Sebuah Lagu

23 7 0
                                    

"Suara Lo bagus"

  ----

Saat Vero dan keluarganya pulang, Vero masih saja memikirkan tentang Arvi yang sangat cantik saat mereka bertemu tadi. Tapi kenapa bayang-bayang wajah Arvi selalu ada di pikiran Vero. Vero merasakan debaran jantungnya berdetak sangat kencang.

Vero sendiri bingung perasaan macam apa ini. Ingin rasanya Vero selalu ada dengan Arvi. Bukan hanya karena Arvi cantik tapi karena Arvi yang polos dan unik.

Lamunan Vero buyar saat kepalanya mendadak terasa sakit. Vero memutuskan untuk minum air dan istirahat.

***

Arvi sudah siap akan berangkat sekolah, hari ini dia siap lebih awal sehingga dia bisa sarapan bersama keluarganya. Arvi lalu menuju ke meja makan. Di meja makan semua keluarga Arvi sudah hadir dan siap untuk menyantap makanan.

"Ais tumben-tumbenan adik gue sarapan bareng nih, biasanya baru bangun juga jam segini mah"

"Serah-serah gue dong. Kok lo yang repot sih ?"

"Ga usah ngegas juga kali"

"Kalian ini di mana-mana berantem aja kerjaannya, Sampe bosen mama dengernya. Ya sudah makan dulu"

Mata Arvi masih menatap tajam kakaknya, begitu pula mata Alvin yang menatap tajam adiknya. Setelah selesai makan, Arvi menuju ke gerbang rumahnya.

Sampai di depan gerbang, Arvi terkejut melihat seseorang yang tidak asing lagi baginya. Vero melempar senyuman manis buat Arvi yang masih terkejut melihat kehadirannya.

"Ngapain Lo kesini ? Ada yang ketinggalan ?"

"Gak lah, gue mau jemput Arvi"

"Jemput gue ?"

"Iya, yok ntar telat lagi"

Arvi naik ke mobil milik Vero. Dalam hati Arvi, ia masih terkejut karena Vero menjemputnya tanpa memberitahu dulu. Sebenarnya Arvi senang karena dia seperti merasa sedang bersama Alfaro-nya.

***

Vero bersama Rifky, Daniel, Gio, dan Kinan pergi ke kantin. Mereka seperti sekumpulan cogan yang berjalan bersama dan mereka yang membuat gaduh lorong menuju kantin. Terutama Vero yang paling bersinar diantara yang lain. Vero juga menjadi pusat perhatian karena dia mirip dengan Alfaro.

Sifat Vero yang sangat mudah beradaptasi membuatnya dengan mudah mendapatkan banyak teman. Bahkan sekarang dia berdiri diantara cowok-cowok paling famous dan beken di sekolahnya.

"Ver, Lo mau main gitar. Mayan narik perhatian orang-orang. Secara suara Lo bagus, sapa tau ntar ada yang naksir"

Ucap Gio menyodorkan sebuah gitar kepada Vero. Vero sedikit tertawa kecil dan mengambil gitar yang diberikan kepadanya.

"PENGUMUMAN BUAT SELURUH ISI KANTIN INI. VERO ARLION, MURID BARU DISEKOLAH INI AKAN NYANYI. TOLONG PERHATIANNYA SEBENTAR"

"Buset suara Lo kayak toa aja Rif"

"Udah nyanyi aja ver"

Kinan dan Daniel menyuruh Vero untuk segera bernyanyi dan tidak menghiraukan Gio dan Rifky.

Matamu melemahkan ku
Saat pertama kali kulihat mu

Dan jujur ku tak pernah merasa
Ku tak pernah merasa begini

Oh mungkin inikah cinta pandangan yang pertama

Karena apa yang kurasa ini tak biasa
Jika benar ini cinta

Mulai dari mana ?
Oh dari mana ?

Dari matamu matamu kumulai jatuh cinta

🎼🎼🎼

Setelah Vero selesai bernyanyi, kegaduhan semakin bertambah parah. Bagaimana tidak ? Seorang cogan menyanyi dengan suara yang indah. Walaupun banyak yang histeris karena nyanyian Vero, akan tetapi mata Vero tidak berpaling dari satu cewek.

Arvi merasa ditatap terus oleh Vero selama Vero bernyanyi berusaha meyakinkan dirinya supaya tidak kegr-an. Tetapi kali ini sudah jelas bahwa Vero menatap Arvi. Agar tidak dibuat semakin gr, Arvi lalu pergi dari kantin menuju  ke kelas bersama dengan Lidya.

"Udah yok, ke kelas"

"Iya, tapi Lo ga mau ikutan teriak-teriak di sana ?"

"Gak guna, yok balik"

"Yaudah ayok"

Vero melihat Arvi akan pergi, langsung saja Vero pergi menembus kerumunan cewek-cewek yang histeris tadi. Arvi sadar kalau Vero ikut bersamanya kembali ke kelas.

"Lo denger gue nyanyi ?"

"Denger"

"Bagus gak ?"

"Suara Lo bagus"

"Lo suka ?"

"Suka"

"Oh untung sengaja gue nyanyi buat Lo soalnya"

"Hah ? Lagu itu buat gue ?"

"Iya"

Arvi merasakan pipinya memerah. Vero sedikit terkekeh melihat respon Arvi. Lalu Vero melemparkan senyum manisnya dan masuk duluan ke kelas.

Lidya yang melihat langsung kejadian itu terkekeh perlahan melihat respon Arvi. Arvi yang menyadari kalau Lidya sedang menertawakan responnya, langsung menatap Lidya dengan tatapan tajam.

Arvi lalu menuju ke tempat duduknya, selama beberapa saat mata Arvi dan mata Vero bertemu. Lalu cepat-cepat Arvi mengalihkan pandangannya agar pipinya tidak semakin memerah.

Selama jam pelajaran, Arvi dan Vero
Beberapa kali saling tatap-tatapan. Dalam hati Arvi, rasanya begitu bahagia bisa seperti ini terus. Dalam
Pikiran Arvi berisikan kenangan lama bersama Alfaro-nya.

---
TBC

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang