06

148 46 12
                                    

🍃🌼🍃

🍃🌼🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🌼🍃

Sebulan telah berlalu.

Dan selama itu pula, perilaku Seongwoo padaku perlahan mulai berubah.

Dia mulai sering bersikap acuh padaku, sering meninggalkan rumah, pulang larut malam lalu berangkat pada dini hari, dan aku yakin, jika semua itu bukan karena pekerjaan.

Kami semakin jarang melakukan skin-ship walau hanya sekedar untuk berpelukan. Dia terlihat semakin sibuk dengan urusannya, yang entah aku tidak tau urusan macam apa itu.

Hari ini aku memutuskan untuk menunggunya pulang walau harus begadang semalaman. Karena, kurasa masalah ini harus segera dibicarakan atau bila diabaikan maka akan semakin parah jadinya.

Jujur, aku merasa lelah dengan situasi ini.

Mataku mulai terasa memberat. Ujung mataku melirik kearah jam dinding yang menunjuk pada angka sebelas pas. Kurang setengah jam lagi aku harus menahan kantuk ini.

Tepat seperti perkiraanku, pada pukul setengah dua belas malam Seongwoo datang dengan wajah cerianya. Membuatku semakin heran.

Dia terkejut begitu melihatku yang tengah terduduk disofa depan televisi.

Kutepuk sisi sofa sebelah kiriku yang kosong. Tanpa perlu berbicara, dia mendatangiku lalu mendudukkan dirinya disamping kiriku.

"Kau habis darimana?" Tanyaku mencoba selembut mungkin.

"Habis menemui sahabat lamaku." Jawabnya dengan senyuman tipis.

Kusenderkan kepalaku pada pundaknya. Anehnya dia sedikit tertegun atas gerakan yang kubuat.

"Seongwoo, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?" Tanyaku padanya sembari menautkan jemariku pada jemarinya.

Sedangkan Seongwoo? Dia hanya termenung diam tanpa berniat menjawab.

"Apa ini hanya perasaanku atau memang kau tak lagi cinta padaku?"

Mendengar keluhanku, Seongwoo otomatis menarikku kedalam pelukannya. Diberikannya kecupan lembut pada puncak kepalaku.

"Jangan berkata seperti itu. Aku mencintaimu."

Kurenggangkan pelukannya. Mataku menelisik jauh kedalam matanya. Mencari sebuah ketulusan disana. Namun,

Ini aneh. Kenapa aku tak dapat menemukan sebuah ketulusan yang kucari disana?

Mungkin ini terdengar miris, tapi aku takut bila kini hatinya bukan lagi untukku.

"Seongwoo kau tau, ibu dan ayahku kini tengah bertengkar hebat. Mereka bahkan telah mengajukan surat perceraian kepengadilan tanpa perlu mendengarkan pendapatku terlebih dahulu." Keluhku padanya.

"Dan kini. Sikapmu yang seperti ini membuat beban pikiranku semakin bertambah. Semua hal ini membuatku muak dan lelah." Lanjutku dengan air mata yang mulai meluruh.

"Seongwoo kau membuatku takut. Tolong katakan dengan jujur padaku, apakah hatimu masih ada padaku? "


"Maaf."



Seongwoo, bukan jawaban itu yang kumau. Aku butuh sebuah kepastian, agar aku dapat menyiapkan hatiku sebelum kau akan menghancurkannya.


-tbc-




Ada yang nungguin gak nih? Hehehe




Thanks

Let's Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang