03

202 53 40
                                    

🍃🌼🍃

🍃🌼🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🌼🍃

"Halo, aku adalah guru les private mu yang baru."

Lelaki muda dihadapanku hanya menatapku datar tanpa ekspresi, membuatku merasa canggung.

"Coba beritahukan namamu padaku." Pintaku padanya.

"Namaku Lai Guanlin."

Dahiku mengernyit aneh. Namanya terdengar asing bagiku. Ah iya, keluarganya-kan berasal dari China.

"Kuali?" Ulangku menyebutkan namanya dengan ragu-ragu.

"Guanlin." Koreksinya.

"Kuanlin?"

"Bukan. Yang benar itu Gu-an-lin." Jelasnya padaku.

"Ah, jadi namamu gulali."

Dia menghembuskan nafasnya pasrah mendapatiku yang terus-terusan salah menyebutkan namanya.

"Ok gulali, hari ini aku akan mengajarimu pelajaran Sejarah. Kudengar dari ibumu, kau sangat lemah dimata pelajaran itu."

Dia menganggukkan kepalanya membenarkan ucapanku. "Aku benci pelajaran itu."

"Kenapa?"

"Jangan terlalu banyak tanya."

Mulutku sedikit membuka, mendengar ucapan angkuh dari bocah menyebalkan dihadapanku ini.

"Baiklah, sepertinya kau merasa malas untuk berbincang denganku. Jadi lebih baik kita mulai saja pelajarannya."

Baru saja aku ingin membuka buku pelajaran yang terletak dimeja. Dia sudah terlebih dahulu menahan tanganku, membuatku mengurungkan niatku.

"Kau belum memperkenalkan diri." Tegurnya mengingatkanku.

"Ah iya, maaf aku lupa. Jadi namaku Lee Jieun, umur 25 tahun, aku lebih tua 7 tahun darimu, jadi perlakukan aku dengan hormat, ok. Dan yang terakhir, kau wajib tau ini, aku memiliki kekasih."

Dia tertawa mendengar penjelasanku. Dia terlihat manis saat tersenyum.

"Noona, pernyataanmu yang terakhir tidak penting tau."

"Ya itu hanya untuk informasimu saja, kalau-kalau saja kau berniat untuk mendekatiku." Gurauku padanya.

"Ya, ya, terserahmu lah."

Dia memilih untuk mengabaikan gurauanku dan mulai membuka buku pelajarannya.

Kudekatkan dudukku kearahnya agar pergerakanku bisa lebih leluasa untuk menjelaskan materinya.

Gulali terlihat begitu serius mendengarkan setiap penjelasan yang kuberikan padanya.
Wajah seriusnya terlihat lucu dengan mata yang menajam dan mulut yang sedikit terbuka.

Baru setengah jam berlalu, dering teleponku menginterupsi kegiatan belajar-mengajar kami.

Nama 'mr.monkey' tertera disana. Sepertinya aku lupa mengubah namanya menjadi 'tuan tampan'.

Aku menatap Gulali ragu seolah meminta izin untuk menerima teleponnya. Dengan santai Gulali memperbolehkanku. Lalu dia menyibakkan tangannya, mengode bahwa aku harus segera mengangkatnya.

Aku merasa tak enak karena telah menerima telepon pada saat jam bekerjaku dan mengganggu kegiatan belajar muridku.

Dengan segera, kulangkahkan kakiku menuju tempat yang sedikit jauh dari Gulali, lalu mengangkatnya.

"Ada apa?"










"Bunny, aku rindu, ini berat, aku gak kuat. Jadi ayo ketemu sekarang!"

🍃🌼🍃

Let's Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang