Mila pov
Setengah jam sudah ku berdiri didepan tiang bendera ini. Aku haus.
Untung saja Alif berbaik hati membelikan minuman untuk aku dan Rere."Ternyata dia perhatian juga." kata ku dalam hati saat Alif memberikan minuman.
Tak lama Alif pergi. Meninggalkan aku dan Rere disini. Ia beralasan ingin mengumpulkan tugas B. Indonesia.
Namun tak sampai 10 menit Alif meninggalkan kami. Kepalaku pusing. Karena panas begitu menyengat. Badanku gemetar. Pandanganku kabur. Hanya terlihat setitik cahaya.
Dan akhirnya tubuhku ambruk. Kutak ingat lagi kelanjutannya.Sampai aku sadar tubuhku tlah berada di atas kasur uks sekolah. Ku membuka mata. Dan kulihat Rere disamping kasur. Bersama seorang lelaki disampingnya.
Kuberusaha bangun dari tidurku.
Namun badanku tak mampu. Aku begitu lemas. Sampai-sampai kutak sanggup menopang badanku sendiri.Tak lama Rere mendekatiku
"Mil...lo gapapa kan?sumpah...gw khawatir banget sama lo. Tiba-tiba aja lo pingsan...gw kaget banget. Untung aja ada si Alif nolongin lo. Kalau kagak, gw ga tau deh harus gimana.""A..alif? Lo?" tanyaku gugup. Bagaimana tidak. Jika Alif yg menolongku,berarti dia menggendongku ke UKS ini. Otomatis dia memegang tubuhku. Ohhh..tidak!!
Aku dosa ga ya?? Beneran deh aku takut banget.Pria disamping Rere pun menjawab
"Iya..gw nolongin lo. Tapi tenang aja gw ga ngegendong lo kok. Gw tau batasan juga kali. Gw ga mau disangka kesempatan didalam kesempitan." jawab Alif tenang."Eh??" kataku heran mendengar ucapan Alif. Yg sepertinya tau apa yg ada difikiranku saat itu.
"Trus gimna caranya lo nolongin gw lif?"
"Ya pake tandu lah. Gw sama Rere yg ngangkat lo. Lo berat tau ga?"
"Ishhh..dasar !!gw ga berat tau..lo aja yg kurang olahraga jadi ga kuat ngangkat tubuh gw yg langsing ini."
"Eh..lo emang berat kali Mil. Udah ngaku aja." tambah Rere
"Ihh...rere lo samanya kaya si Alif deh. Sukanya ngeledek gw. Kan inces jadi sedih..huhuhu." kata ku
"Iya dong gw sama kaya Alif. Iya ga Lif?"
"Iyahin aja dah biar cepet." katanya santai.
"Udah ah..gw sama Alif ke kelas dulu ya Mil. Nanti pulang sekolah gw kesini lagi."
"Iya jangan lupa sama temen lo yg paling imut ini ya Re."
"Iya deh iya."
**********
Jam pulang sekolah masih 1 jam
lagi. Masih lama...
Dan aku sendirian disini. Tak ada seorang pun yg menemani. Bt banget.
Ku Melihat sekeliling UKS. Ruangannya membosankan. Kalau bukan karena terpaksa aku tidak akan mau kesini lagi.Tiba-tiba ponselku berbunyi memecahkan keheningan.
Drtdrtdrt
Ku lihat siapa yg menelfonku. Kulihat sekilas tertulis nama Tio disana. Betapa kagetnya aku melihat nama itu.
Tio??menelfonku??ini pasti mimpi.
Akhirnya kuputuskan untuk mengangkat telfon itu."Hallo?assalamualaikum,." ucap Tio
"Wa..waal..alaikumussalam. Ada apa Tio?" kataku dengan gugup
"Hmm..lega aku denger suara kamu Mil. Aku Rindu."
"Hah...tio rindu sama aku??oh tidaakkk!! Meleleh ini mah." kataku dalam hati.
"A..aa..aapa?" tanyaku
"Aku rindu. Aku rindu sama....sama Diana Mil."Diana?bukan aku? Mengapa kamu berkata seperti itu padaku Tio?
"Diana?"
"Iya Diana Mil. Dia pergi mondok ke jawa tengah. Aku rindu dia Mil.""Lalu...denganku?"kataku
"Maksud kamu ?" tanya Tio" Apa kamu merindukanku juga?"kataku dalam hati.
"Ehmm...maksudku apa yg bisa aku bantu?" sakit. Aku bohongi diriku sendiri. Dengan berusaha tegar menjawab pertanyaan Tio.
"Liburan semester ini kamu mau temenin aku ke sana?untuk bertemu Diana. Aku mohon. Kamu adalah sahabatku yg paling cantik,yg paling baik pokoknya. Mau ya?demi aku."
Kuberfikir sejenak. Sebenarnya aku tak rela jika harus mengantar Tio menemui Diana, karena ku tahu. Bahwa jika aku kesana hanya akan ada sakit yg mendera hati ini. Hatiku sesak. Namun mau bagaimana lagi. Kutak boleh egois. Tio itu sahabatku. Hanya sebatas sahabat. Karena itu kuharus rela. Rela bila hati ini harus terluka demi sahabat. Demi dia yg kucintai.
"Mil?"
"
Iy..iyya aku mau." ingin rasanya aku menangis. Hati ini sudah tak mampu lagi menahan.
"Oke kalau gitu. Makasih mila cantik. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." hancur sudah. Hati ini telah hancur. Dihancurkan oleh dia yg kucintai.
Air mata jatuh satu persatu. Mengalir dari mata yg pernah menatapnya dengan tatapan berbeda. Jatuh melewati bibir. Yg juga pernah menoreh ucapan rindu kepadanya. Dan akhirnya jatuh dan tak kan pernah kembali.
Dia ....dia yg kucintai. Dia yg kurindu. Namun, dia tak cinta apalagi rindu padaku. Sama sekali tidak. Tawanya waktu itu sebatas gembira bersama. Ucapan manisnya dikala kusedih hanya sebatas seorang sahabat yg khawatir jika sahabatnya terluka. Senyumnya waktu itu hanya menggambarkan hati senang bertemu teman pelipur bosan.
Itu!! Hanya itu!! Tak lebih !!Dalam heningnya ruang UKS kuterdiam. Terdiam diikuti tangis mengiris kalbu namun tak terucap oleh isak.
"Dia tak mencintaiku. Dia sama sekali tak merindukanku. Dia..sungguh aku mencintainya..." kataku sambil meneteskan air mata.
Tiba -tiba sebuah suara bariton mengagetkanku..
"Biarkan ia pergi mengejar cintanya..""A..aa..aalif?"
"Cukup. Ga usah lo menangis lagi karena dia yg ga cinta sama lo."
"Tapi..tapi ....gw"
"Tapi apa?lo pengen dia jadi milik lo?lo cinta sama dia?"
"Iya" kata aku sambil menundukkan kepala dengan lemas.
"Lo egois. Kalau lo cinta sama dia. Udah lo berenti menginginkan dia jadi milik lo seutuhnya. Karena cinta itu ga harus memiliki."
"Kalau lo udah siap jatuh cinta sama makhluk Allah maka lo juga harus siap buat jatuh. Jatuh ketika ternyata dia gak cinta sama lo. Jatuh ketika dia pergi. Pergi tuk sementara ataupun pergi tuk selama-lamanya.
Dan bersiaplah untuk kecewa.""Tapi..."
"Lo dengerin ucapan gw atau enggak terserah lo. Gw cuman menginginkan yg terbaik buat lo. Biar lo ga ngerasain rasa sakit yg pernah gw rasain."
"Lo pernah merasakan jatuh cinta? Dan rasa sakit karena cinta itu?" tanya aku.
Alif hanya mengangguk pelan mengiyakan.
"Siapa dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Rindu
SpiritualRintik hujan awali pagi yg sendu. Menyelimuti kalbu yg datang sebagai tamu yg kurasa itu tak perlu. Ya..Rindu. Itulah yg terngiang ketika bulan berharap bertemu sang mentari. Rindu tak berujung. Begitu sebagian orang menyebutnya. Kurasa rindu it...