(4) Nyata

19 2 0
                                    

"Lauraa banguuuunnnnn"

Kubuka perlahan lahan mataku alih alih mendengar suara teriakan yang memanggil namaku itu. Aku seperti baru merasakan tidur yang sangat panjang.

Kuedarkan pandangan mataku ke sekeliling yang terasa asing buatku. Meja panjang dengan dua kursi. Papan tulis didepan. Banyak siswa siswi yang berhamburan.

Aku masih bergeming dengan situasi ini. Kupandangi diriku sendiri. Seragam SMP. Aku menjadi anak SMP kembali? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Udah selesai nganalisnya? Lo habis mimpi apa sih? Bangun tidur langsung pangling gini".

Kepalaku menoleh kearah asal suara khas yang ku kenal itu. Dan yang kulihat sukses membuatku termenung tidak percaya.

Pria yang tengah menatapku dengan damai. Memamerkan senyum terbaik nya dihari ini. Entah kapan terakhir aku lihat pria itu tersenyum padaku seperti ini. Wajahnya yang kurasa tidak asing di memoriku. Aku menganga tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.

Kevin!

Apa aku kembali bermimpi ? Apa puing puing 10 tahun lalu datang kembali? Tapi ini terlalu nyata untuk menjadi mimpi. Kupandangi pria yang tengah duduk di kursi samping ku, dari atas sampai bawah, tanpa berkedip.

Kutelungkupkan pipinya. Aku bisa memegangnya! Aku tidak berhalusinasi! Tidak ada darah di sekujur tubuhnya, ia masih sehat dengan badan tegapnya. Bukan berbaring lemah dengan kepala bocor di belakang sekolah.

Aku menutup mataku dengan kedua tanganku. Aku pastikan ini hanya mimpi. Aku berharap secepat nya bangun dari mimpi ini. Aku tidak boleh diperbudak lagi dengan mimpi sialan itu.

Pria itu, Kevin menelungkupkan tanganku yang menutupi wajahku. Aku menatap kedua mata itu. Kevin memandangiku dengan tatapan khawatir.

"Lo sakit ya?"

"Kevv... Kevvii nn? Lo betul betul kevvin?" kurasakan suara ku bergetar dengan lirih, berharap aku bukan bermimpi lagi.

Kevin tersenyum tipis, "iya ini gw Diego Kevin. Lo kenapa si? Kayak udah setahun gak ketemu gw, sampe pangling gitu?" tangannya terulur menyelipkan anak rambut Kebelakang telingaku.

Yaa! Aku merasakan kehangatan tangannya di wajah ku. Aku injak kakiku sendiri. Dan aku yakin!

Aku tidak bermimpi! Ini nyata! Di hadapanku betul betul Kevin yang rasanya baru kemarin kulihat batu nisan nya. Apa aku bermimpi Kevin meninggal?

Tunggu! Batu Nisan? Darah ditubuhnya? Kepala bocor? Ku putar otakku untuk berpikir mana yang sebenarnya nyata.

"Jadi lo setuju dengan usulan gw?" Cerren masih memandangiku yang masih bimbang. Sekaligus masih tidak percaya apa yang tengah terjadi.

Kupandangi ruangan hasil manipulasi otakku ini sekali lagi untuk meyakinkan pemilihan ku.

Kuhembuskan nafas berat, "baiklah. Gw setuju. Apa rulesnya?"

Cerren tertawa hambar, "lo baring dulu di ranjang. Proses ini jauh lebih sulit daripada yang udah gw lakuin ke lo sebelumnya. Ini bermain dimensi waktu"

"Peraturannya...."

Aku belakkan mataku. Aku ingat. Aku ingat. Aku tengah menjalani misiku. Mencari tahu siapa sosok X itu.

Kupandangi Kevin hasil manipulasi Cerren. Tanpa aba-aba aku memeluknya, seperti seorang anak yang memeluk erat boneka beruang nya yang sudah hilang sekian lamanya.

"Lo kenapa sih? Mimpi buruk?"

Ku lepaskan pelukanku, dan kupandangi wajahnya. Aku tersenyum kecut, mau bagaimana pun ini hanya halusinasi ku. Bukan nyata! Tapi setidaknya, aku masih bisa memanfaatkan haluku ini untuk mengobati perih nya rindu, dan membalaskan dendam ke orang yang sudah membunuhnya.

Other DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang