Prolog

1.4K 170 9
                                    

Naruto mempercepat langkahnya dan berlari mengelilingi rumahnya. Ia bahkan menyobek pinggiran gaun mahal miliknya dan memanjat tembok tinggi yang mengelilingi rumahnya.

Tak peduli akan pecahan kaca yang sengaja ditanam dipuncak pagar tersebut. Naruto tetap berusaha kabur, walau telapak tangan dan pahanya harus terbelah dan bercucuran darah.

"Cih. Persetan dengan pertunangan. Apanya yang tampan? Muka berkriput saja dibanggakan!"

Naruto berlari berkeliling komplek berusaha kabur dari beberapa bodyguard yang mengejarnya sekarang. Katakan selamat pada dirinya yang selalu berlatih untuk lari lebih cepat.

"Kali ini aku tidak akan tertangkap! Lihat saja! Biar Ayah menangis darah dan tidak tidur seharian!" jeritnya penuh bahagia.

Naruto tertawa sepanjang larinya, namun tetap saja hatinya terganjal akan perasaan bersalah dan marah.

Naruto tak tahu berlari kemana hingga sekarang ia sampai ditengah kota. Jalanan terlihat ramai dengan mobil yang berlalu-lalang. Beberapa orang masih berjalan di trotoar dengan menenteng kantung belanja.

"Apa mereka masih mengejar?" tanya Naruto dan menoleh kebelakang.

Gadis bersurai pirang panjang itu menarik nafas dalam-dalam dan terus berjalan mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang.

"Mereka tidak pernah melihat orang gila kabur, ya?" tanya Naruto sebal.

"Kupikir tidak." sahut sebuah suara membuat Naruto berjengit kaget.

"Hiiii! Kakashi-nii!" jerit Naruto heboh.

Kakashi meraih pergelangan tangan Naruto menggenggamnya erat namun lembut. "Ck. Selalu saja kabur. Tidak adakah hal lain yang ingin kau lakukan?"

Naruto memasang wajah polos, "Bunuh diri?"

Air wajah Kakashi terlihat tegang dan marah. "Coba saja." desisnya tajam.

"Oh. Jalanan sedang ramai." ujar Naruto polos semakin membuat Kakashi mendidih.

Kakasih bergerak cepat dan memegang pinggang Naruto. Dengan cepat ia mengangkat tubuh gadis itu keatas bahunya. "Mungkin kau harus diikat ditiang rumah." ujar Kakashi dingin.

"Kau pikir aku anjing!?" teriak Naruto marah.

"Entahlah." jawab Kakashi tanpa minat.

Naruto terus memberontak dan berteriak meminta tolong sepanjang jalan. Namun tatapan mematikan dari Kakashi malah menyurutkan semangat orang-orang yang ingin menolong Naruto.

"Tutup mulutmu atau akan kubakar habis novel-novel kebanggaanmu." ujar Kakashi dingin membuat Naruto merengut kesal.

Bibir Naruto terkatup rapat. Gadis itu tampaknya sudah pasrah untuk pulang. Namun manik biru miliknya malah berkaca-kaca yang dimana sedetik kemudian Naruto menangis layaknya bayi baru lahir.

"Huwwaaa! Aku gak mau pulang!" jerit Naruto parau.

"Turunkan Naru! Nii-san, turunkan Naru!" jerit Naruto sambil menangis.

Kakashi memutar bola matanya bosan saat Naruto lagi-lagi menangis drama untuk mencari perhatian.

"Aku akan benar-benar membakar novelmu kali ini, Naruto." ancam Kakashi mampu membuat Naruto berhenti menangis.

Walau masih sesegukan, Naruto berusaha menutup rapat mulutnya. Ia takut ancaman dari Kakashi benar-benar terjadi.

***

Umur Naruto sudah memasuki delapan belas tahun dan gadis itu masih saja bersikap sangat manja pada Ayahnya.

Buktinya adalah sesaat setelah Kakashi memberikan Naruto yang bentuknya sudah tak karuan kedalam gendongan Minato. Naruto langsung memeluk leher Ayahnya dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Minato.

Desperate (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang