kalau dia itu cowok.

Karena aku masih ingin hidup, aku langsung melakukan tindakan yang pertama kali muncul di otakku. Aku menjilat tangannya (ya ampun tangannya asem banget aku jadi nyesel).

Si-cowok-misterius ini menatap tangannya jijik, dan langsung berlari entah kemana, mungkin mencuci tangannya. Lalu, 10 detik kemudian dia balik lagi (bodohnya, kenapa aku mesti nungguin dia?)

"Lo apa-apaan, sih?!" Kata si-cowok-misterius yang ngomong-ngomong sudah ga misterius lagi karena sudah ketahuan identitasnya.

"Lo yang apaan! Mau nyulik gue?"

"Pokoknya lo sekarang ikut gue." Katanya jutek. Ternyata bener kata Pat, si Alex ini jutek banget di dunia nyata, padahal kalau di Tumblr dia baik luar biasa.

"Apaan, sih? Gamau!"

Alex malah menyeret tanganku. "Gaada kata gamau. Lo harus ikut."

"Ga ikut! Itu beda kan sama gamau?"

"Ih, keras kepala banget sih jadi cewek."

"Ya, lo maksa banget jadi cowok."

"Udah, sih ikut aja sih susah amat."

"Ini kan udah jam 9 malem!"

"Udah, sih ikut aja susah amat!"

"Keuntungannya apa buat gue?"

"Keuntungannya? Bisa jalan-jalan sama gue. Udah, sih ikut aja susah amat." Aku bahkan menghitung kalau Alex sudah mengucapkan 'udah sih ikut aja susah amat' 3 kali.

Lalu, Alex menarik tanganku, yang sudah berkali-kali kulawan tetap saja aku kalah (ya, jelaslah dia kan cowok, sementara aku cewek).

"Mau kemana, sih?" Tanyaku, saat sudah duduk anteng di atas motornya (dan Alex membantuku memakai helm).

"Somewhere." Jawab Alex, dan membawa motornya pergi entah kemana.

••

Forever OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang