Naruto mengernyitkan dahinya saat tirai jendela dihadapannya terbuka. Setahunya, tak ada satu orang pun yang berani membukanya kecuali atas perintah Naruto sendiri.
"Ck! Siapa sih yang buka tirainya!?" jerit Naruto kesal.
"Aku." sahut Sasuke membuat Naruto langsung bangkit duduk.
"Kau!? Ngapain di kamarku!?"
Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "Apa kau tidak bisa melihat? Aku sedang membuka tirai jendelamu."
Naruto memasang wajah masam dan melirik jam dinding yang tergantung didinding kamarnya. "Ini masih pagi! Aku masih mau tidur!"
Sasuke menggeleng dan menatap Naruto jengah. "Kau ada kuliah hari ini!" ujar Sasuke tegas.
"Lalu apa urusanmu!" ketus Naruto.
"Urusanku adalah membuat calon istriku memiliki otak cerdas dan tidak bodoh."
Naruto menatap Sasuke marah, "Aku bukan calon istrimu! Lagipula aku sudah pintar!"
Sasuke mendengus kesal dan berjalan kearah Naruto. Ia bergerak pelan dan membawa Naruto keatas bahunya.
"Ada apa sih dengan kalian!? Selalu saja menggendongku seperti beras!" pekik Naruto kesal.
"Jangan banyak bergerak. Aku bisa merasakan bagian tubuhmu yang tak seberapa itu." ejek Sasuke.
Naruto berhenti bergerak dan memukul kepala pantat ayam milik Sasuke. "Dasar hentai!" jeritnya membuat seisi rumah terkejut.
"Oh, jadi kau suka hal berbau hentai? Khekhekhe, kalau begitu biar kumandikan dirimu!"
"Tidak! Lepaskan! Aku akan mandi sendiri! Dasar pantat ayam hentai!" berontak Naruto sambil memukul punggung Sasuke.
"Ugh! Ittai!" desis Naruto dan berhenti bergerak saat luka seminggu yang lalu dipahanya bergesekan dengan tangan dada Sasuke.
"Sudah kubilang jangan banyak bergerak. Lekas mandi, akan juga tidak perban lukamu nanti." ujar Sasuke yang kini menurunkan Naruto didepan kamar mandi.
Naruto menutup pintu kamar mandinya dengan kasar dan memulai untuk mandi.
Sesekali bibir pink milik Naruto mengumpat dan memaki Sasuke. Sasuke yang menunggu Naruto mandi hanya bisa tertawa dan mendengus geli saat sesekali Naruto meringis dalam umapatanya.
Lama menunggu, lima belas menit kemudian Naruto keluar hanya berlilinkan handuk. Sasuke sih sudah biasa, otaknya tidak sekotor itu hingga bisa mudah terangsang.
Ia mengambil kotak obat milik Naruto dan mendorong tubuh kecil gadis itu keatas ranjang. "Duduk!" titah Sasuke.
Naruto menurut dan duduk diatas ranjang. Ia diam dan terus mengamati Sasuke yang membukanya lilitan perban pada pahanya.
"Lukamu sudah kering. Lain kali jangan berbuat nekat. Seorang anak gadis harus memiliki tubuh yang mulus." ujar Sasuke membuat Naruto mengerucutkan bibirnya.
"Aku tahu. Sudah seminggu kau tinggal disini dan kau terus mengatakan hal itu."
Sasuke mengganti perban Naruto dan melilitnya dengan pelan. Ia menempel ujung perban tersebut dengan hansaplast dan menepuk paha Naruto pelan. "Sudah selesai!" ujar Sasuke dan bangkit berdiri.
"Pakai bajumu! Akan kuantar kau ke tempat kuliah."
"Hm." sahut Naruto.
Sasuke merenggangkan tubuhnya dan mulai berpikir. Kira-kira ia akan kemana ya, saat Naruto kuliah nanti.
"Nee, Sasuke-nii. Apa kau pandai memasak?" tanya Naruto yang memunculkan kepalanya dari Pitbull kamar.
"Lumayan." sahut Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperate (HIATUS)
FanfictionNaruto si gadis depresi yang benar-benar memacu adrenalin. Berulang kali gadis itu melakukan percobaan bunuh diri baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Putus asa. Satu kata yang benar-benar menggambarkan perasaan Naruto yang sekarang. Anggap...