Bab 4

7.7K 485 45
                                    

Hampir semua murid kelas 2-3 tersentak kaget saat tiba di kelas mereka. Pemandangan tak biasa, atau bahkan langka sedang mereka saksikan sekarang. Di jam yang terbilang masih pagi seorang Hyuga Hinata sudah sibuk berkutat dengan pensil dan kertas, ia terlihat fokus menulis. Mereka menyangka Hinata tengah mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan kemarin, bahkan ada yang memoret Hinata diam-diam dan membagikannya di sosial media dengan caption "berandalan kelas 2-3 tobat, guys". Tanpa tahu apa yang sebenarnya Hinata lakukan.

"Bagus juga surat cinta ini." Hinata meneliti kembali kertas yang ia sebut surat cinta.

"Mana?" Dengan cepat Sakura merebutnya, tapi kemudian dahi lebarnya berkerut membaca isi surat Hinata. "Kok, begini?"

"Mana?" Ino merebutnya dari tangan Sakura. "Surat cinta macam apa ini?" Ino mendecih saat membaca kata demi kata. "Hei, Temari! Coba lihat ini."

Temari yang sedang tidur dengan tangan sebagai bantalan mengangkat kepalanya, matanya terlihat mengantuk. Dengan muka malas ia malah kembali tidur, merasa tak tertarik dengan topik yang sedang dibahas.

"Dasar tukang tidur!" Ino bosan melihat Temari yang selalu mengantuk.

"Kembalikan." Hinata merebut kembali suratnya, lalu bangkit dari kursinya.

"Apa?" Hinata melirik Ino dan Sakura yang ikut berdiri.

"Kami ikut, ya?" Ino tersenyum lebar.

"Memastikan kau benar-benar memberikannya." Sakura menambahkan.

Tunggu dulu ... masa iya aku benar-benar akan memberikan surat cinta ini.

Hinata berdiri mematung, ia jadi ragu akan memberikannya. Apalagi kata-kata yang ia pilih untuk surat cinta jauh dari kata romantis, bahkan bisa dibilang absurd.

"Ayo, cepat!" Akhirnya Ino dan Sakura menyeret Hinata.

***

"Hinata! Yang ini!" Sakura berteriak sambil menunjuk kotak sepatu Naruto.

"Iya tahu." Hinata membukanya dan ....

Srek

Puluhan surat cinta berjatuhan dari kotak sepatu Naruto.

"Waw! Naruto-senpai ternyata banyak diincar." Ino terkagum-kagum.

"Dia memang primadona KHS." Sakura setuju dengan Ino.

Hinata terdiam, ia jadi minder. Naruto ternyata begitu populer. Berbeda dengan dirinya yang terkenal karena keonaran, Naruto populer karena prestasinya juga wajah tampannya yang menjadi nilai plus.

Hinata meremas suratnya. "Ngga jadi."

"Ehh, kenapa?"

"Terlalu mainstream."

"Naruto-senpai! Itu Naruto-senpai." Ino berteriak setengah berbisik, Naruto sudah berada di depan pintu, untung saja seseorang tengah berbicara dengannya sehingga tak melihat Hinata.

"Cepat bereskan!" Hinata panik.

Dengan kecepatan luar biasa mereka membereskan surat cinta yang berserakan di lantai. Lalu berlari menuju ke kelas tanpa menengok ke belakang.

"Hampir saja." Sakura mengatur napasnya yang masih tersengal karena berlari.

"Tak ada. Tak ada." Hinata mencari-cari suratnya di saku rok.

"Apanya?" Tanya Ino.

"Suratku!"

"Jangan-jangan terbawa masuk."

"Ahh ... sial."

***

Naruto menyortir surat-surat yang ia temukan di kotak sepatunya tadi. Sambil menunggu datangnya Kakashi-sensei yang sudah dapat dipastikan akan datang terlambat. Ia sebenarnya bosan, karena setiap membuka kotak sepatunya, selalu penuh sesak terjejal dengan surat cinta atau bahkan hadiah di hari valentine.

Apa ini?

Terselip satu kertas, tanpa amplop. Ia membukanya, lalu membacanya dengan teliti. Sebelah alisnya terangkat saat membaca kata-kata tak biasa dalam surat yang satu ini.

Untuk Naruto-senpai

Kepada murid teladan yang sempurna, mau ngga pacaran denganku? Pasti asyik, lho! Ngga rugi deh. Bagus untuk refreshing dalam menghadapi ujian.

Dari kouhaimu yang manis.
Hyuga Hinata.

Naruto tersenyum saat membacanya. Aneh, jika surat yang lain dibungkus cantik dan ditulis dengan kata seromantis mungkin. Surat ini berbeda, ditulis dengan ala kadarnya bahkan terkesan main-main, tanpa dibungkus amplop pula. Tapi entah kenapa Naruto malah tertarik.

"Yo, Naruto!" Shikamaru menepuk punggung Naruto dari belakang.

"Hmm ..." Naruto hanya menjawab dengan gumaman, ia masih penasaran dengan pengirim surat absurd ini.

"Selalu saja banyak yang naksir, apa itu yang disebut sempurna?" Shikamaru merebut surat cinta di tangan Naruto lalu membacanya.

"Kepada murid teladan yang sempurna." Shikamaru melirik Naruto, "surat cinta macam apa ini?"

"Entahlah." Naruto mengangkat bahu.

"Dari siapa?"

"Hyuga Hinata."

"Apa?" Teriak Shikamaru, saking kagetnya air liurnya ikut menyembur keluar.

"Ada apa sih denganmu?" Dengan kesal Naruto mengelap semburan air liur Shikamaru dengan tisu yang selalu tersedia di sakunya.

"Kau tidak tahu Hyuga Hinata?"

"Tidak. Memang kenapa?" Naruto menjawab masih dengan nada kesal.

"Dia berandalan kelas 2-3."

Seketika Naruto teringat sosok Hinata yang tengah tersenyum di taman. "Ohh dia itu Hyuga Hinata."

"Jangan bilang kau akan menerimanya." Shikamaru menatap Naruto dengan tatapan horor.

"Tentu aku akan menerimanya."

"Kau benar-benar sudah tidak waras."

"Mungkin saja." Naruto tersenyum.

To be continue....

I Love You, Naruto (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang