"HWANG MINHYUUUNN !!!", teriakan itu terdengar hingga ke kamar.
Minhyun tercekat, ketakutan menyelimuti seluruh tubuh dan pikirannya.
Dia meringkuk di sudut lemari usang, memeluk kedua tengkuk lututnya. Jantungnya berdebar tak beraturan seakan-akan ingin melompat keluar dan melarikan diri.
Seseorang dari balik pintu kamarnya memaksa masuk, mendobrak dengan sangar.
Minhyun melihat meja kecil yang menjadi ganjalan pintu mulai bergeser, hingga akhirnya tergeser jauh akibat dobrakan paksa.
"Kemari kau anak kurang ajar !! Aku harus memberimu pelajaran agar kau bisa berhenti menyusahkan hidupku !!"
Pria itu mencengkram kemeja putih yang Minhyun kenakan, menyeretnya paksa melewati pintu kamar hingga ke ruang tengah.
"Appaa ... maafkan aku .. appaaa .. jangan siksa aku lagiii ..", Minhyun menangkupkan kedua telapak tangannya, memohon dengan lirih agar appanya menghentikan aksinya.
Plakk !
Tamparan itu membuat Minhyun tersungkur ke lantai, pipi putih pucatnya memerah dan panas.
Pria tua itu menendang tubuh Minhyun berkali-kali sambil mengumpat.
"Anak sialan ! Pembawa sial ! Seharusnya kau mati saja sejak dulu ! Jika kau mati maka hidupku tak akan sesusah ini ! Anak brengsek ! Eomma mu yang pelacur itu seharusnya membawamu pergi, bukan meninggalkanmu padaku dan memberiku beban !!!!"
Pria tua itu terus mengumpat, memaki putranya dengan kasar, memukuli dan menendangnya berkali-kali.
"Ap-paa .. sa-kiit .. henti-kann ..", Minhyun merintih, ucapannya terbata-bata.
"Apa salah-kuu ap-paa .."
"Sa-kitt .. seka-lii .. henti-kann ap-paa .."
"Ma-aff-kann .. a-kuu .."
Pria tua itu tak menggubris rintihan kesakitan putranya, pukulan dan tendangan itu semakin menjadi.
Hingga tendangan terakhir itu berakibat fatal, darah merah pekat mengalir dari mulut Minhyun, membasahi kemeja putihnya, memberikan pola-pola berwarna merah kehitaman.
Melihat putranya terkulai lemas, darah mengalir dari mulut Minhyun, membuatnya menghentikan kebrutalannya.
Sadar dengan apa yang telah dia lakukan, pria tua itu mencoba melarikan diri, namun naas karena para tetangga telah berkumpul didepan rumahnya setelah mendengar kegaduhan.
Para tetangga yang menerobos masuk tercekat dengan pemandangan mengerikan .. Minhyun, remaja yang selalu bersikap ramah dan sopan setiap kali bertatap muka dengan mereka kini terkulai lemas dengan tubuh lebam dan penuh luka.
Remang-remang Minhyun melihat orang-orang berteriak panik .. Orang-orang tersebut sibuk menangkap appanya, menelepon polisi dan ambulance, ada yang berusaha membuatnya tetap sadar dengan memanggil-manggil namanya.
Disaat-saat kritis itu, sosok adik kecil kesayangannya terlintas di pikirannya ..
"Jaehwan~ah .. maafkan hyung tidak dapat menepati janji kita .. hyung hanya ingin melihatmu sekali lagi, tapi rasanya sudah tak mungkin .. selamat tinggal Jaehwan~ah"
Pandangan Minhyun mulai kabur, perlahan tubuhnya berubah dingin .. setetes airmata jatuh ke lantai hingga akhirnya pandangan Minhyun gelap.
Minhyun berhenti melihat dunia ini ..
Dunia yang telah bersikap kejam padanya, dunia yang telah merenggut kebahagiaan dan masa depan yang dia impikan bersama sahabatnya.Kini semuanya telah terhenti ..
Ingatannya ..
Mimpinya ..
Dan tarikan nafasnya yang terakhir..
.
.
.
.Pagi ini Jaehwan berjalan santai sambil bersenandung kecil menuju ruang kelas tingkat akhir.
Sekotak susu dan sepotong roti hangat berada di kedua tangannya.
Jaehwan tersenyum kecil, membayangkan Minhyun hyung nya akan makan dengan lahap.
"Minhyun hyung pasti belum sarapan .. "
Saat Jaehwan tiba diruang kelas tingkat akhir, kelas dimana Minhyun belajar, Jaehwan bingung dengan suasana yang ada dihadapannya sekarang.
Seluruh siswa siswi yang berada di ruang kelas itu menangis.
Jaehwan menghampiri seseorang yang duduk paling depan, "seongwoo hyung, apa yang terjadi ? Mengapa semua orang menangis ?", menatap heran.
Remaja yang bernama Seongwoo itu hanya diam, menatap Jaehwan sedih ..
Dia menyodorkan koran yang terlipat kepada Jaehwan.
'Pembunuhan seorang remaja yang dilakukan oleh ayahnya sendiri', bunyi judul artikel yang tertulis di koran.
"Minhyun dibunuh oleh appa nya, jaehwan", Seongwoo berkata pelan.
Jaehwan tercekat, tubuhnya mematung, kakinya lemas .. roti dan susu terjatuh ke lantai.
Dengan wajah yang masih tak dapat percaya, Jaehwan segera berlari meninggalkan sekolah menuju rumah Minhyun, dia berlari sangat kencang dengan perasaan campur aduk.
"Tidak mungkin .. Seongwoo hyung pasti salah, Minhyun hyung pasti sedang baik-baik saja .. Mungkin hyung hanya sakit dan tidak bisa kesekolah", Jaehwan mencoba menyangkal kenyataan yang didengarnya tadi.
.
.
.
.
.Jaehwan seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya ..
Garis polisi melintang didepan pagar rumah hyung kesayangannya.
Banyak orang-orang yang berdiri, mereka saling berbicara dengan teman disebelahnya .. ada yang menangis terisak, ada yang terlihat sedih."Paman .. apa yang terjadi ?", tanya Jaehwan pada salah satu pria paruh baya yang sedang berdiri didepan rumah Minhyun.
"Anak yang malang, tak seharusnya dia diperlakukan seperti itu oleh appanya .. Appanya benar-benar kejam, dia menganiaya dan membunuh putranya sendiri .. Kasihan sekali nyawanya harus hilang ditangan appanya sendiri"
Jaehwan mengepalkan kedua tangannya, menahan airmata agar tak jatuh, menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar.
"Ini tidak mungkin terjadi .. tidak mungkin !!"
~tbc~
Song : Kim Dong Ryul ~ How I Am
(Lagu yang nemenin saat bikin cerita ini)
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE ~ [MINHWAN] -END-
FanficMinhyun dan Jaehwan adalah dua sahabat yang saling berbagi tentang mimpi masing-masing meskipun jalan yang mereka pilih jauh berbeda.