Naruto memasang wajah masam saat Sasuke mengabaikannya hanya karena setumpuk berkas kantor.
Hei! Dia membawa Sasuke kerumah itu untuk menjadi kawan, bukan pekerja sosial seperti sekarang.
"Kau akan pergi ke tempat Paman Fugaku?" tanya Naruto pada Sasuke.
Sasuke menoleh sebentar dan kembali sibuk dengan kertas berkasnya.
"Hn."
Naruto mendesis kesal dan membanting tubuhnya keatas ranjang Sasuke. Ia berguling kesana kemari dan terjatuh dari kasur dengan keras.
Beberapa saat Sasuke terdiam dan menatap Naruto yang kini terdiam memunggunginya. Ia menghela nafas dan kembali memfokuskan diri dengan berkas-berkasnya sampai sebuah suara isakkan memanggil jiwanya.
"Hiksss...ittai.. Papa..sakit.." raung Naruto membuat Sasuke menghela nafas panjang.
Sasuke mengurut pangkal hidungnya dan meletakkan berkasnya diatas meja. Ia bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan kearah Naruto yang menangis sesegukan.
"Kau ini. Lain kali hati-hati." ujar Sasuke dan mengangkat tubuh Naruto ketepian ranjang.
"Apa yang sakit?" tanya Sasuke pelan dan memegang kedua bahu Naruto.
Naruto mengusap air matanya kasar dan menunjuk dahinya yang terasa sakit. Ada benjolan kecil berwarna merah memar disana.
"Sa-sakit." ujar Naruto dengan suara bergetar.
Sasuke mengusap air mata Naruto yang kembali mengalir. "Tunggu sebentar."
Sasuke melangkah keluar dari kamar dan kembali muncul dengan sebaskom air dingin. Ia meletakkan baskom tersebut diatas meja dan mengambil sapu tangan didalam lemari.
Dengan telaten Sasuke membasahkan sapu tangan tersebut dan menempelkannya di benjolan Naruto. "Ini masih pagi, Naru. Kau sudah membuat luka saja."
"Ha-habisnya, kau mengabaikan aku!" isak Naruto yang kembali menangis.
Sasuke menghela nafas pasrah, "Maaf. Sebagai gantinya kau akan kuajak ke kantor paman Fugaku." tawar Sasuke membuat manik biru Naruto berbinar-binar.
"Benarkah!?" jerit Naruto tak percaya.
"Hn." sahut Sasuke sambil mengangguk kepalanya satu kali.
"YEEE!" teriak Naruto senang dan mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Kenapa kau terlihat senang?" tanya Sasuke penasaran.
Naruto membuat wajah berpikir, "Umm. Habisnya aku tidak pernah ke kantor lagi setelah hari itu."
"Hari itu?" ulang Sasuke penasaran.
Naruto mengangguk, "Hu'um! Waktu aku melompat dari gedung lantai tiga." ujar Naruto membuat Sasuke terkejut.
"Lantai tiga!?" ulang Sasuke tak percaya.
"Iya! Tapi sayangnya aku terangkut dipohon. Tidak jadi mati, deh." ujar Naruto bersungut-sungut.
Sasuke menampar wajah sekali membuat Naruto terkejut. "Eh? Sasu-nii?"
"Naruto. Apa aku sedang bermimpi?" tanya Sasuke dengan wajah linglung.
Naruto menggeleng, "Tidak! Kau sudah bangun dari tiga jam yang lalu." jawab Naruto polos.
"Kenapa kau terlihat terkejut?" tanah Naruto membuat Sasuke sadar.
"Tidak ada. Bukan hal penting. Aku hanya tidak menyangka otakmu akan sedangkal itu."
"Cobalah bunuh diri dengan cara yang elit. Seperti meminum obat mahal dalam jumlah banyak atau menggunakan pisau emas untuk membela nadimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperate (HIATUS)
FanfictionNaruto si gadis depresi yang benar-benar memacu adrenalin. Berulang kali gadis itu melakukan percobaan bunuh diri baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Putus asa. Satu kata yang benar-benar menggambarkan perasaan Naruto yang sekarang. Anggap...