Rumah Pohon

26 2 0
                                    

"Rumah Pohon"
"Ayo ikut.Rumahku cukup nyaman untuk yang stress"Kata Jati tersenyum manis.

"Yang stress ?"
"Kau menyindirku ?"Tanya Sandi.

"Aku mengatakan diriku sendiri, gak usah geer"Kata Jati mencium tuktuk.

"Jadi ikut ?"Tanya Jati berdiri.

Sandi dan Jati pun pergi bersama ke Rumah Pohon yang dibangun sendiri selama hampir 8 tahun.

"Ini lebih mirip hotel daripada rumah"Kata Sandi.

"Terimakasih."
"Silahkan duduk,disini hanya ada kursi bambu.Aku juga hanya bisa menyediakan teh kulit pisang dan buah pisangnya di meja itu.Maaf tehnya sudah dingin,menyalakan api itu sulit bagiku"Kata Jati membuka jendela rumah pohon.

"Kau memasak seperti ini ?Wah..Pengetahuanmu luar biasa,aku yang lulusan sarjana saja tidak pernah berpikir untuk ini"Kata Sandi.

"Karena kau berpikir secara sempit dan tidak peduli pada sekitarmu"
"Kalau begitu,anggap saja ini fastfood ala survivor girl"Kata Jati duduk di samping Sandi memakan buah pisang.

"Biasa aja dong,ini cuma pisang,gak usah ngeliatin kaya gitu"Canda Jati.

"Hmm..Maafkan.Kalau boleh tahu,bagaimana caramu makan sehari-hari ?Disini kan tidak ada beras ?"Tanya Sandi.

"Iya..Aku bahkan sudah lupa rasa nasi itu seperti apa.Tapi aku memiliki perkebunan sendiri di dekat danau.Disana aku menanam cabai,mentimun,pisang,bahkan pepaya.Aku juga biasa memasak daun pepaya itu jika aku merindukan sayuran.Aku tidak pernah kekurangan apapun disini"Jelas Jati tersenyum sedih.

"Tapi kau kesepian kan ?"Tanya Sandi.

"Kalau itu pasti"Jawab Jati.

"Sudah kuduga.Tapi, apa kau tidak pernah mencoba untuk pulang ?"Tanya Sandi.

"Berulang kali ku mencoba,tetap tidak ada yang mau menghampiri bahkan melewati pulau ini"Jelas Jati.

"Begitu..Oh iya,bagaimana kalau musim kemarau ?Apa kau pernah tidak minum ?"Tanya Sandi.

"Tidak minum itu pasti walau sesekali.Aku minum hanya mengandalkan embun di pagi hari dan panas uap matahari hingga menghasilkan air yang layak minum.Terkadang aku juga meminum air dari batang bambu untuk menawarkan rasa haus"Kata Jati.

"Itu tidak menyakitimu ?Bagaimana kalau air itu terkontaminasi bakteri dan virus ?Kau kan.."Kata Sandi terdiam memperhatikan Jati yang tertunduk lesu.

"Mmh..Buktinya aku masih baik-baik saja sampai sekarang.Aku tidak cacat dan tidak sakit.Aku ini gadis yang kuat"Kata Jati tersenyum samping.

"Aku ingin tahu,darimana kau belajar tentang cara bertahan hidup seperti ini ?"Tanya Sandi.

"Oh..Sudah hampir sore.Aku mau ke pantai cari makan malam.Kau harus ikut kalau kau mau kembali ke tendamu"Kata Jati.

"Aku akan ikut kau mencari makan malam.Boleh kan ?"Tanya Sandi.

Jati tersenyum manis pada Sandi yang ikut pergi bersamanya.
Sore itu matahari masih panas dan memberi pencahayaan yang cukup untuk Jati dan Sandi yang tengah berada di tengah hutan.
Jati terlihat membawa sebuah tombak dan wadah dari bambu buatannya untuk menempatkan hasil buruannya di pantai nanti.

"Kau akan menyelam ?Seperti yang di televisi ?Itu berbahaya,kau tidak usah mencari makan malam.Ikutlah denganku,kami masih memiliki banyak stok makanan"Kata Sandi.

"Tidak usah.Aku tidak mau merepotkanmu dan teman-temanmu"Kata Jati melompat ke arah air dari dermaga.

"Eh..Jati ?!!Kau gila ?Kau mau bunuh diri disini ?"Teriak Sandi.

Setelah hampir 10 menit Jati tidak muncul ke permukaan,Sandi pun nekat melompat ke dalam air dan mencarinya.
Tetapi karena Sandi tidak memiliki kemampuan berenang yang baik,ia hampir saja tenggelam kehabisan nafas sesaat setelah Jati menolongnya keluar dari air.

"Kau mau apa ?Bangun!"Teriak Jati menepuk dada Sandi.

Sandi yang berpura-pura pingsan pun akhirnya ditinggalkan oleh Jati sendirian berbaring diatas pasir.

"Sandi ?Kabari teman-temanmu"Kata Jati menarik baju Sandi.

"Apa ?"Tanya Sandi bangun.

"Malam ini akan ada badai,kalian tidak boleh berada di tepi pantai kalau kalian masih ingin hidup"Kata Jati berlari meninggalkan Sandi.

"Hei..Mau kemana ?Kau mau meninggalkan aku ?Hei ?Jati ?!"Teriak Sandi.

Pernyataan Jati tentang badai pun benar-benar terjadi..
Angin bertiup sangat kencang saat matahari mulai terbenam.Hujan turun dengan lebatnya dan membasahi seluruh tenda mereka.
Air laut kembali pasang dengan disertai ombak besar yang bergulung-gulung menyapu bibir pantai.

"Sudah ku katakan jangan di tepi pantai!Kau cari mati ?!"Teriak Jati memegangi lengan Sandi yang gemetar kedinginan.

"Eh kamu siapa ?Jangan pegang-pegang Sandi dong!"Teriak Yuna menarik paksa tangan Jati.

"Mmh..Aku tidak bangga bisa menyentuhnya"Balas Jati menggelengkan kepala.

"Siapa gadis ini ?Kau bilang pulau ini pribadi,kenapa ada orang lain ?"Tanya Yuna.

"Diam dan ikuti perintahnya.Aku tidak ingin satu pun dari kita terluka"Teriak Sandi.

Sandi dan teman-temannya pun tidak memiliki pilihan lain selain ikut Jati ke rumah pohon.
Lokasi rumah pohon Jati dikelilingi tanaman dan berjarak cukup jauh dari pepohonan lain sehingga cukup aman saat angin kencang datang,

"Selamat datang dirumahku.Aku memaklumi jika kalian merasa tidak nyaman"Kata Jati membentangkan tikar buatannya.

"Apa-apaan kau ini!Tidak seharusnya kau bicara begitu!Dasar orang hutan"Teriak Yuna.

"Jaga mulutmu!Orang hutan inilah yang akan menyelamatkanmu"Balas Jati sembari melirik Sandi.

"Eh..Mulutmu itu!Gak pernah sekolah ya ?!"Teriak Yuna.

"Aku belum pernah dengar sekolah mulut"
"Okay,aku akan bagi ruang gubukku ini jadi dua.Pria disana,wanita di sebelah sini"
"Tadi aku lupa membuat lebih banyak minyak untuk oborku,jadi akan lebih baik jika kalian bisa tidur lebih awal dan bangun saat terang"
"Satu lagi.Aku tidak bisa memberikan kalian selimut,saling menghangatkan mungkin cara yang baik agar tidak kedinginan"Kata Jati.

"Aku padamu sayang?!"Teriak Heri membentangkan tangannya seakan menyambut Jati ke pelukannya.

Waktu menunjukkan pukul 1 malam pada jam tangan Sandi.Ia tertidur pulas diantara Heri dan Ricky.
Sementara itu,Jati masih terjaga karena badai mungkin saja bisa jadi lebih ganas dan ombak mungkin bisa menyapu seluruh pantai seperti beberapa tahun yang lalu saat rumah pohon Jati sempat hancur berantakan.

"Jati ?"
"Kenapa tidak tidur ?"Tanya Sandi duduk disamping Jati yang tengah menghangatkan tubuh dengan obor yang mulai redup.

"Aku tidak bisa tidur.Aku khawatir badai semakin besar.Lalu,kenapa kau terbangun ?"Tanya Jati.

"Heri sering berlatih taekwondo saat tidur.Dia benar-benar hebat sampai aku terbangun dari tidurku"Kata Sandi.

"Hahaha..Aku harap aku juga bisa belajar beladiri.Tapi aku lebih berharap lagi akan bisa keluar dari pulau ini"Kata Jati bersedih.

"Kau bisa pulang bersama kami.Tenang saja"Kata Sandi memegang tangan Jati yang hangat.

"Terimakasih.Tapi kau tidak perlu memegang tanganku"Kata Jati.

"Tanganmu sangat hangat"Bisik Sandi.

Suasana menjadi hening seketika saat Sandi mulai berada di pelukan Jati.Obor yang tadinya redup pun kini mulai mati kehabisan bahan bakar dan membuat satu ruangan menjadi gelap..

[END] SPARKLING LOVE The Series : Survival IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang