Bagian 1.1 I'am pregnant

56 2 0
                                    

Pagi sudah beranjak siang tapi Afifah masih saja begelung malas di balik selimutnya. Habis sholat subuh tadi ia langsung tidur lagi, entah mengapa ia jadi malas seperti ini.
Hanif yang baru selesai lari pagi, melihat afifah yang masih bergelung di atas kasur, langsung mendatangi.

"Sayang, kamu tidur lagi? Kamu sakit?" Hanif yang terlihat khawatir, langsung meraba kening Afifah, memastikan apa benar istrinya itu sedang sakit.
"Tidak apa-apa Mas, Afifah hanya sedikit lemas saja. Sedikit pusing juga"
"Kalau gitu kamu istirahat, tidak usah masak dan beres-beres dulu. Biar Mas saja yang kerjakan"
"Eh ... tidak usah Mas, biar Afifah saja. Mas mandi dulu, ini juga sudah enakan Mas."
"Ya sudah, tapi tidak usah dipaksakan ya sayang, kalau kamu tidak kuat nanti Mas belikan sarapan didepan."

Hanif segera masuk ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Sementara Afifah masih saja bergelung di balik selimutnya, belum ada tanda-tanda ia akan beranjak dari sana. Hingga akhirnya tertidur pulas. Entah mengapa pagi ini begitu berbeda, hawa malas menyelimutinya. Biasanya setelah sholat subuh ia akan langsung pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan suaminya itu sebelum ke kantor.

"Sayang bangun, sarapan dulu, yuk." Hanif berusaha membangunkan Afifah dengan mengusap lembut pipi istrinya itu. Namun Afifah hanya bergumam tidak jelas, belum ada tanda-tanda jika ia akan bangun. Tadi selesai hanif mandi ia melihat istrinya yang masih tertidur, tidak tega membangunkannya hanif segera bergesas keluar rumah untuk membelikan mereka sarapan.
"Ck ... tidak biasanya kamu seperti ini sayang, bahkan dengar suara cicak saja kamu langsung terbangun." Tiba-tiba hanif teringat sesuatu dan tersenyum senang, sepertinya ia telah mendapatkan ide yang cemerlang untuk membangunkan istri cantiknya itu.
"Ah ... Mas tau cara membangunkanmu, sayang."
Dengan perlahan Hanif mendekatkan wajah mereka, hingga mengikis jarak diantara mereka.

Cup

Hanif mencium lembut bibir merah istrinya itu, sangat lembut dan intens. Melihat belum ada pergerakan dari Afifah, Hanif semakin memperdalam ciumannya. Merasa ada sesuatu yang dingin dan basah diatas bibirnya, Afifah mulai menggeliat dan membuka matanya perlahan, lalu membulatkan matanya segera setelah ia sadar apa yang terjadi. Astaga apa yang sedang dilakukan suami tampannya ini, apa suaminya mengajaknya bercinta pagi-pagi begini, bukannya dia harus ke kantor. Well ... meskipun ia menginginkannya juga, tapi kan nanti suaminya bisa telat.

Pletak

"Au ... Mas sakit," aduh Afifah, setelah mendapatkan jitakan pelan dikeningnya. Ia bahkan tidak sadar kalau hanif sudah melepas ciumannya.

"Habis kamu sih bengong gitu, pasti mikir yang aneh-aneh."
"Mas yang aneh, kenapa pagi-pagi begini sudah main sosor."
"Iss ... kamu itu ya sayang udah mas bangunin dari tadi tapi gak bangun-bangun juga. Ya sudah mas bangunin dengan cara jitu saja. Canggihkan cara Masmu ini."
"Iihhh ... Mas malu, kan."ucap Afifah Sambil menutup mukanya dengan kedua tangan. Dia benar-benar malu sekarang, bahkan pipinya sudah merah sepeti tomat.
"Sarapan dulu yuk sayang, nanti Mas telat uda hampir jam tujuh."
"Astaga ... ta tapi Afifah belum masak mas, Afifah harus buru-buru masak nanti mas telat." Afifah langsung panik dan buru-buru berdiri. Ia bahkan tidak sadar kalau di atas meja samping kasurnya sudah ada dua piring bubur ayam yang di beli hanif tadi.

"Sayang tenang dulu dong." Hanif ikut berdiri lalu menarik lembut tangan istrinya itu,dan mendudukkannya di atas kasur.
"Ini sudah mas belikan bubur ayam kesukaan kamu tadi di depan. Yukk... kita sarapan sama-sama."
Afifah menundukkan kepalanya, matanya memandang ke arah lantai ia merasa bersalah karena tidak sempat memasak untuk suaminya pagi ini. "Maaf ya mas Afifah gak sempat masakin sarapan buat mas."
"Gak perlu minta maaf sayang, mas ngerti kok, sekali-sekali makan diluarkan gak apa-apa. Lagian mas bosan juga kalau makan masakan kamu terus.hahaha"
"Mas...ih" ucap afifah dengan nada merajuk dan mencubit pelan pinggang suaminya.
"Mas kan cuma becanda sayang, mana mungkin mas bosan, masakan kamu kan paling enak sedunia. Sedunianya kita yang ada aku dan kamu selamanya." Sambil menjawil hidung istrinya gemas.
"Hmmmm....gombal"
"Beneran sayang mas gak bohong."
"Iss...mas kalau ngegombal terus kapan mulai makannya ini"
"Ya ampun... mas sampai lupa." Sambil menepuk jidatnya pelan.
"Sini mas suapin, sekali- sekali mas pengen manjain kamu." Hanif mendekan sendok berisi bubur ayah ke mulut Afifah.
"Aaa.."
Belum sempat Afifat membuka mulutnya tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya. Ia langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
"Ooeekkk....oooeekkk...oekkk.."
Melihat istrinya yang berlari hanif dengan cepat mengikutinya dari belakang. Memijit lembut tengkuk afifah, sampai ia selesai mengeluarkan isi perutnya.
"Kamu kenapa sayang, ini minum air hangat dulu" Afifah segera meraihnya dan meminum air putih itu hingga tandas.
"Gak apa-apa kok mas, mungkin asam lambung aku kambuh lagi."
"Kamu makan dulu, baru minum obat. Persediaan obat kamu masih ada kan."
"Masih ada kok mas."
Setelahnya mereka langsung makan dengan diam. Bermain dengan pikiran mereka masing-masing.
Di satu sisi Hanif merasa aneh dengan sikap istrinya pagi ini, mulai dari bermalas-malasan, susah di bangunin hingga muntah-mutah. Bahkan dia merasa istrinya lebih manja akhir-akhir ini. Benar-benar bukan seperti istrinya yang biasa. Ada apa dengan istrinya.
Sementara Afifah sedang mengingat-ingat kapan terakhir ia kedatangan tamu bulanannya, ini sudah benar-benar telat. Belum lagi dia merasa aneh dengan sifatnya akhir-akhir ini. Apa jangan-jangan.... ah dia harus memastikannya besok.harus.
****
Selesai bagian satunya
Mudah-mudahan banyak yang baca dan banyak yang suka
Dari mommy 3 anak yang sedang belajar menulis
Fighting.......

Mawar BerembunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang