Pagi Bersama

46 2 2
                                    

“Ma...mama dimana?”

“Mama di dapur,gak usah teriak-teriak ini rumah bukan hutan.”

Angga-pun berjalan ke arah dapur masih dengan pakaian seragam yang melekat di badannya. Saat sampai ia sempat heran karena di dapur terdapat manusia lain selain mamanya dan pembantunya. Belum sempat ia bertanya siapa orang itu, Devi yang sudah mengamati dari tadi menjelaskannya.

“Angga kenalin, ini Sinta anaknya om Ryan temennya papamu itu. Kamu masih inget kan?”

“Ha... anaknya om Ryan yang dulunya pipinya kayak bakpao itu?”Jawab Angga tak percaya dengan yang dilihatnya sekarang.

Sinta yang mendengar itu merasa jengkel karena di bilang pipinya seperti bakpao.

“Jahat banget. Siapa pipinya yang kayak bakpao?”Cecar Sinta tak terima.

“Hhaa...ya loe lah siapa lagi. Dulu kan emang pipi loe kayak bakpao.”

“Ini beneran anak tante tan. Kok aku gak yakin ya tan.”Sungut Sinta menahan marah.

Devi yang merasa bahwa akan terjadi perang dunia ke-3 antara mereka berdua berusaha untuk menengahi dan menyudahi. Ia segera menyuruh Angga untuk berganti baju ke kamarnya, sedangkan ia dan Sinta melanjutkan acara masaknya.

***
Malam harinya, saat akan makan malam Devi menyiapkan semua makanan di meja makan. Saat sudah selesai ia segera memanggil Angga dan Sinta untuk makan malam bersama.

Dimeja makan suasana hanya hening karena Sinta masih jengkel kepada Angga karena kejadian sore tadi. Terkadang ia melirik kepada Angga yang duduk di sebelahnya, namun yang dilirik hanya biasa saja tanpa merasa bahwa seseorang disampingnya sudah seperti gunung berapi yang siap meletus.

Selesai makan malam

“Angga, besok kamu berangkat ke sekolahnya bareng Sinta!”

“Ogah ma. Kan Angga gak satu sekolah sama dia.” Tolak Angga.

“Kata siapa? Sinta juga sekolah di sekolah kamu. Dia itu adik kelas kamu.Iya kan dek?”

“Iya, tan.”Jawab lirih Sinta

“Gak percaya gue.Kok gue gak pernah liat loe.Emang loe kelas apa?”

“11 ipa 5”

“Udah pokoknya besok kamu berangkat bareng Sinta ke sekolahnya, kalau gak mau mama potong uang saku kamu.”

Angga yang mendengar ancaman seperti itu sudah tidak berani melawan.Ia tidak mau uang sakunya dipotong. Sedangkan Sinta hanya menghela napas pasrah karena kalau ia menolak perintah tante Devi ia merasa gak enak, tapi ia juga tidak mau berangkat bareng orang itu.

“Oh ya, besok mama mau ke asramanya papa, mau ikut gak kamu Ga?” Tanya sang mama.

“Boleh lah ma. Lagian besok Angga gak ada jadwal latihan basket kok.”

“Kamu mau ikut gak dek?” Tanya tante Devi kepada Sinta yang sedang fokus menonton tv.

“Aku boleh ikut tan?”Ucap Sinta menunjuk dirinya sendiri.

“Ya boleh lah, biar kamu bisa ketemu om Rendra.” Sinta hanya menganggukkan kepalanya saja mendengar ucapan tantenya.

“Ya udah,besok pulang sekolah kalian langsung pulang, kan bareng kalian berdua.Baru setelah itu kita ke asramanya papa.”

Setelah percakapan itu, Sinta dan tante Devi masih mengobrol banyak hal sambil menonton tv. Sedangkan, Angga yang tidak mengerti apa yang dibicarakan memilih kembali ke kamarnya.

***
Ayam berkokok dan mentari pagi telah terbit. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Sinta yang sudah siap dari tadi masih menunggu Angga yang masih asyik sarapan.

“Ayo dong. Nanti bisa telat masuknya”Kata Sinta dengan muka cemberutnya.

“Bentar keleus, gue belum selesai sarapan.”

“Halah, udah ayokk” Digeretnya tangan Angga ke depan rumahnya tanpa peduli Angga yang marah-marah.

Sampai di samping motornya, Angga sudah naik dan memakai helm-nya. Ia mengambil helm satu lagi untuk Sinta.

“Ni pakai. Jangan sampe gue ketilang polisi gara-gara loe gak pakai helm. Cepetan naik nanti telat” Perintah Angga

“Iya sabar dong jadi orang. Siapa yang buat lama dari tadi?” Jengkel Sinta sambil naik dengan hati-hati ke motor Angga yang tinggi.

Loe gak bisa punya motor yang normal.Tinggi banget”

“Hhha...bukan motor gue yang gak normal,tapi loe yang pendek.” Ejek Angga.

“Udah pegangan, gue gak tanggung kalau loe jatuh.”

Sinta yang takut akhirnya dengan terpaksa berpegangan pada jaket Angga.Di perjalanan ke sekolah,Angga melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.Sinta hanya bisa merapalkan doa dalam hati dan berpegangan erat kepada Angga.
Akhirnya, pagi itu Sinta dan Angga berangkat bersama.

***
“Stop...stop, gue turun sini.”Ujar Sinta menepuk bahu Angga saat motor Angga mau berbelok di belokan sebelum sampai gerbang sekolah.Angga yang mendengarnya hanya bisa mengerem mendadak.

“Lah kenapa? Ini belum sampai kali di sekolah”

“Gak mau, udah gue turun sini aja.”

“Ya udah lah. Terserah loe

“Oh ya , inget nanti kalau di sekolah loe pura-pura gak kenal sama gue.”

“Iye..iye,ribet banget sih loe. Udah gue duluan.Byee.”

Setelah berjalan beberapa meter, akhirnya Sinta memasuki area sekolahnya.Ia-pun berjalan ke arah kelasnya tanpa tahu bahwa ada yang memperhatikannya dari tadi.

Gue gak nyangka ternyata kita dekat selama ini. Tapi kenapa gue baru nyadar sekarang?”Kata hatinya.

Setelah itu terdengar bel tanda masuk dan dimulainya pelajaran.Ya seperti biasa setiap pagi sebelun dimulai proses belajar mengajar, semua siswa dan guru akan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Kelas 11 Ipa 5

Saat ini sedang berlangsung pelajaran matematika peminatan. Pak guru Win sedang menerangkan materi tentang peluang.

“ Di kotak ada 10 bola,jadi jika akan diambil 2 bola dari kotak itu berarti peluangnya adalah 10C2.”Jelas Pak Win dengan tegas.

Semua siswa hanya diam mendengarkan dan menyimak baik-baik.Mereka tidak berani melakukan hal lain seperti bermain hp atau tidur karena mereka tahu bahwa Pak Win adalah salah satu guru terkhiller di sekolah mereka.Pak Win bisa dengan mudah menebak apa yang siswanya lakukan karena memang beliau mempunyai kemampuan lebih. Selain alasan itu, Pak Win adalah salah satu guru terajin yang memberi hadiah kepada para siswanya yaitu apalagi kalau bukan ulangan dadakan.

Sementara itu, di kelas 12 Ipa 5, Angga hanya bermain games di hpnya. Iyan,teman sebangkunya tak beda dengannya. Mereka merasa bosan karena sekarang pelajaran bahasa inggris yang hanya diisi dengan menonton film.

“Bosen gue lama-lama”

Gue juga, ke kantin aja yo” Ajak Bagas yang duduk di depan Angga dan Iyan.

“Ide bagus tu, ya udah langsung aja” Akhirnya Angga,Iyan,dan Bagas keluar kelas dan menuju ke kantin sekolah.


~RLYou_

Merah Putih In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang