21.

2.9K 274 18
                                    

Setelah mendapatkan arahan dari Woojin, dengan riang Guanlin melajukan mobilnya untuk pulang menemui Jihoon.

Guanlin akan mencoba berdamai dengan hati dan pikirannya, sesuai perintah Woojin.

Luxgen merah yang sedari tadi melaju kini telah berhenti di depan gedung apartemen berkelas yang salah satunya adalah unit milik Guanlin.

Guanlin dengan cepat melangkahkan kaki nya lebar, setelah didalam lift Ia langsung memencet tombol angka sesuai lantai tunjuannya.

Tidak butuh waktu lama karena memang lift yang di tumpanginya hanya ada Guanlin seorang diri.

Klikkkk.

Sandi pintu apartemen Guanlin terbuka dengan mudah, Guanlin berjalan mengendap seperti orang yang akan mencuri.

Guanlin sangat berniat ingin memberikan kejutan atas kepulangganya untuk Jihoon.

Disana terlihat pungung laki-laki dengan apron yang dikaitkan dilehernya, sepertinya Jihoon sedang memasak sesuatu.

Yang Guanlin ketahui memang akhir-akhir ini Jihoonnya itu tengah memiliki hobby masak, dengan alasan yang simpel.

Jihoon ingin menjadi istri idaman yang pandai dalam segala hal ketika sudah menikah nanti. Itulah mengapa dengan senang hati Guanlin selalu menuruti keinginan nya.

Toh keinginan Jihoon berimbas baik juga pada Guanlin, bahkan sangat menguntungkan.

Perlahan Guanlin mendekati Jihoon yang belum menyadari keberadaannya.

Jihoon yang sedang asik memotong wortel terjangkit kaget, ketika ada dua tangan yang melingkari pinggang nya.

"Ini aku ndut, sampe kaget gitu".

Jihoon mengenali suara itu, dengan pelan ia menghembuskan napas leganya ketika mengetahui Guanlin lah yang tengah memeluknya saat ini.

Tapi Jihoon masih kesel, masih marah dan masih gak mau liat muka Guanlin meski dalam hati Jihoon sangat merindukannya.

Jihoon bahkan tidak berniat membalikan tubuh nya, dan melanjutkan kegiatannya yang masih terbengkalai.

"Ndut gak kangen sama aku?".

"Padahal aku kangen loh sama kamu, apalagi sama pelukan hangat kamu".

Jihoon mati-matian menahan diri agar tidak berbalik dan membalas pelukan Guanlin yang semakin erat.

"Padahal aku udah nyempetin pulang buat kamu disaat kerjaan aku——".

"Yaudah selesaikan aja dulu kerjaan kamu! Ngapain pulang? Toh, seminggu kamu gak pulang juga aku baik-baik aja."

Jihoon memotong ucapan Guanlin dengan kasar.

Kerjaan-kerjaannn terus yang selalu Guanlin nomor satukan, gimana Jihoon gak kesel coba.

Bukan, Jihoon kesel bukan karena dinomor dua kan dengan pekerjaan kok. Meski sedikit bener ada nya sih.

Jihoon gak larang buat Guanlin kerja, tapi ya harus tau waktu.

Mana waktu buat kerja, mana waktu buat pulang. Biarin aja Jihoon dibilang pacar yang gak berpengertian, karena Jihoon itu cuma gak mau liat Guanlin sakit, itu aja udah cukup.

"Ndut, liat aku dong. Masa ngomongnya sambil ngebelakangin gitu, gak sopan tau".

"Sayanggggggg".

"Ndut nya Alin kok diem terus sihhhh".

"Ndut beneran nyuekin aku nih?".

"Park Jihoon"

Guanlin mencoba untuk menguatkan hati nya agar tidak tersulut emosi yang Jihoon pancing sedari tadi.

INSIDEN- PANWINK(guanhoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang