Part.4

33 7 0
                                    

#Aisyah

Hari ini, hari yang paling menyenangkan bagiku. Hari yang ditunggu setiap siswa untuk bersantai, bercanda gurau dengan teman atau keluarga, kumpul-kumpul. Tapi, sepagi ini aku memilih untuk jogging, kalau masalah jogging gak pernah absen setiap minggu kecuali ada acara lain. Dengan menikmati keindahan, suasana yang tidak terlalu panas, aku terus berlari mengelilingi jalan yang berbentuk lingkaran raksasa, 4 kali berkeliling aku memilih untuk istirahat dulu. Karena waktu terus berjalan mataharipun tidak malu untuk memancarkan sinarnya yang lebih dalam. Keringatku sudah membasahi seluruh tubuh, setelah istirahat aku memutuskan untuk pulang. Tapi, hari yang sial tak pernah memberikan aku peluang untuk bahagia. Tiba-tiba saja sepatuku rusak, dan mungkin tidak bisa dipakai lagi. Sungguh hari yang sial, terpaksa aku melepaskan sepatuku itu. Dan ngeker sepanjang jalan ditambah lagi aspal yang cukup panas, membuat telapak kakiku merah akibat panasnya aspal diakibatkan sinar matahari yang mulai naik.

"Duh.. Panas banget. Sakit lagi kaki gue. Kenapa sih ada aja kesialan buat gue!". Ucapku sedikit emosi karena kejadian hari ini ditambah hari yang panas membuat otakku tidak biaa berpikir lebih jernih.

Aku terus berjalan hingga diperempatan jalan, untungnya disana ada sebuah pohon gede dan aku bisa berteduh disana. Aku meletakkan sepatuku disamping, dan aku duduk dibawah pohon yang rindang. Tiba-tiba handphoneku berdering, tanpa melihat siapa yang menelpon aku langsung mengangkatnya.

"Hallo". Sapaku dulu.

"Hallo, Aish. Gimana? Kaki lo gak lecet kan. Akibat aspal yang sangat panas".

(Aku seperti mengenal suara ini, karena tidak asing lagi bagiku. Ini orang yang sering jahilin aku, ya itu kak Iqbal. Ngapain coba dia telpon aku)

Celingak-celinguk mencari keberadaan orang resek yang pernah aku kenal. Tapi, tak ada siapa-siapa disana.

"Bodo. Ngapain lo telpon gue? Gak ada urusan yang lebih penting apa! Selain mata-matain gue".

"Mata-matain lo? Hahahahahaha.... Sorry ya, gue punya kerjaan yang lebih penting daripada mata-matain kehidupan lo yang selalu ketimpa sial mulu! Hahahaha". Ucapnya bahagia.

"Oh".

Tanpa aba-aba panggilan aku akhiri.

"Ini anak dasar brengsek... Kalau dia gak mata-matain gue, terus dia tau dari mana gue ngeker. Kayaknya dia ada disekitar sini. Tapi, bodo amat". Cerocosku dibawah pohon.

Aku memutuskan untuk berjalan kembali, supaya cepat sampai rumah. Setelah aku berjalan setengah jalan, aku dicegat oleh cowok yang selama ini menjadi musuh bebuyutan. Mau jalan kebelakang, gak mungkin karena kaki aku udah sakit banget. Mau jalan kedepan, cowok itu menghalangi jalan. Sekarang aku pasrah dan berdiam diri ditengah jalan dengan jingkit-jingkit, karena kaki sudah sakit benget.

"Ayo naik..". Tawar kak Iqbal padaku.

"Gak". Jawabku singkat, sambil jingkit-jingkit.

"Jadi cewek tuh bawel banget, rumah lo masih jauh, kalau lo jalan sambil ngeker. Bisa-bisa kaki lo bakal kena luka bakar akibat panasnya aspal. Itu aja udah merah". Ucap kak Iqbal, sambil menunjuk kearah kakiku.

"Bodo amat. Yang gue mau, lo minggir. Gue mau jalan". Ucapku ketus, tapi sebenarnya aku sudah tidak tahan.

"Naik!". Paksa kak Iqbal.

"Gak!". Sahutku ketus.

"Naik!". Ucapnya sekali lagi.

"Enggak, gak, gak mau!!! Kenapa sih maksa aja. Emang apa peduli lo?". Cerocosku.

"Naik!!". Paksa kak Iqbal.

"Gak". Sahutku.

Dan kak Iqbal menyalakan mesin motornya, lalu melaju. Tiba-tiba aku terjatuh karena sudah tidak sanggup lagi buat berjalan. Saat ingin berdiri, aku terjatuh lagi, pas kedua kali mencoba buat berdiri, tiba-tiba saja kak Iqbal datang membantuku berdiri dan membawaku kemotornya. Dan melaju kerumahku, diperjalanan aku hanya diam saja, tidak bicara apa-apa.

Save Me From MyselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang