Awan gelap menyelimuti kota Bandung sore ini. Aku masih duduk di sini, di parkiran salah satu Katedral di Bandung. Udah mau mhagrib tapi kak Doyoung masih di dalem. Mau aku telfon tapi ga enak, dia lagi ada pertemuan sama temen-temen gerejanya di dalem. Katanya sih mau bahas penggalangan dana buat gempa Lombok
"Dek? Maaf lama ya"
Aku langsung berdiri dan tersenyum "Gapapa kak. Ayo pulang. Udah mau hujan nih"
"Tolong pegangin ini dek" Ia memberikan beberapa lembar kertas kepadaku. Nitip katanya, dia mau nyetir motor kan
"Siap bos" Aku berjalan mengekor di belakang kak Doyoung "Eh kak," Aku memanggilnya, saat melihat ada sesuatu yang ikut tertarik ketika ia mengambil kunci motor dari saku celananya
"Kenapa?" Kak Doyoung ikut berhenti
"Ini loh, rosario kakak jatuh" Aku mengambil benda berharga miliknya itu
Kak Doyoung tersenyum "Benerin dulu hijabnya, itu rambut kamu ada yang keliatan"
Dengan cepat aku merapihkan jilbabki. Dan tanpa basa basi lagi kak Doyoung langsung menaki motor sport berwarna merah miliknya. Akupun mengikuti langkahnya. Memakai helm dan duduk di belakang. Dan apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Baru sekitar lima menit aku dan kak Doyoung keluar dari areal Katedral, hujan turun sangat deras.
"Astagfirullah" Aku bergumam. Bukan karena hujan yang membasahi hijabku, tapi karena hujan membasahi kertas yang kak Doyoung titipkan ke aku tadi. Mau nangis aja rasanya pas aku liat ternyata kertas itu isinya data buat korban gempa Lombok
"Kak Doy! Kertasnya basah" Aku berbicara sedikit keras di dekat telinga kak Doyoung
"Kertas apa?" Jawab kak Doyoung dengan suara yang sama kerasnya
"Kertas yang tadi kakak titipin ke aku"
"Gapapa sayang"
Aku bisa mendengarnya, walaupun samar. Aku bisa merasakan bahwa pipiku sekarang memerah
Selang beberapa menit aku dan kak Doyoung sampai di rumahku. Sepi. Sama seperti biasanya. Paling cuma ada orang yang kerja di rumah. Aku berlari kecil menuruni motor sport tinggi milik kak Doyoung, menuju teras rumahku. Hujan semakin deras. Awalnya kak Doyoung bersikeras mau pulang dalam keadaan hujan seperti ini. Tapi aku melarangnya, bajunya sudah sangat basah. Lagi pula ini udah masuk waktu mhagrib
"Masuk dulu kak" Tawarku kepada kak Doyoung, dan ia pun masuk mengikuti aku dan duduk di sofa ruang tamu
"Tunggu bentar ya kak"
Aku berlari cepat menuju kamar abangku untuk mengambil handuk dan baju kaos yang rencananya mau aku pinjemin ke kak Doyoung
"Ini kak. Kakak bersih bersih dulu. Abis itu kita sholat mhagrib bareng"
"....."
Kak Doyoung diam. Dan aku pun ikut diam. Aku menatap kak Doyoung dengan heran "Kenapa kak?"
"Kamu lupa dek?"
"Hah? Lupa apa?"
"Kita beda. Aku rosario, dan kamu tasbih"
grumpynoona
29 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Different | Kim Doyoung's
Fanfiction"Untukmu agamamu, untukku agamaku" "Aku bisa meluluhkan hati ibumu bahkan sampai ke buyutmu. Tapi perihal urusan meluluhkan tuhanmu, maaf aku..." - Kim Doyoung "Dan akhirnya hujanlah yang membuatmu tinggal, bukan aku" - Nara Adista ─────────────────...