Chapter 8

5.2K 449 16
                                    

Taeyong mengepalkan tangannya dan melayangkan kepalan itu sekuat tenaga ke muka Jaehyun. Tak ayal, Jaehyun yang sudah berada di ambang batas kesadarannya terpental jauh ke belakang, sampai kepala belakangnya terbentur keras ke sudut meja sehingga mengeluarkan darah. Dengan buas Taeyong kembali menghampiri Jaehyun yang sekarang tengah sibuk mengatur napasnya seolah tidak peduli dengan rasa sakit yang kini menguasai Jaehyun. Dia menarik kerah baju Jaehyun lalu memandang wajah penuh darah itu dengan prihatin.

"Maafkan aku, Jung.. Kau keras kepala, sama seperti.. istrimu.." bisik Taeyong dekat telinga Jaehyun.

"Terimakasih Lee.. Aku.. hh.. suka hasil kerjamu.. Teruskan saja, sampai.. hh.. dia puas.. Lee.. Uhuk.." darah kembali keluar dari mulut Jaehyun. Taeyong kaget, dia ingin menyudahi segalanya dan segera membawa Jaehyun ke rumah sakit. Namun yang memiliki hak atas keputusan itu sekarang adalah Doyoung, bukan dirinya.

"Tidak, Jung! Kau gila! Aku akan menelepon ambulans.." namun Jaehyun menahan tangan Taeyong. Dia memandang Taeyong dengan tatapan meminta tolong. Ah.. Taeyong tidak tau harus melakukan apa.

"Ku.. mo.. hon.." pinta Jaehyun. Melihat airmata keluar dari sudut mata Jaehyun, Taeyong merasa dia tidak punya pilihan lain selain menuruti pinta Jaehyun. Dengan berat hati, dia lakukan apa yang Jaehyun suruh.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Doyoung tertegun. Adegan itu sangat jelas terlihat olehnya, namun ego memaksanya untuk tetap diam. Jaehyun jelas-jelas sudah tidak bisa melawan lagi, bahkan bergerakpun sudah tidak. Setetes airmata mengalir begitu saja tanpa dikomandoi Doyoung. Padahal memang itu kan yang diinginkannya? Pembalasan dendam yang setimpal, bahkan kalau bisa yang jauh lebih kejam daripada yang pernah ia alami.

Taeyong terengah-engah setelah menghentikan pukulannya terhadap Jaehyun. Jaehyun sendiri tergeletak di lantai, entah masih sadar atau tidak. Darah masih tetap mengalir dari kedua urat nadi yang sengaja dipotongnya tadi. Sekarang ruangan yang mulanya berkeramik putih gading itu kini telah menunjukkan warna merah darah yang menyala. Dan itu semua darah Jaehyun. Doyoung mulai bertanya-tanya dalam hatinya, apa ini sebenarnya yang dia mau? Pemandangan mengerikan seperti ini?

Jaehyun memaksakan tubuhnya yang telah bersimbah darah itu untuk duduk. Susah payah dia mencoba duduk sampai akhirnya terbatuk-batuk, dan betapa terkejutnya Doyoung melihat darah yang dia muntahkan dari mulutnya.

Doyoung hanya diam. Terpaku. Tidak tau lagi apa yang dia inginkan setelah melihat hasil dari perbuatannya.

Jaehyun sekuat itu. Bahkan setelah kehilangan darah sebanyak itu dia masih bisa mencoba duduk, bahkan sekarang, dia memaksakan tubuhnya untuk berdiri.

Jaehyun memaksakan dirinya untuk berjalan ke arah Doyoung walaupun terseok-seok. Sebelah tangannya memegangi dada, dan sebelah lagi dia biarkan terkulai begitu saja. Namun entah bagaimana dan entah dia dapatkan darimana, yang dipegangnya di tangan kirinya itu adalah sebilah pisau yang tadi dia gunakan untuk menyayat urat nadinya.

Ketika jarak mereka tinggal beberapa senti, Jaehyun meraih tangan Doyoung dan memberikan pisau itu padanya. Jaehyun membuat Doyoung menggenggam pisau itu, dalam posisi mengacung ke depan. Doyoung kaget, entah apa maksud dari perbuatan Jaehyun. Begitupun Taeyong yang hanya bisa melihat adegan itu tanpa tau harus berbuat apa.

"Belum.. hh.. cukup kan.. Doy?" ucap Jaehyun di sela-sela napasnya. "Sudahi saja.. Doy.. hh.. Kalau itu membuatmu senang.. hh.."

Jaehyun menggerakkan tangan kecil Doyoung yang memegang pisau dalam satu gerakan cepat, yang bahkan Doyoung saja tidak menyadari gerakan itu.

My Heart Still Doesn't Change (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang