satu

246 15 2
                                    

Author_

Joel masih berkutat dengan game di hp nya ketika Erick, teman segeng nya memanggil manggil namanya dari ruang tamu rumah Zabdiel.

"Tuh kan, ini nih yang bikin gue ilfil lama lama temenan ama lo.", kata Erick setelah melihat apa yang ternyata membuat sahabat nya itu tidak menghiraukan panggilannya.

"Apaan sih? Ribut lo! ", kata Joel menyudahi gaming nya.

"Tuh. Si iel masih galo. Hiburin noh! "

"Ihhh. Emang gue pacarnya? Ga sudi sih gue ya."

"Yaelah gitu amat ama temen sendiri. "

"Yaiya iya -_-"

Joel kemudian beranjak ke ruang tamu rumah Zabdiel, atau iel.

"Iel, lo masih susah nerima ini? Udah jelas jelas dia itu ga sayang sama lo. Trus lo masih berharap gitu sama dia? Perrie itu bukan cewek yang pantes buat dapetin lo. Lo harus bangkit, iel."

"Iya makasih."

"Apaan sih lo? Kek cewek ae ngambek galo segala. Kesambet lu entar.", Joel tertawa dengan candaannya yang tidak lucu sama sekali di mata Zabdiel. Baginya, Perrie adalah yang terpenting saat ini.

***
Erick_

Perrie masih duduk di sampingku, masih menangis. Menyesali apa yang telah dilakukannya. Yah, memutuskan hubungan nya dengan Zabdiel.

"Perr, udahan deh nangisnya. Ntar jelek lho. Lagian napa sih lo musti mutusin iel? ", kataku menenangkannya.

"Hiks, ih lo! Gue tuh terpaksa tau ga? Lo ga ngerti, rik! Hiks..", dia menatapku sendu.

Yah, sebenarnya aku udah tau kenapa Perrie sampe mutusin iel.

Perrie itu sahabatku mulai dari kecil. Rahasia nya selalu akan ketahuan olehku.

"Per, jangan sampe lo nyakitin perasaan lo sendiri. "

"Rik. Lo itu belum paham soal cinta. Lo aja belum pernah jatuh cinta. Lo ga bakal tau rasanya sebelum lo ngerasain apa itu cinta yang sebenarnya, rik. Hiks ..."

Iyasih. Aku belum pernah jatuh cinta. Bahkan, tidak ada satupun wanita yang menarik perhatian ku.

"Udah dehh. Diem ya, perr... gausah nangis lagi. Semua udah terjadi. "

Dia masih belum berhenti menangis.

Kuputuskan untuk membawanya pulang. Bahkan diperjalanan pun, dia masih menangis walau tidak seperti yang tadi.

"Dahhh... aku duluan ya per", kataku menutup perjumpaan kami.

Perrie hanya mengangguk.

Kemudian kulajukan mobilku ke rumah Zabdiel, tempat tongkrongan kami berlima bersama Joel, Richard, dan Christopher.

Sampai disana, aku menyapa Zabdiel yang sepertinya masih galau. Akhirnya, kupanggil Joel untuk menenangkan Zabdiel. Aku terlalu lelah untuk menenangkan orang galau sedari tadi.

Aku merebahkan diri di kamar iel. Seperti biasa, aku melihat pemandangan yang selalu sama. Gambar kami berlima yang dilukiskan di langit langit kamar Zabdiel.

Yah, itu buatan Zabdiel . Sangat mirip dengan aslinya. Dia memang hobi melukis dan punya kemampuan dekorasi yang sangat bagus.

Kupandangi lukisan wajah itu satu persatu.

Aku. ERICK BRIAN COLON. Seorang anak yang biasa biasa saja. Tidak tahu cinta, atau apapun itu. Sejujurnya, hanya akulah diantara kami berlima yang masih single. Ah, maksudku belum pernah pacaran.

QUISIERA || CNCO x LITTLE MIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang