PROMISE ~ PART 2

575 95 11
                                    

Siang ini mereka berdua berjalan pulang. Sesuai janji, Minhyun akan membantu Jaehwan menciptakan sebuah lagu untuk kompetisi yang diadakan besok siang.

"Selamat siang bibi Kim", Minhyun menyapa eomma Jaehwan dengan ramah.

"Oh Minhyun sudah datang .. ayo masuk .. kau pasti lapar, bibi sudah masak banyak untukmu"

Minhyun bukan hanya menjadi hyung kesayangan Jaehwan, tapi sudah menjadi bagian dari keluarga kecil bermarga Kim ini.

Kedua orangtua Jaehwan sangat menyayangi Minhyun seperti putra mereka sendiri ...

Begitupun dengan Minhyun, dia seperti memiliki keluarga kedua didalam keluarga ini, terlebih karena Minhyun hanya memiliki seorang appa, eommanya telah lama pergi meninggalkan rumah, suami serta dirinya sendiri sejak kecil.

"Waahh .. bibi memang yang paling hebat. Aku selalu mengagumi masakan bibi, masakan terenak yang pernah kunikmati", Minhyun memberikan kedua ibu jarinya, memberikan apresiasinya.

"Eomma harusnya membuka restoran, masakan enak tidak boleh dinikmati sendirian", sahut Jaehwan masih dengan mulut penuh nasi.

Minhyun mengangguk cepat tanda setuju.

"Eomma tidak punya waktu untuk mengurus restoran, mengurus satu putra kesayangan saja sudah menyita banyak waktu"

"Karena aku putra kesayangan eomma ..", Jaehwan tertawa, matanya menyipit menyisakan guratan-guratan diujung matanya.

"Eomma tenang saja .. saat aku sudah berhasil menjadi seorang penyanyi dan menghasilkan banyak uang, aku akan membuatkan restoran yang sangat besar dan bagus untuk eomma dan appa .. hakhakhak", Jaehwan dan tawanya yang khas.

Melihat interaksi antara ibu dan anak itu didepan matanya membuat Minhyun sedikit cemburu.

Entahlah .. mungkin bukan hanya sedikit, tetapi benar-benar cemburu.

Minhyun merindukan eommanya, itu sudah pasti. Tapi tak ada yang dapat dia lakukan, karena eomma nya telah memilih pergi dan meninggalkan dirinya sendiri bersama appa nya.

.
.
.
.
.

"Waaahhh .. hyung, kau hebat ! Karena bantuanmu akhirnya aku dapat menciptakan lagu baru untuk kompetisi besok", Jaehwan melompat-lompat kegirangan, mengekspresikan kebahagiaannya.

"Hahaha .. Jaehwan~ah .. kau sangat menggemaskan"

"Lagipula hyung tidak membantu banyak, hyung lebih banyak duduk diam disini, kau lah yang menciptakan lagu tersebut", Minhyun menatap Jaehwan lembut.

"Tapi hyung adalah inspirasiku .. sudah 3 hari aku berusaha tapi tak menghasilkan apapun, saat hyung ada disini bersamaku, aku dapat mengerjakannya dengan lancar .. hyung memang keajaiban yang Tuhan berikan padaku", mata Jaehwan berbinar-binar menatap Minhyun.

Sudut bibir Minhyun terangkat, dia melepaskan senyum tulus yang hangat.

"Terima kasih Jaehwan~ah .. kau menganggapku sebagai keajaiban .. kau pun sama, keajaiban untukku"

"Hyung harus pulang sekarang, ini sudah malam", Minhyun berdiri lalu memakai seragam jas nya.

Jaehwan memutar bola matanya, "hyung tidak mau menginap disini ? Satu malam saja hyung .."

"Hyung ingin, tapi tidak bisa .. maafkan hyung, jaehwan~ah .. hyung harus pulang, appa menunggu dirumah"

"Tapi besok jangan lupa yah, hyung harus datang ke kompetisi .. aku tidak akan bersemangat bila hyung tidak ada", pinta Jaehwan dengan wajah polosnya, seperti biasa mencoba meluluhkan hati Minhyun dengan tatapan itu.

Minhyun mengangguk, "hyung pasti datang"

"Janji ?"

"Janji"

.
.
.
.
.

Minhyun berjalan pelan memasuki pekarangan rumah yang tampak kecil.
Tidak ada yang menarik dari rumahnya, hanya sebuah bangunan kecil dengan 2 buah kamar sempit untuknya dan appanya tidur.

Minhyun menyalakan lampu ..

"Appa .."

Minhyun mematung membelakangi pintu, wajahnya sedikit terkejut.

"Dari mana saja kau hah ?!", teriak appanya kemudian meneguk soju dari botol.

"A-aku .. aku .. habis mengerjakan tugas dirumah teman", jawab Minhyun ragu.

"Pembohong !!", sebuah botol melayang kearah Minhyun, lalu pecah menghantam dinding yang berada tepat disamping tubuh Minhyun.

Plaakk !

Sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Minhyun yang putih pucat, membuatnya merah seketika.

Lelaki tua yang setengah sadar karena pengaruh alkohol itu mendorong tubuh Minhyun, putranya sendiri hingga tersungkur menghantam sudut lemari yang berada didekatnya.

Memberikan memar lebam pada pundak Minhyun.

Entah lebam dan luka keberapa, Minhyun sudah tak dapat mengingatnya lagi ..

Tubuhnya sudah terlalu kebal untuk merasakan sakit, otaknya sudah terlalu tumpul untuk mengingat berapa banyak pukulan dan hantaman yang mendarat di tubuhnya.

"Appaa .. maaf appaa .. aku tidak akan mengulanginya lagi .. tolong jangan pukul aku lagi, kumohon appaa .."

Lelaki tua itu pergi meninggalkan putranya yang tersungkur dan merintih kesakitan .. sendirian.

Entah pergi kemana, Minhyun sudah tak dapat mempedulikannya lagi, tubuhnya terlalu sakit bahkan hanya untuk berdiri.

~tbc~

Song : Kim Dong Ryul ~ How I Am
(Lagu yang nemenin saat nulis cerita ini)

PROMISE ~ [MINHWAN] -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang