Chapter III : Sebuah pertemuan dan pertarungan

46 4 0
                                    

Apakah keadilan di dunia ini benar benar ada? Lantas dimanakah keadilan itu? Sebuah kata sederhana yang seharusnya bisa membuat kebahagian, keamanan dan kenyamanan, justru harus berjuang melawan kerasnya hidup ini. Hari demi hari terus dijalani tanpa mengeluh karena itu tidak akan mengubah apapun. Bertahan hidup menjadi prioritas nomor satu meskipun terkadang diabaikan, diusir, ditendang dan di lempar dengan sesuatu yang menyakitkan demi bisa mendapatkan sisa sisa makanan yang terbuang. Terkadang timbul sedikit perasaan iri terhadap mereka yang bisa mendapatkan tempat untuk berlindung dari panasnya terik matahari dan dinginnya saat malam datang. Mungkin menghilang dari dunia ini adalah pilihan terbaik untuk mengakhiri semua penderitaan.

"Pokoknya tidak boleh! Dan kenapa ceritamu harus sedramatis itu", Zach yang sedang menjemur pakaian melarang Alice untuk membawa hewan peliharaan kerumah.

"Kenapa tidak! Anna memelihara kucing dirumahnya dan Marrie punya anjing yang besar. Kenapa aku tidak boleh memelihara hewan juga, padahal sudah susah-susah kubawa kucing ini kerumah",

Zach yang terkejut mendengar ucapan Alice lansung membalikkan badan nya dan mendapati seekor kucing berwarna putih yang memiliki mata seperti ikan mati tengah berada di samping gadis itu dengan wajah malas, "Ternyata sudah kau bawa oiiiiii".

☆☆☆

"Akhirnya aku dibolehkan kakak untuk memelihara kucing itu setelah menelpon ibuku, walaupun terlihat kesal diwajah nya hahahaha", Ujar Alice sembari membersihkan meja karena mendapat jatah piket kelas.

"Jadi jurus terakhirmu mengadu ternyata, seperti bocah saja", Cetus Marrie.

"Lalu apa sudah kau beri nama pada kucingmu, seperti Kitty kucingku", Sambung Anna yang juga ikut membantu Alice bersih bersih walaupun bukan tugas nya.

"Hmmm... Sebenarnya kakak tidak setuju dengan nama Richard Barkers Friederich IV yang ku kasih",

"Terlalu keren Woiiiii!!! Dan kenapa sudah yang ke empat, apa yang terjadi dengan satu sampai tiga", Marrie langsung memotong perkataan Alice sambil berteriak.

"Terus.... Siapa jadinya?",

"Akhirnya ku beri nama Rocky, karena kakak yang memilihkannya", Ujar Alice yang telah selesai membersihkan kelas.

Setelah itu Anna pergi untuk mengikuti kegiatan klubnya, tinggal Alice dan Marrie yang bersiap siap untuk pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah itu Anna pergi untuk mengikuti kegiatan klubnya, tinggal Alice dan Marrie yang bersiap siap untuk pulang. Dalam perjalan pulang Alice berjalan dengan santai bersama Marrie dengan sesekali bersenandung sembari menggeser-geser layar hp Zomy Esperasa yang dibelikan kakak saat ulang tahun tetangganya. Dalam langkahnya Marrie sejenak memandang wajah Alice dan teringat saat pertama kali mereka bertemu, karena mereka dulu berada di SMP yang sama. Dalam ingatannya yang terlihat adalah Alice yang tidak pernah tersenyum,pendiam serta sifatnya yang dingin membuat orang orang menjaga jarak pada dirinya,tapi sekarang kepribadiannya sudah berubah,hal itu membuat Marrie bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi saat dia memutuskan pindah sekolah ketika akan naik ke kelas dua dan kembali seperti seseorang yang berbeda.

"Oiiiii.... ada apa? Kenapa melamun?", tanya Alice menyadarkan Marrie dari lamunannya.

"Ahh.... tidak ada apa-apa, hanya saja aku teringat kalau sebentar lagi kelulusan anak kelas tiga dan kita juga akan naik ke kelas dua", Jawab Marrie mencoba mencari topik lain,

"Heee....tidak seperti kau yang biasanya, apa lagi datang bulan?",

"Mau ku pukul haa!!!",

"Hahaha... maaf maaf, ahh sudah sampai pertigaan, aku lewat sini ya Bye bye", Ujar Alice dengan melambaikan tangan meninggalkan Marrie yang mengambil jalan berbeda.

Marrie pun kembali melanjutkan langkahnya sembari memakai Headseat yang sedari tadi tergantung dilehernya, "Apa sebaiknya kubiarkan seperti ini dan pura pura tidak mengetahui apa-apa atau ku ungkapkan saja keingintahuan ku meski itu dapat membuka luka lama yang mungkin telah hilang pada dirinya saat ini?", gumam Marrie bertanya-tanya dalam hati.

Sementara itu di jalan Alice tanpa sadar telah menginjak sesuatu dengan sepatunya dan sontak langsung menoleh kebelakang untuk mencari tahu apa yang ia injak. Dengan ekspresi kaget dan sedikit lompatan kebelakang hingga membuat jarak sekitar tiga meter, didapatinya sebuah kotoran yang berwarna hitam pekat sekali. Kotoran itu seperti menatap tajam kearah Alice seakan tidak terima atas apa yang diperbuat gadis berambut pirang itu meskipun entah yang mana matanya karena bentuknya yang sudah tidak beraturan.

Seketika jalan yang sempit itu berubah menjadi arena pertarungan dan suasana pun mulai memanas. Dengan mengeluarkan sebuah penggaris dari dalam tas nya, Alice kemudian langsung menghunuskan penggaris itu seperti sebuah pedang.

"Ternyata kau cukup berani juga untuk menantangku, dengan pedang legendaris Elemental Rebellion ini akan ku buat hari ini menjadi hari terakhirmu di dunia ini", Ujar Alice dengan sedikit senyum kesombongan di wajahnya.

Dalam posisi yang siap menyerang tiba tiba lewatlah seorang wanita yang kira-kira berusia sekitar tiga puluhan dengan sebuah keranjang belanjaan di tangan kirinya bersama seorang anak laki laki, kemudian anak itu berkata,

"Ibu...apa yang sedang dilakukan kakak itu?", Ujarnya dengan wajah polos.

"Sudah abaikan saja, tidak usah dilihat!", Balas sang ibu dengan mempercepat langkah kaki sambil menggandeng anak laki-laki itu dengan tangan kanannya.

Alice yang sedari tadi dalam posisi menyerang kemudian menurunkan penggaris yang terhunus itu dan memasukkannya kembali kedalam tas, setelah itu langsung melesat meninggalkan arena pertarungan itu seperti seorang pecundang, "Memalukan sekaliiiiiii!".

Malam itu hujan turun dengan derasnya, kotoran yang dari siang hari tadi masih berada di jalan itu akhirnya tersapu sedikit demi sedikit oleh air yang mulai menggenang. Setelah itu selama tiga hari, Alice memilih untuk mengambil jalan lain ketika pergi dan pulang dari sekolah karena tidak ingin bertemu dengan ibu dan anak itu lagi.

☆☆☆

Sebelum tidur Alice menyempatkan diri untuk menelepon ibunya yang sekarang tinggal bersama kakek dan neneknya.

"Halo... ini Alice bu",

"Alice, kenapa belum tidur?, jawab ibu dengan suara lembut,

"Saat liburan nanti aku akan datang mengunjungi mu bu, walaupun sebenarnya aku ingin mengunjungi mu setiap hari. Apa ibu sehat sehat saja? Apa ibu sudah makan? Apa ibu sudah minum obat?", Ujar Alice yang khawatir dengan ibunya,

"Ibu baik baik saja, kamu tidak perlu cemas. Patuhilah perintah kakakmu disana dan brsikap baiklah pada teman temanmu. Oh ya... bagaimana dengan kucingmu itu dan siapa namanya?",

"Ya bu... namanya Rocky, kerjanya hanya tidur dan bermalas-malasan",

"Heeee... begitu ya", Jawab ibu dengan senyum.

Setelah hampir setengah jam menelepon, Alice pun bersiap untuk tidur. Walaupun sebentar, itu sudah cukup untuk mengobati kerinduan di dalam dirinya.

Bersambung...



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fantasy AliceWhere stories live. Discover now