Teater

17 6 0
                                    

"Lo cantik banget malam ini"

----

Arvi berlari menuju ke ruang teater. Disana sudah ada Rifky selaku ketua teater. Hari ini bukan jadwal ekstra teater tapi seluruh anggotanya berkumpul untuk pembagian peran pada operet terbaru mereka.

Mata Arvi hanya terpaku pada satu orang yang sedang mengobrol dengan Rifky. Orang itu adalah Vero. Vero melemparkan senyum manis kepada Arvi. Kemudian Arvi mengalihkan pandangannya kepada Rifky, Arvi mengisyaratkan untuk memulai rapat mereka.

"Ok, untuk operet kita kali ini akan bertema tentang cinta"

"Kak Rifky ada peran buat adek kelas kayak kita gak kak ?" Tanya seorang adik kelas kepada Rifky.

"Perlu diinget kalau kakak nyari skill-nya ga peduli mau adek kelas kek mau murid baru kek yang jelas harus punya skill yang bagus"

Setelah selesai rapat dan tes telah diputuskan kalau Rifky sendiri yang menjadi tokoh antagonis, lalu Vero yang menjadi tokoh pangeran yang tampan dan baik namun sikapnya sedingin es dan Arvi yang menjadi putri yang cantik dan baik. Bukan hanya itu banyak tokoh lainnya yang diperankan oleh anggota teater lainnya.

Lalu setelah pembagian naskah operet mereka, semua anggota teater dipersilahkan pulang.

***

Di rumah, Vero fokus untuk membaca naskah karena dia mendapatkan peran yang cukup susah untuk diperankan. Entah kenapa Vero merasa jiwa teater telah melekat dalam dirinya. Saat sedang asik membaca naskahnya seseorang mengetuk pintu kamar Vero.

"Vero, bunda sama papa mau ke rumah kakek dulu ya"

"Kenapa sih Bun Vero gak pernah boleh ikut ke rumah kakek ?"

"Kan besok kamu harus sekolah"

"Bunda berapa lama disana ?"

"3 hari, jaga rumah ya bunda pergi dulu"

"Iya"

Setiap bunda dan papa Vero pergi, Vero selalu merasa kesepian. Entah kenapa bunda dan ayahnya selalu punya alasan supaya Vero tidak ikut ke rumah kakeknya.

Vero kembali terfokus pada naskah operetnya mengingat operet itu akan dilaksanakan 2 Minggu lagi.

***

Arvi merasa senang sekaligus takut karena dia mendapatkan peran sebagai putri. Karena Arvi sendiri yang membuat naskah operet itu dan ya tentu saja dia harus membangun chemistry dengan Vero. Yang artinya mereka harus jalan bareng, makan bareng layaknya seorang kekasih. Tentu saja hal ini membuat Arvi kembali mengingat kebersamaanya dengan Alfaro dulu.

Lamunan Arvi buyar saat mendengar ketukan dari pintu kamarnya. Setelah mengetuk tanpa dipersilahkan orang itu langsung masuk saja ke kamar Arvi.

"Nyelonong aja Lo"

"Ya terus ?"

"Tunggu gue kasih masuk kek"

"Serah gue my sister"

"Ngapain Lo kesini ?"

"Tu ada Vero di depan nunggu Lo"

Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang