669 86 27
                                    

















   Langit sore saat ini masih terlihat cerah walapun udara sedikit dingin akibat angin yang berhembus dari pepohonan. Namun hal itu tidak membuat seorang wanita mengurungkan niatnya untuk mengelilingi perkebunan teh. Dengan menggunakan pakaian hangatnya dan perlengkapan yang mampu menghangatkan tubuhnya ia berjalan dengan tenang. Jarak perkebunan dan tempat tinggalnya yang tidak jauh menjadi salah satu alasan untuk berjalan sendirian saat ini.

Meskipun sudah berkali-kali mengunjungi tempat ini wanita itu selalu takjub dengan pemandangan yang tersaji disekelilingnya. Ia sungguh menyukai perkebunan teh sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Karena disinilah tempat yang selalu membuatnya merasa tenang dan nyaman dari segala masalah yang tengah dihadapinya. Tempat yang selalu menerima segala curahan isi hatinya, tempat berkeluh kesah.

   "Noona, ayo cepat kembali. Nenek sudah menyuruhku untuk menjemputmu." seorang bocah laki-laki datang menghampiri wanita itu yang kini tengah melamun disebuah bangku panjang menghadap matahari berpulang dari peredarannya.

   "Kau datang?" balasnya.

   "Ehmm. Nenek menyuruhku untuk mengajakmu agar segera kembali ke rumah. Hari sudah sore, udara semakin dingin yang tidak baik untukmu." terang bocah itu.

   "Baiklah aku akan kembali, tapi tunggu hingga matahari terbenam ya. Karena aku ingin sekali melihat senja datang." pinta wanita itu.

   "Haishh dasar keras kepala." gerutu kecil bocah itu.

Meskipun kesal, bocah itu tetap menemani noonanya menunggu matahari terbenam datang. Sembari duduk tangan kecilnya menggenggam ranting pohon yang jatuh untuk menggambar sesuatu di tanah. Walaupun tidak pandai menggambar bocah itu sebisa mungkin berusaha untuk menunjukkan kepada noonanya bahwa ia bisa.

Cahaya orange perlahan datang diikuti matahari yang mulai terbenam dari peredarannya. Kedua mata wanita itu tampak berbinar melihat pemandangan dihadapannya seakan tidak pernah melihatnya. Padahal hampir setiap hari ia akan berada di tempat ini. Dan selalu mengabadikan pemandangan itu dengan ponsel pintarnya kemudian mencetaknya dan diletakkan pada sebuah album foto miliknya.

   "Ayo pulang aku sudah puas."

   "Tunggu sebentar noona, aku masih menyelesaikan gambar ini."

   "Dasar lamban." ejek wanita itu kemudian mengacak rambut adiknya gemas.

   "Ya, Soonyoung noona!! Hentikaannn!!!"






Ya, wanita itu Soonyoung. Kwon Soonyoung.

Dengan perasaan senang Soonyoung meninggalkan bocah kecil yang menyusulnya tadi. Dan yang bisa dilakukan bocah kecil itu menggerutu kesal sambil menendang kerikil-kerikil yang ia anggap menghalangi jalannya.


💞💞💞💞💞



   Disebuah ruangan yang minim cahaya seseorang tengah menggigil kedinginan. Padahal pendingin ruangan miliknya sudah dimatikan dan digantikan penghangat ruangan. Mungkin karena tubuhnya tidak fit seperti biasanya. Dan bagian terburuknya tidak ada seseorang yang baik hati untuk merawatnya seperti sedia kala.

Karena tidak tahan ia memutuskan keluar ruangan dengan gulungan selimut tebal ditubuhnya. Meskipun tubuhnya lemas dan pusing yang menyerang kepalanya, kedua kakinya tetap melangkah pelan menuju dapur untuk membuat sesuatu yang dapat membuat tubuhnya sedikit lebih baik. Dengan tubuh yang menggigil itu ia berusaha untuk membuat teh hangat.

Tapi baru saja tangannya memegang cangkir dari rak , benda itu meluncur kebawah dan pecahannya berserakan. Telapak kakinya yang sedikit terkena pecahan perlahan mengeluarkan darah segar.

   "SHITTTT?!!!"

Dengan langkah tersendat ia berjalan menuju kursi ruang makan yang tidak jauh dari tempat ia berdiri tadi. Darah yang keluar juga tidak berhenti menetes. Beruntung, kotak p3k yang ia miliki diletakkan tidak jauh dari tempat ia berada. Namun, saat akan mengobati kakinya bel berbunyi dengan nyaring. Ada seseorang yang ingin bertamu.

   "Kenapa ada yang datang disaat seperti ini?! Kenapa tidak nanti atau esok atau lusa?!!" ucapnya sebab kesal.

Meskipun begitu ia tetap membukakan pintu apartementnya dengan langkah tersendat-sendat. Dan begitu pintu terbuka lebar, tiga orang yang dikenal muncul dihadapannya. Yang tidak lain adalah keluarganya. Seorang wanita paruh baya yang ia anggap ibunya dan kakak perempuan dengan suaminya serta anak mereka.

   'Ini malapetaka.' batinnya.

   "Yak?! Begitukah cara kau menyambut ibumu yang datang?" omel sang ibu.

   "Oh apa itu?" sahut sang kakak setelah melihat keadaan kaki berdarah sang adik.

   "Sayang, bisakah kau memeriksa apa yang terjadi didalam?" lanjutnya sambil meminta tolong sang suami yang segera menuruti perkataan istrinya.

Ibu dan kakaknya datang disaat tidak tepat. Dan itu sungguh mengganggu. Tidak lama lagi pasti dirinya akan menjadi sasaran omelan mereka berdua.

   "Apa yang kau lakukan? Kenapa cangkir itu bisa pecah seperti ini? Lalu, kenapa telapak kakimu berdarah? Dan kenapa kau menggunakan selimut di siang hari seperti ini??!" rentetan pertanyaan ibunya menghujani sang putra.

   "Ibu, jika terus saja memarahiku kapan lukaku akan diobati?"

   "Dasar bodoh! Kenapa tidak menghubungi dokter jika kau sakit?" sahut kakak perempuannya yang berdiri tidak jauh dari ruang tamu. Tempat ibu dan adiknya sedang duduk untuk mengobati luka.

   Dan suara tangisan bayi kemudian mulai terdengar diseluruh penjuru apartement. Bayi mungil itu menangis kencang dalam dekapan sang ibu mendengar suara berisik disekitarnya. Karena itu mengganggu tidur siangnya.

   "Lihat, cucu ibu menangis mendengar teriakan ibu yang mengganggu."

   "Akh akh akh akh."

   "Dasar anak nakal, sudah kuobati malah menyalahkanku." ucap sang ibu sambil menekan luka itu.

   "Sudahlah bu, memarahi Seokmin malah akan semakin membuat ibu sakit kepala."

Setelah itu Jeonghan memasuki kamar tamu disusul Jisoo dibelakangnya untuk menenangkan malaikat kecil mereka yang masih menangis karena tidurnya terusik oleh suara berisik didekatnya.

   "Makanya cepatlah cari istri agar bisa mengurusmu bukan fokus pada kertas-kertas itu. Dan segera memberiku cucu."

   "Bukankah ibu juga sudah mempunyainya, kenapa masih meminta padaku?"

   "Itu kan dari kakakmu, tentu saja berbeda."

   "Tunggu saja aku menikah. Memangnya setelah melakukannya bayinya langsung lahir." gerutu Seokmin pelan dan mendapat jitakan di kepalanya.

   "Jika kau masih melajang hingga akhir tahun ini aku akan menjodohkanmu dengan anak teman ayah. Dan tidak ada penolakan. Ingat baik-baik." ancam Ny. Lee pada anak bungsunya.























TBC









Hai-hai balik lagi sama diriku 😗😗😗

Ada yang kangen seoksoon? jihan??? Ff ini??

Gimana gaes??? Ffnya masih b aja yak 😂😂 cuma mau bilang kalo updatenya bakal lama ngk kek sebelumnya yaa ehehehe tapi bakal diupdate kok, tenang aja 👌👌



Kuyyy divote+spam comment yakk

Karena kusuka baca komen kalian yg bikin mood balik ehehehe^^

What Should I Do??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang