05

219 54 35
                                    

🍃🌼🍃

🍃🌼🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🌼🍃

[⚠]

Aku telah kehilangan niat untuk menyaksikan drama kesukaanku, Fight For My Way. Kalimat yang Seongwoo ungkapkan tadi terus terlintas dipikiranku. Membuat tanda tanya besar tentang maksud dari kalimat itu.

Sejak percakapan dimobil tadi, Seongwoo menjadi sangat pendiam. Dia hanya memberikan sebuah senyuman tipis saat aku mengajaknya berbicara.

Saat telah sampai dirumahpun dia tetap diam tidak menanggapiku dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

Biasanya dia bersikap seperti ini karena aku telah menciptakan sebuah kesalahan yang sangat besar. Dan dia akan kembali normal satu minggu setelahnya lalu mulai membicarakan pokok masalahnya.

Aku merasa takut dan kebingungan dengan sikapnya yang seperti ini. Aku benci Seongwoo yang pendiam.

Frustasi mulai melandaku. Dengan yakin kulangkahkan kedua tungkaiku menuju kamar mandi tempat Seongwoo berada. Meninggalkan televisi dengan keadaan yang masih menyala.

Suara gemercik air terdengar dari dalam. Tanpa rasa ragu kubuka pintu kamar mandi dengan mudah. Kebiasaan buruk Seongwoo. Dia selalu lupa untuk mengunci pintu kamar mandinya.

Begitu pintu telah terbuka dengan lebar, tubuh atletis Seongwoo yang tengah telanjang bulat langsung terpampang jelas dihadapanku. Wajahnya terlihat kaget sekaligus kebingungan mendapatiku yang tengah menatapnya intens.

Tanpa mempedulikan reaksinya, aku langung menghampiri Seongwoo dan memeluknya erat. Tak peduli jika Seongwoo tengah dalam keadaan telanjang bulat dan aku akan ikut basah karena pancuran air yang masih menyala.

Yang ada didalam pikiranku hanya satu. Aku ingin berada didalam pelukannya.

"Noona, a-apa yang kau lakukan? Tubuhmu jadi basah. Dan t-tunggu, biarkan aku memakai handuk dulu." Ucapnya dengan sedikit terbata lalu mematikan showernya dengan cepat.

"Biarkan. Aku tidak peduli. Sekarang bisakah kau membalas pelukanku?" Pintaku padanya.

Meskipun rasa bingung menyelimutinya, dia tetap menurutiku dan membalas pelukanku saat itu juga.

Begitu dia memelukku, rasa takut dan kebingungan yang semula menghinggapiku mulai hilang secara perlahan digantikan dengan kenyamanan dan ketenangan.

"Ini mungkin terdengar aneh. Tapi, aku mulai merasa bila kau akan pergi dariku, meninggalkanku sendirian. Tuan tampan, aku takut, sangat takut."

Tangan kekar Seongwoo mengusap rambutku lembut. Mencoba menenangkanku.

"Kau memang mempunyai kepekaan yang sangat tinggi." Gumamnya dengan suara yang sangat pelan namun masih bisa terdengar olehku.

"Apa maksud dari perkataanmu tadi?" Kudongakkan kepalaku menatapnya.

Bukannya menjawab pertanyaanku. Seongwoo malah mendekatkan wajahnya tanpa aba-aba lalu menciumku lembut serta memberikan beberapa lumatan-lumatan kecil.

Salah satu tangannya menahan tengkukku, semakin memperdalam ciuman kami. Membuatku refleks memeluknya semakin erat.

Ciuman ini membuatku bingung. Tapi terasa sukar untuk ditolak.

Saat pasokan udara kami mulai terasa menipis, kami mengakhiri ciuman ini. Lalu dia memberikan sebuah kecupan singkat sebagai penutup.

"Lupakan ucapanku tadi. Anggap saja aku tidak pernah mengatakannya." Jelasnya padaku, membuatku semakin bingung dibuatnya.

"Kau terlihat menggemaskan saat bingung." Ungkapnya sembari mengecup pipiku sekilas.

Aku mendecak pelan. "Setelah kau menelponku tadi sore, kau menjadi sangat aneh."

Seongwoo memilih mengabaikanku, kini dia malah sibuk melepaskan pakaian yang melekat dibadanku.

"Kau bahkan merasa cemburu pada seorang bocah yang usianya bahkan jauh berada diba----ashhh seongwoo-ya." Ucapanku terpotong begitu saja. Seongwoo memberikan beberapa hisapan kuat dileherku, membuatku tak dapat menahan desahanku.





"Berhentilah bingung. Cukup nikmati apa yang terjadi sekarang."

🍃🌼🍃

[👀🙈👀]

Let's Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang