Karna semuanya butuh proses. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu pula dengan apa yang sedang terjadi kini. Inilah prosesnya. Saat disini berakhir. Dan yang disisi lain sedang bertemu.
———
"Kak bangunnn!!!"
Suara pintu yang digedor-gedor ditambah lagi suara khas seorang ibu-ibu yang sedang mengomel menginstrupsi pendengaran Syela. Syela yang terkejut langsung meloncat kebawah kasur bergegas untuk membuka pintu.
"Bunda hih! Bikin jantung Syela copot tau nggak" sungut Syela sambil mengucek matanya.
"Lagian jam segini masih bangun. Kamu nggak ke sekolah hah?"
"Nggak. Libur kok"
"Mana ada libur? Ini bukan waktunya libur kak" sergah wanita itu.
"Bundaku yang paling cantik se-lingkungan satu. Syela ada tugas diluar nanti. Jadi Syela dapat dispen nggak masuk sekolah" jawab Syela
"Tapi kan--"
Belum sempat menyelesaikan omongan dari bundanya, Syela langsung menutup pintu dengan kasar yang membuat bundanya terkejut bukan main. Sedangkan di dalam sana, Syela tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya tadi. Bisa di tebak, bahwa bundanya itu pasti akan mengomel sepanjang hari karna ulahnya barusan.
"Alah bodo amat. Yang penting tidur dulu" Syela tersenyum kegirangan dan melanjutkan kembali tidurnya.
"Astagfirulloh. Punya anak kok nggak sopan banget ya Alloh" ucap bunda Syela sambil mengelus dada.
———
Sedangkan disini, dia sedang menikmati udara dipagi hari sambil berlari-lari kecil mengelilingi komplek perumahannya. Dia sama seperti Syela, hari ini dia juga mendapatkan tugas di luar area sekolah.
Ngomong-ngomong soal Syela. Dia jadi teringat sesuatu tentang kebersamaan mereka berdua dulu. Bagaiman hampir disetiap harinya dia selalu menatap muka Syela. Sehari tanpa Syela bagaikan sehari tanpa garam. Hambar tak terasa. Tapi sayangnya itu dulu.
Sebenarnya ada secercik rasa yang sama sekali belum ia yakini hingga saat ini. Apakah dia mencintanya? Dia sendiri tidak tahu. Egonya lebih tinggi dari segalanya. Seharusnya dulu ia bisa memahami niat baik Syela. Tapi apa yang dia lakukan? Malah meninggalkannya.
Ia menjadi teringat perkataan Syela kemarin. 'Apa lo nggak capek? Gue aja capek dengernya'. Perkataan itu masih terulang hingga sekarang. Dulu dia sendiri yang membenci Syela. Tapi sekarang? Ia merasakan kebencian itu.
"Ini karma buat lo Di" gumamnya.
Ya, dia adalah Ferdian, Ferdian Alditama. Mantan sahabat sekaligus kakak bagi Syela.Ferdian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Pukul 06.45
Dia harus pulang. Mandi bersiap-siap untuk pergi melaksanakan tugasnya. Ia ingin berangkat awal karna ia ingin menjemput Syela kali ini.
-Gue harap lo mau nerima gue kayak dulu Syel. Karna semua orang pasti punya kesempatan kedua- ucap Ferdian dalam hati.
———
Tinn tinnnn ..
Suara klakson yang memekik terdengar sangat mengganggu indra pendengarannya. Aktivitas tidurnya kembali terganggu lagi. Tadi bundanya, sekarang malah suara klakson.
Syela langsung terbangun dari tidurnya. Berjalan dengan malas menuruni anak tangga sambil menggerutu sebal. Sepertinya dirumah tak ada penghuninya selain Syela. Pasti bi Surti ikut menemani bundanya pergi keluar.
Suara ketukan pintu terdengar. Syela keluar membuka pintu. "Astaga bocahh?! Mandi sana. Jam segini belum mandi" teriak Putra.
"Aelah bawel lo. Lagian masih jam segini juga" jawab Syela.
"Nohh lihat muka lo kek apa! Dasar iler-an"
Mata Syela membulat sempurna. Syela langsung berbalik menutupi mukanya sambil berlari menuju tangga. "Masuk aja Put! Gue mandi nih. Tungguin gue"
Putra yang melihat Syela salah tingkah seperti itu langsung tertawa renyah. Sungguh hal ini sangat konyol menurutnya. Sebenarnya muka Syela tidak seperti apa yang dia bilang tadi. Itu hanya bercanda.
Putra masuk kedalam rumah bersama seseorang yang mengikutinya dari belakang. Putra mempersilahkannya duduk dan mengambilkannya minum karna memang Putra sudah terbiasa di sini.
"Tunggu bocah itu mandi dulu nggak papa-kan?" Tanya Putra
"Nggak. Sante aja"
"Oke"
Tidak lama setelah itu. Terdengar suara langkah kaki yang menggema dan terlihatlah Syela dengan penampilan yang sederhana namun tetap saja memancarkan aura anggunnya.
Syela tersenyum sumringah dan melambai-lambaikan tangannya ala miss indonesia. Untuk sejenak lelaki yang berada di samping Putra sedikit tertegun dengan wajah natural milik sepupu Putra.
"Lo pake gaya-gaya an ala mis indonesia kek gitu lo pikir pantes?" Celetuk Putra.
Syela memutar bola matanya malas. Sepupunya benar-benar menggagalkan ekspetasinya kini. Syela tidak membalas ucapan Putra, tapi..
BUGG..
"Ishh.. lo gila ya?"
Syela yang tertawa renyah kini merapatkan bibirnya rapat rapat. Ia merasa perasaannya tidak enak. Dan ternyata damn it! Itu bukan Putra!
"Eh? Salah sasaran ternyata. Hehehe maafin gue ya kak?" Syela menggaruk tengkuknya kikuk.
"Yee, makannya jangan asal lempar sepatu. Kena orang kan?" Kata Putra sambil nyengir.
"Maaf kak maaf. Gue ga sengaja sumpah. Nggak papa kan? Tanya Syela
"Ck! Yaudah gue maafin"
"Yaudah yaudah. Berangkat yuk?"
"Yok" jawab mereka serempak.
Saat Syela sedang memakai sepatunya. Terdengar suara motor yang keluar dari pekarangan rumahnya yang otomatis membuat Syela menghentikan aktivitasnya. Syela melongo ketika yang ia lihat ternyata itu Putra.
- terus gue sama siapa. Anjay - batin Syela.
"Lo sama gue Syel. Jangan banyak tanya"
"Ha? Oke deh. Tapi nggak papa-kan kak?
"Gak. Santai ae" cowok itu tersenyum.
"Makasih" balas Syela tersenyum agak canggung.
Akhirnya Syela pergi besama laki-laki yang ia sebut sebagai 'kak' karna memang dia adalah teman seangkatan sepupunya, Putra. Setidaknya ada sopan santunnya sedikit kan?
———
a/n : haii gaess:v part 4 sudah selasai. Enjoy reading aja ya. Oh iya, kira kira siapa ya yang berangkat bareng sama Syela? Ikuti aja terus ceritanya;v. Thanks for reading💕
KAMU SEDANG MEMBACA
A Reason
Ficção Adolescente"Aku selalu membutuhkan satu alasan untuk menentukan sebuah tindakan. Dan alasanku untuk bertindak sejauh ini adalah kamu" -Syela Arvelo- "Apapun alasannya, aku terima. Asalkan kamu tetap disini menemaniku seperti dulu. Sahabatku" -Desta Alvaro- Ha...