(1) Memori

28 2 2
                                    

Jakarta, 2018

Matahari bersinar cerah, cahayanya memasuki lubang lubang ventilasiku. Cahayanya pula berlomba lomba memasuki kamarku, dengan posisiku yang tengah kacau karena mimpi semalam.

Yaa mimpi itu. Mimpi yang membawaku kembali kepada 10 tahun lalu. Rasanya masa itu baru terjadi kemarin, dimana masa masa manis di hidup ku menyelimutiku, lalu ditutup dengan masa suram yang terus mengahantuiku hingga saat ini.

Aku memang bukan lagi anak remaja yang susah melupakan cinta pertamanya. Namun kenangan buruk dibalik cinta pertama itu yang membuatku frustasi setengah gila dengan hidupku sendiri. Ilusi bodoh bernama cinta itu memang selalu mempermainkan setiap insan, dengan permainannya yang bodok pula.

Pintu kamarku terbuka dari luar, setelah 5 ketukan tidak membuatku beranjak dari dudukku dipinggir ranjang.

Ia, Cerren Mitchale. Kakakku memasuki kamarku. Cahaya lampu dari luar kamar, masuk sedikit demi sedikit bersamaan dengan semakin lebarnya pintu terbuka, di kamar ku yang tengah gelap.

Dengan tangan kanan yang masih memegang gagang pintu, tangan kanan nya meraih saklar lampu disampingnya dan menyalahkannya dengan tangan kirinya. Ia memperhatikanku yang masih muka bantal, dan kondisi kamarku yang memprihatinkan, membuatnya menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan nafas.

"Again?"

Aku menatapnya sekilas dan kembali menatap jari jari kakiku, menikmati posisi dudukku, memberikan kesan 'iya'.

Kurasakan kasur ku berdecit pelan, dan kudapati Cerren sudah duduk disampingku.

"Sampai kapan sihh? Mau sampai kapan lo diperbudak sama mimpi lo sendiri. Itu sudah 10 tahun yang lalu ra, astagaaa." tangan kirinya memegang bahu kananku.

Aku menghela nafas frustasi sekaligus lelah, "gw lelah cerren gw lelah!! Gw udah coba semampu gw buat ngelupain semua itu, tapi.. " kuhela nafas kembali, "tapi gw gak bisa. Setiap gw bangun, semua mimpi gw semalem ngerusak mood pagi gw".

"Ra.. Jangan sampai lo buat gw nyesel udh nyuruh lo selalu terapi biar amnesia lo sembuh. Tapi setelah lo sembuh, kepingan kepingan dari masa lalu lo terus bergilir datang, dan buat lo frustasi sendiri"

Terjadi keheningan panjang sebelum akhirnya aku angkat bicara, "Lo paranormal bukan? Bantu gw buat amnesia lagi"

"Gw mantan psikiater, bukan paranormal!! Dan satu lagi, gw bukan algojo yang bisa gebuk lo biar lo amnesia lagi ra!" emosi Cerren selalu meletus, saat kata 'paranormal' disindir didepannya. Kapan saja.

Cerren memegang kedua pundak ku, hingga membuatku menatap kedua bola mata coklat kehitaman itu.

"Amnesia bukan pelarian ra. Apa lo lebih milih melupakan semua kenangan lo sama kevin daripada menjadikannya ruang waktu disebagian hati lo untuk dikenang, meskipun dibalik itu ada kejadian yang tragis?" mata nya menatapku tajam. Aku rasakan Carren sudah cukup frustasi dengan sikapku ini.

Seminggu setelah aku dinyatakan sudah sembuh dari amnesia itu, aku menjadi sedikit tertekan, dengan datangnya beragam memori dari masa lalu.

Setelah 10 tahun mengalami amnesia, karena badai sialan itu, membuatku sejenak selama 10 tahun melupakan semua masa manis dan pahitku dimasa lalu. Aku melupakan kevin. Aku melupakan Cintaku. Aku melupakan kejadian tragis Kevin. Aku bahkan melupakan namaku sendiri.

Other DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang