Chapter 5

5.8K 562 24
                                    

=Flashback off=

=now=

Tot..tok..tok..

Kemudian seseorang memunculkan tubuhnya dari balik pintu. Matanya yang kecil sekarang tengah menatap Doyoung dengan iba, wajah imutnya kelihatan bersedih. Hyung-nya selalu saja begitu, melipat kedua kakinya dan memeluknya dengan kedua tangan. Miris. Sakit. Hyung-nya yang dulu ceria dan penuh dengan semangat kehidupan sekarang bagaikan orang mati yang dipaksa untuk tetap hidup. Kosong. Hampa.

"Hyung.." panggilnya lembut. Namun orang yang dipanggilnya hanya diam, seolah-olah tidak mendengar apapun.

"Doyoung hyung.." dia sekarang duduk di samping hyung-nya, matanya sudah terasa panas. Dia tau sebentar lagi akan ada aliran di pipinya tapi dia tidak berusaha menahannya. Dia lalu memeluk namja yang berkulit putih pucat bagaikan manequin yang terbuat dari batu mulia yang mahal harganya itu. Indah. Cantik. Namun tanpa nyawa.

Orang yang dipeluk tersentak sedikit, pikirannya sudah kembali ke dunia lagi. Dia lalu membalas pelukan dongsaeng kesayangannya itu.

"Jaeminnie.. Kenapa?" namja itu malah bertanya keheranan melihat keadaan dongsaengnya. Bahu dongsaengnya itu bergetar, tangisnya pecah seolah-olah ada suatu hal yang telah menorehkan luka yang sebegitu dalamnya di dalam hatinya. Ya. Jaemin memang terluka. Terluka karena luka yang diderita Doyoung.

"Hyung jangan seperti ini terus.. Aku ingin hyung-ku yang dulu.. Aku ingin Doyoung hyung-ku yang dulu.." kata Jaemin disela isak tangisnya. Mendengar permohonan yang berasal jauh dari hati Jaemin itu, Doyoung merasa pilu di hatinya kian bertambah. Dia sudah membuat dongsaengnya bersedih. Dia yang sudah membuat dunianya sendiri seolah-olah berhenti. Dia sendiri yang mengklaim bahwa Mataharinya itu telah hilang, meninggalkan kebekuan dan kehampaan dalam hatinya. Tapi apa pernah sekali saja dia mengingat Jaemin? Dan orang lain yang menyayanginya, yang juga menderita karena penarikan dirinya dari dunia luar?

"Sudah cukup semua ini hyung.. Kalau hatimu sakit, katakanlah! Kalau kau ingin balas dendam, lakukanlah! Aku mohon hyung, kembalilah hidup.. kembalilah padaku.." Doyoung terdiam. Apa kata Jaemin tadi? Balas dendam? Kenapa Doyoung belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya? Balas dendam? Kedengarannya menarik juga.

"Jaeminnie..." Doyoung melepaskan pelukan Jaemin, menatap mata adiknya dalam lalu menghapus airmatanya dengan kedua ibu jarinya. "Uljima.. uljima.. My lovely dongsaeng.." kedua mata besar Doyoung menatap Jaemin dengan tatapann yang sarat dengan kasih sayang.

"Hyung berjanjilah padaku.." Doyoung mengangguk, lalu tersenyum lembut.

"Hyung berjanji, hyung tidak akan seperti ini lagi. Hyung berjanji akan jadi hyung-mu yang dulu lagi.. Jangan menangis ya.. Hyung benci melihatmu menangis, hati hyung sakit melihatnya.." Jaemin memeluk Doyoung. Erat. Sangat erat.

"Gomawo hyung.. Jeongmal gomawo yo.." Doyoung mengelus punggung Jaemin.

"Ya, cheonmaneyo.." Diam-diam Doyoung merancang sesuatu di otaknya. Kalau dia bisa dilukai, kenapa dia harus takut melukai? Jung Jaehyun mungkin terlihat kuat, tapi saat ini? Tidak. Tidak dengan kondisi dia yang setiap detik bersusah payah meminta Doyoung kembali ke pelukannya.

My Heart Still Doesn't Change (REMAKE)

Jung Jaehyun menjambak rambutnya kuat-kuat setelah berkali-kali mendial nomor handphone Doyoung dan tidak mendapat jawaban. Email yang sudah dikirim berkali-kalipun tidak pernah dibalas Doyoung, bahkan dia tidak yakin apakah Doyoung membacanya atau tidak.

Jaehyun tau betapa brengseknya dia dulu. Jaehyun tau dia telah melakukan kesalahan besar yang akan susah sekali dimaafkan. Jaehyun tau kalau dia terlalu kotor untuk mendapatkan satu maaf saja. Jaehyun mengerti seberapa besar penderitaan Doyoung yang disebabkan olehnya. Jaehyun tau semuanya, bahkan dia terlalu tau sampai-sampai dia ingin membutakan mata dan menulikan telinganya.

My Heart Still Doesn't Change (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang