Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍃🌼🍃
Aku pikir jika kubiarkan masalah ini berlalu begitu saja, semuanya akan semakin tidak karuan jadinya. Maka kuputuskan untuk pergi membuntuti Seongwoo yang katanya memiliki jadwal penting dihari minggu ini.
Dengan pakaian serba hitam dilengkapi masker dan topi dengan warna senada, diriku siap pergi menuju kafe tempat Seongwoo berjanji untuk bertemu dengan sosok penting itu yang dapat kuketahui tempatnya dari hasil menguping.
Setibanya dikafe. Kupilih tempat duduk disudut ruangan. Cukup jauh dari tempat Seongwoo berada memang, namun aku masih dapat memantaunya.
Belum 5 menit pas berlalu, seorang wanita yang sepertinya seorang paruh baya telah datang menemui Seongwoo, dan disambut dengan pelukan hangat oleh Seongwoo sendiri. Melihat perilaku manis yang Seongwoo berikan untuk wanita itu, rasa cemburu Jieun mulai terpancing.
Jieun tidak dapat melihat dengan jelas wajah dari wanita itu, namun wajah itu terasa familiar bagi Jieun, hal ini membuat Jieun semakin penasaran karenanya. Jieun kini menyesal karena telah lupa membawa kacamatanya.
Masih sibuk memperhatikan interaksi antara Seongwoo dengan wanita itu, Jieun tidak menyadari jika seseorang mendudukkan diri disebelahnya. Jieun baru tersadar begitu wajah seorang pria menutupi pandangannya dan mengganggu aktivitasnya.
"Ya! Minggirlah, kau menghalangi pandanganku!" Sentak Jieun kepada sosok didepannya.
"Guanlin-ah, guru lesmu ternyata jahat sekali." Ucap seorang bocah berwajah imut sembari menatap sosok disebelahku.
Mendengar nama Gulali disebut, akupun ikut menolehkan kepalaku kesamping, dan mendapati Gulali yang tengah tersenyum manis kepadaku hingga matanya menyipit.
"Yak, bocah, apa yang kau lakukan disini? Pergilah bermain di taman sana bersama teman-temanmu itu. Aku sedang sibuk." Usirku kepada ketiga bocah yang telah mengisi penuh meja ini.
"Sibuk menguntiti seseorang ya?" Sindir seorang bocah lainnya dengan wajah sok dingin.
Aku menatapnya sinis. "Mulutmu minta kusentil ya?"
"Jangan disentil, dicium saja, noona, aku rela kok." Rupanya bocah ini mencoba menggodaku.
"Kencing belum lurus tapi sudah sok-sokan mencoba menggoda seorang gadis." Ejekku padanya.
"Tau darimana? Memangnya noona pernah melihat Jinyoung kencing ya? Wah, noona ternyata tukang intip." Saut bocah berwajah imut tadi ikut-ikutan menggodaku.
Melihat diriku yang mulai kesal, Gulali dan kedua temannya hanya tertawa tanpa berniat berhenti menggangguku.
"Noona, kenalkan, temanku yang menggodamu tadi namanya Jinyoung, sedangkan yang pipinya gembul itu bernama Jihoon. Jihoon satu tahun lebih tua dariku dan Jinyoung. Dia sunbae kami." Ucap Gulali mencoba memperkenalkan temannya satu-satu kepadaku.
Jihoon dan Jinyoung mengulurkan tangannya berniat berjabat tangan denganku, meskipun masih merasa kesal dengan mereka, jabatan tangan mereka tetap kuterima dengan sopan lalu mulai memperkenalkan diriku balik.
Aku tidak boleh bersikap kekanak-kanakan dihadapan anak-anak.
"Perkenalkan namaku Jieun, aku guru lesnya Gulali." Teman-teman Gulali tertawa kecil begitu mendengar perkenalanku.
"Guanlin-ah, sejak kapan namamu berubah jadi Gulali." Ucap Jinyoung masih dengan tawanya.
Gulali hanya tersenyum malas menyahutinya. "Sepertinya Jieun noona pendengarannya agak kurang sehingga dia salah melafalkan namaku. Aku sudah lelah mengkoreksinya."
Aku mencoba mengabaikan ketiga bocah disekitarku ini, dan kembali memfokuskan diri kearah Seongwoo dan wanita tadi berada. Baru saja kuperhatikan mereka, mataku sudah memanas duluan. Seongwoo terlihat mengusap lembut tangan wanita itu. Dan tatapan yang Seongwoo berikan kepada wanita itu, sebelumnya tak pernah kudapatkan.
Untuk beberapa alasan, aku mulai merasa kalah.
Mereka berdua terlihat mulai membereskan barang-barangnya. Sepertinya mereka hendak pergi beranjak dari sini.
Tak ingin kehilangan kesempatan untuk melabrak wanita yang kuduga merupakan selingkuhan Seongwoo, aku langsung beranjak dari dudukku membuat yang lainnya merasa sedikit kebingungan dan langsung terdiam.
"N-noona, kau marah dengan kami ya?" Tanya Gulali hati-hati.
"Tidak kok. Hei Gulali, coca colamu untukku ya. Ok. Terimakasih." Selesai merampas coca cola milik Gulali yang telah tersisa setengah, kuhampiri tempat Seongwoo berada.
Sama seperti dalam adegan drama, kusiramkan coca colanya kearah kepala wanita yang kuduga berperan menjadi orang ketiga dalam kisahku ini.
Aku merasa keren, hingga saat wanita itu menolehkan kepalanya menatapku.
"Eo-eomma?" Gumam Jieun terkejut begitu melihat wajah sosok wanita itu.
Kulirik Seongwoo yang langsung mengalihkan pandangannya dariku dan Eomma, seolah menunjukkan jika dia tidak ingin ikut campur untuk membantuku.
Sepertinya sebentar lagi aku akan tamat.
-tbc-
aloha.
ada yang ngikutin pd 48 gak? kalo ada, siapa biasmu disana?