.
"Tunggu, ini maksudnya apa?" Jihoon menghentikan langkah guanlin yang masih memeluk pinggang dirinya dari samping.
"Bereskan barang mu, lalu masukan kedalam mobil !" guanlin berjalan terlebih dahulu untuk menyeret beberapa koper yang masih tergeletak.
"Jawab dulu pertanyaan ku!"? Jihoon mencekal lengan guanlin yang hendak melangkah.
Dilepaskannya genggaman pada bagian atas koper, lalu guanlin kembali sedikit melangkah kearah jihoon dan memegang kedua bahunya " kita bicarakan ini nanti, sekarang cepat masukan semua barangnya!" Bisikan lembut serta hembusan napas guanlin di telinga Jihoon membuat laki-laki manis itu menggangguk kaku, 'mengapa rasanya sangat aneh?' Jihoon bertanya pada dirinya yang tentu saja hanya lewat dalam hati.
Tidak butuh waktu lama barang-barang milik jihoon sudah tersusun rapih dalam mobil luxgen guanlin, dan saat ini mereka hanya saling diam tanpa ada yang berniat memecahkan kehing yang sengaja diperbuat.
"Bisa di jelaskan sekarang?" Suara jihoon menginterupsi
"Tidak ada yang harus saya jelaskan" guanlin mengambil tangan jihoon yang berada diatas paha nya.
"Saya hanya tidak suka melihat orang diperlakukan dengan tidak layak, apalagi dihadapan mata saya sendiri" guanlin mengusap-usap punggung tangan Jihoon lembut.
Jihoon gugup, tentu saja gugup. Bagaimana bisa tenang, kalau usapan lembut laki-laki disampingnya membuat darah jihoon berdesir.
"A ak- aku tidak suka dikasihani" 'sial ada apa dengan suara gueeeee' jeritan jihoon dalam hati
"Emmm, saya juga tidak berniat mengasihani mu" lagi-lagi guanlin mengambil tangan Jihoon yang sempat terlepas karena si empunya menarik dengan paksa.
"Tinggal lah diapartemen saya untuk sementara, sebelum kamu mendapatkan tempat tinggal.!" Pernyataan guanlin tentu saja membuat jihoon bengong dan menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak, a aku bisa cari tempat tinggal sendiri "jihoon menolak mentah-mentah
Guanlin mengangkat sebelah sudut bibirnya "O'ww jangan lupakan kalau kamu sudah memekai uang saku saya untuk melunasi tunggakan tadi"
Jihoon bener-bener dibuat pusing oleh sifat guanlin yang mudah sekali berubah, kemana guanlin yang ia temuinya dirumah sakit. bukankah guanlin yang dihadapannya lebih menyebalkan dari sebelumnya.
"Saya tidak menyuruh kamu melunasinya, jadi jangan minta gantilah. Makanya jangan jadi sok pahlawan kalau emang gak ikhlas" jihoon berbicara dengan dengusan kasar yang ia keluarkan.
"Turunkan barang-barang aku sekarang, turuni aku disini." Perintah jihoon dengan ketus.
Melihat jihoon yang akan keluar guanlin segera menekan tombol untuk mengunci kedua pintu mobilnya.
"GUANLIN" jihoon berteriak kesal
"Tidak usah keras kepala, kalau kamu merasa saya kasihani karena diberikan tumpangan tidur. Kamu bisa membantu saya membereskan apartemen." Ucap guanlin enteg
"Dan dijadikan pembantumu iya?, aku tidak mau. Please turunkan aku disini guanlin" sebuah rengekan jihoon keluarkan agar guanlin mengabulkan keinginannya, tapi dugaan Jihoon salah guanlin malah melajukan mobil kesayangannya .
"GUANLIN BERHENTI, AKU BENCI SAMA KAMU. SIAPA KAMU MENGATUR-GATUR HIDUP AKU. TURUNKAN AKAU SEKARANG SIALAN!" jihoon berteriak sangat kencang dan melontarkan kata yang membuat guanlin menginjakkan kakinya mengerem.
Helaan napas terdengar dari mulut guanlin, dan menolehkan kepala melihat wajah jihoon yang memerah karena marah "silahkan!, silahkan turun maaf sebelumnya saya sudah mencampuri urusan hidupmu" ada jeda pada kalimat guanlin
"Saya hanya ingin membantu tanpa ada niatan apa-apa, tapi kalau Kamu ingin turun silahkan. Dan jangan menyesal atau menyalahkan saya jika suatu saat terjadi sesuatu pada dirimu sendiri" guanlin membuka bagasi mobilnya "turun dan ambillah barangmu!" ."Hei, kenapa kamu melamun?" Guanlin mengibaskan telapak tangannya kedapn wajah jihoon.
"A ak aku mau jadi pembantu kamu saja, jika kamu memaksanya" jawaban jihoon mengundang seringan kecil pada bibir guanlin.
Sepertinya sangat menyenangkan bagi guanlin untuk menggoda laki-laki yang sedang duduk disampingnya.
"Tapi saya sudah tidak ada niat lagi untuk memaksamu, jd silahkan turun!" Bahkan guanlin membukkan pintu mobil yang disamping Jihoon dari dalam.
"Please, aku mohon jadikan aku pembantumu. Gak ppa tidak digaji juga, serius" jihoon membentukkan hurup v dengan jari-jari manisnya" e- ehh tapi nanti aku punya uang dari mana?" Lantas menggaruk kepalanya yang di yakini guanlin tidak gatal melainkan prustasi .
"Karena saya memang tidak berniat mengajimu, hutang - hutang kamu saja belum terbayar seperakpun. Bagaimana bisa kamu meminta saya untuk mengajimu" ingin rasanya jihoon turun dari mobil lantas mengambil Batu untuk dilemparkannya ke kepala guanlin.
"Terserah, tapi please. Ya ya ya ya, guanlinnnnnn" puppy eyes serta rengekan manja jihoon sangat tidak baik untuk jantung guanlin apalagi di tambah tangan mungil jihoon tengah menarik-narik lengan panjang guanlin. sangat terlihat seperti anak kecil yang meminta dibelikan permen kapas pada ayahnya.
"Guanlin, yaaaaaaa boleh yaaaaaaa"
"Yasudah ayo" guanlin buru-buru memalingkan wajahnya kedepan dan menarik lengannya dari lilitan tangan jihoon, sial pipinya memerah. Bukan, bukan karena marah tapi karena sesuatu yang guanlinpun tidak tahu.
Disamping kiri guanlin, laki-laki dengan suarai coklat tengah memekik girang seperti orang yang sudah mendapat undian.
Hanya gelengan kepala yang guanlin lakukan melihat kelakuan Jihoon yang menurutnya sangat jauh dari umur yang dimilikinya.
**
Guanlin masuk terlebih dulu kedalam apartemen mewah miliknya, dan jihoon yang membuntuti dari belakang hanya bisa berdecak karena membawa barang-barang nya yang sangat banyak. Tentu saja tanpa bantuan seorang guanlin.
Guanlin berhenti tiba-tiba saat sudah berada di ruang tengah apartemen, benturan keras sudah mengenai punggung lebar guanlin dan tentu saja pelakunya adalah park jihoon.
"Kenapa tidak bilang jika ingin berhenti?" Jihoon berujar kesal seraya mengusap-usap jidatnya yang terkena punggung guanlin.
"Saya baru ingat, kalau diapartemen ini hanya memiliki satu kamar" ucapan guanlin barusan sukses membuat barang-barang yang berada ditangan Jihoon berjatuhan.
"Lalu aku tidur dimana?" Tanya jihoon melemah.
Guanlin hanya mengangkat kedua bahunya lalu meninggalkan jihoon yang masih menatapnya.
"Kamu tidak berniat nyuruh aku tidur di luar kan?" Jihoon mencekal lengan guanlin menahannya.
"Sepertinya itu lebih bagus" guanlin tersenyum tipis yang membuat jihoon mendengus kesal.
"pleaseeeeeeeee" puppy eyes andalannya kembali jihoon keluarkan agar guanlin luluh. Dan lagi-lagi bukannya luluh guanlin malah menepis tangannya dengan kasar.
"Tadi aja ngakuin aku calon istri, terus kenapa sekarang aku malah dilantarkan?" Tanya jihoon sarkasme
"Hei park jihoon, bukan kah saya sudah memberikan pengertiannya di mobil tadi. Jadi tolong jangan salah paham !".
"Tetap saja kamu harus mempertanggung jawabkan ucapan mu " ucap jihoon keukeuh .
Helaan napas berat guanlin keluarkan sambil melanjutkan langkah yang sempat terhentikan oleh manusia manis dan menyebalkan dibelangkannya.
"HARI INI BIAR KAN AKU SANTAI YA GUANLIN, BESOK BARU MULAI BERES-BERES" jihoon berteriak kencang dan menjatuhkan tubuhnya pada sofa empuk yang berada di ruang tengah.
Guanlin yang mendengar itu hanya bisa menggeleng dan menarik sudut bibir tipisnya, tidak pernah sekalipun terpikir olehnya akan membawa manusia asing pada kehidupan yang sudah lama ia tutup dengan sangat rapat.
'Entahlah , padahal gue straight. tapi hati gue mengatakan yang sebaliknya.. guanlin kembali melengkungkan senyumannya kala mengigat bagaimana mengemaskannya jihoon kala mengeluarkan puppy eyes andalannya.
Tbc...
Bosen yaaaa, pasti bilang iya.
~see youuuu😍
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDEN- PANWINK(guanhoon)
RomanceBagian nganu juga special chapter diprivate, penasaran? Follow aja😊 Gak nyediain sinopsis.. Penasaran baca saja, and happy reading..